Malam sudah tiba, Amara yang baru mengetahui dirinya akan ditinggalkan oleh keluarganya sejak tadi enggan untuk melepaskan pelukannya pada sang ayah.
"Daddy jangan tinggalin Amara!" Rengeknya.
"Sayang, daddy harus pulang dulu sekarang. Kamu boleh datang ke mansion kapanpun kamu mau bahkan jika kamu mau tinggal disana itu tak masalah princess asal dengan persetujuan suamimu, karna sekarang kamu sudah mempunyai suami dia bertanggung jawab penuh atas dirimu. Benar begitu Arfaz?" Ucap daddy Rajendra sembari menyindir Arfaz
"Benar daddy." Ucap Arfaz sembari menganggukkan kepala.
"Ga mau daddy~aku pengen ikut pulang ke mansion ga mau disini." Rengek Amara.
"Sayang benar kata daddy mu kami harus pulang sekarang, kamu boleh mengunjungi mansion kapanpun kau mau asalkan bersama suamimu juga dengen seizinnya. Tetapi sekarang biarkan kami pulang." Akhirnya mommy Ayla angkat bicara.
"Iya sayang hari sudah semakin larut." Sahut Oma.
"Biarkan saja dia ikut itu juga rumahnya bukan?" Ringan Opa.
"Apa-apaan kau ini!" Kesal Oma.
"Baiklah, kalian hati-hati dijalan." Ucap Amara.
—————————————————————————
"Amara." Amara menoleh saat mendengar suara berat yang tak asing menyebut namanya.
"Apa?"
"Tidak jadi."
"Lo mau kemana?" Tanya Amara saat melihat Arfaz hendak meninggalkan kamar.
"Saya ada janji sama santri buat dengerin setoran hafalan mereka, boleh 'kan?" Jelas Arfaz.
"Hmm..."
"Dasar cowok aneh! Gw pikir sebagai seorang yang paham agama dia bakal maksa buat malam pertama... ternyata enggak..."
"Boleh 'kan?" Arfaz kembali bertanya.
"Ck, boleh. Sana lo mendingan pergi gw mau mandi." Usir Amara.
Arfaz mendekat pada Amara. Ia menatap lekat istrinya itu, seketika senyum manis tercipta disudut bibirnya. "Saya tunggu kamu mandi saja ya. Kita pergi sama-sama. Sekalian kamu belajar menjadi ning." Putus Arfaz.
"Gak gak, gw gak mau!" Tolak Amara.
"Kenapa?"
"Diluar dingin, lagian ini udah malem. Ngapain juga gw belajar jadi ning ning-an segala. Males, lo aja sana yang jadi ning!"
Arfaz terkekeh. "Ning itu 'kan perempuan, mana bisa saya jadi ning? Lagipula kamu sekarang aja sudah jadi ning lewat jalur nikah sama saya.."
"Eh? Emang iya? Masa sih?"
"Sana kamu mandi. Saya mau ambil pakaian kamu dulu, oh ya, mulai hari ini kamu jangan berpakaian seperti biasa ya, kami harus mulai membiasakan diri pakai jilbab, demi kebaikan kita bersama." Ucap Arfaz.
"Emang kalo gue gak pake jilbab kenapa?"
"Satu helai rambut wanita yang terlihat oleh ajnabi itu bisa memasukkan empat laki-laki kedalam neraka, pertama ayah, kedua saya sebagai suami kamu, ketiga abang laki-laki kamu, dan terakhir... anak laki-laki yang memang sekarang belum ada."
"Berarti daddy sama abang gue juga tempatnya dineraka dong? Gw sama saudara-saudara gue 'kan gak ada yang pakai kerudung..? Tapi gue nggak kena imbas 'kan? Soalnya dari tadi lo nggak nyebutin,"
Arfaz tersenyum. "Rasulullah pernah melihat neraka, disana ada golongan wanita yang digantung rambutnya hingga otaknya mendidih, dan hukuman itu diberikan kepada wanita yang tidak mau menutup auratnya..." Jelas Arfaz."Masih mau berpakaian terbuka? Nggak kasian sama diri sendiri?" Tanya Arfaz.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMARFAZ
Teen FictionMenceritakan tentang seorang gadis dari keluarga kaya raya dan juga penguasa dunia bawah bernama AMARA VICTORIA MILLANO dan seorang Gus, anak dari pemilik Pondok Pesantren AT-TAQWIN yaitu Pondok Pesantren besar di Sukabumi, Gus tersebut bernama ARFA...