Chapter 6

17K 306 15
                                    

Om Davin
Saya minta maaf atas kejadian tadi, semoga kamu dapat menerima maaf saya. Selamat malam Erina.

Erina kembali membaca pesan Davin yang sejak dari semalam tidak dibalasnya sampai hari sudah berganti. Ia hanya betah untuk memandangi pesan itu sambil berpikir tentang Davin.

Sampai hari ini Erina masih mengingat jelas kejadian semalam, di mana Davin yang mencium bibirnya dan Erina malah diam karena terbuai. Itu pengalaman pertama bagi Erina karena sebelumnya ia tidak pernah berciuman bibir dengan siapapun.

Erina memang pernah berpacaran sebanyak dua kali saat sekolah menengah atas dan di awal kuliah, tapi gaya pacarannya hanya sebatas bergandengan tangan atau cium pipi tanpa melakukan kontak fisik lebih.

Maka dari itu Erina bingung untuk menentukan sikap seperti apa pada Davin untuk kedepannya. Jujur saja Erina memang mulai merasa nyaman jika bersama Davin, tapi kedekatan mereka masih terlalu baru bagi Erina jika hal seperti ciuman diteruskan.

Walau Erina suka saat Davin mencium bibirnya, tapi Erina tidak mau Davin beranggapan jika Erina gampangan atau lebih buruknya dianggap murahan. Apalagi Davin pria yang dewasa yang pastinya memiliki banyak pengalaman terhadap banyak wanita, jadi pasti Davin pandai menilai lawan jenisnya.

Setidaknya Erina ingin kedekatan mereka bertahap dan Erina juga ingin memastikan jika Davin tidak sedang berpacaran atau dekat dengan siapapun. Karena Erina tidak mau merasakan sakit hati karena terlalu berharap nantinya, sudah cukup ia merasa terpuruk atas kejadian orangtuanya yang entah kemana pergi meninggalkannya.

Di tengah pergulatan pikiran dan batinnya, ponsel Erina berdering dengan nama Davin yang tertera di layar ponsel.

"Baru juga dipikirin udah nelpon aja," gumam Erina pelan.

Setelah berpikir lama akhirnya Erina memutuskan untuk tidak mengangkat panggilan itu, karena ia sudah tahu tujuan Davin meneleponnya kalau bukan untuk mengajaknya bertemu seperti ajakannya tadi malam.

Walaupun hari ini Erina sedang libur bekerja, tapi ia ingin tetap di kosan untuk sekedar bersantai sehabis pulang kuliah beberapa jam yang lalu.

Tapi sepertinya niat santai Erina harus batal saat melihat pesan masuk yang dikirimkan Davin. Pesan yang membuatnya sangat terkejut dan membuat jantungnya lebih berdebar cepat dari biasanya.

Om Davin
Saya sudah ada di depan gerbang kos kamu, apa kita bisa ketemu sebentar?

"Gila banget sih Om-Om satu ini!" Erina bangkit berdiri dan mengintip di jendela kosnya untuk memastikan kebenaran, ternyata benar mobil Davin ada di depan gerbang kosnya.

Erina
Tunggu disitu, aku siap-siap dulu

Erina menyimpan kembali ponselnya dan segera bersiap dengan membersihkan tubuh terlebih dahulu. Setengah jam kemudian akhirnya Erina sudah siap dengan penampilan santainya yang hanya mengenakan celana jeans panjang dan kaus pas badan.

Erina berjalan cepat untuk masuk ke dalam mobil Davin demi memanfaatkan sekitar kosnya yang sepi tak ada penghuni lain yang keluar.

Penampilannya yang terkesan santai sangat bertolak belakang dengan penampilan Davin yang selalu berpakaian formal dengan setelan kerjanya yang masih terlihat rapi di jam sekarang.

"Selamat sore, Erina," sapa Davin yang sangat terkesan formal.

"Om kenapa nekat pergi ke kosan aku sih?" tanya Erina sedikit gemas, "Gimana kalau ternyata aku gak ada di kost?"

SUGAR DADDY | 21+ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang