Part ini paling panjang, semoga nggak kecewa ya
Happy Reading
♡
"Mas, bangun Mas ... aduh, ini beneran kagak ada orang apa? TOLONG!!" Pekik Varo sembari mengguncang tubuh seorang cowok yang terkapar di pembatas jalan.
Ia tidak kenal siapa cowok itu, wajahnya begitu asing, namun Varo masih punya rasa iba untuk menolong. Lantas ketika tengah mengendarai kendaraan tanpa sengaja ia melihat cowok itu sendirian dalam keadaan pingsan, Varo pun berinisiatif berhenti dan menghampirinya.
Dari jauh terlihat samar-samar lampu yang menyala diikuti suara deru motor besar mendekat. Seseorang berseragam SMK turun dari motornya usai membuka helm. Berlari ke arah Varo dan cowok yang tidak dikenal itu.
"Astaghfirullah, Rakha!"
Mata Dito menatap Varo dengan kening berkerut.
"Lo temennya cowok ini ya? Em ... tadi gue nemuin dia pingsan sendirian di sini." Jawab Varo canggung.
"Eughhh ..." eluhan ringan dari Rakha membuat keduanya menatap cowok itu lamat-lamat. Rakha membuka matanya lebar-lebar, memperhatikan sekeliling. Lalu beringsut duduk. "Gue di mana? Akh!" Rakha memegang kepalanya yang terasa pening.
"Ka, kamu nggak papa?"
Rakha menjauhkan tangannya dari kepala, menoleh ke arah Dito. "Dito, gue di mana? Kenapa gue bisa di sini?"
"Em .. kamu tadi pingsan, Mas ini yang nolongin kamu." Sambil mengarahkan telapaknya ke arah Varo.
"Eh, jangan Mas dong, gue berasa tua. Nama gue Varo, kita juga seumuran kayaknya, dan masalah nolongin lo, gue juga nggak sengaja lewat sini."
"Makasih ya, kalo nggak ada lo ntar gue bingung sendiri."
"Tapi kenapa kamu bisa di sini, Ka. Jarang banget kamu jatuh dari motor, mana ini tempat sepi."
Rakha terdiam, mengingat-ingat apa yang membuatnya jatuh. Cowok itu berdehem lalu mengubah posisi duduknya di bahu jalan. Bercerita dari awal sampai akhir tentang kejadian sore tadi.
Varo ternganga. "Jadi, ada mobil yang ngikutin lo dari awal keluar gerbang sekolah?"
"Iya." Rakha mengangguk. "Gue pikir mereka cuma searah jalan pulang sama gue, tapi pas beberapa kali lewat tikungan mobil itu sama sekali nggak belok. Pas gue pelan ikut pelan, dan pas kebut juga ikut kebut. Itu yang buat gue jatuh."
"Kamu kenal nggak salah satu orang di mobil itu? Ciri-cirinya?"
"Sayangnya gue nggak tau, orang dalem mobil itu sama sekali nggak nunjukin diri."
Perasaan Varo jadi tidak enak, ia merasa ada yang tidak beres di sini. Lamunan cowok itu harus buyar seketika saat mendengar suara teriakkan seorang gadis yang perlahan-lahan memudar disapu hembusan angin.
"Eh, suara perempuan tuh?"
"Iya. Dari sana." Varo menunjuk jalan lain yang gelap tiada penerangan.
"Cek yuk, saya takut nanti ada yang dibegal."
Varo bangkit, "ayo,"
"Eh, eh! Gue ikut!" Rakha berseru saat kedua cowok itu hendak berlari ke jalan sana.
Dito tentu menggeleng tak setuju. "Jangan. Kamu tunggu di sini, kalau beneran itu begal bisa bahaya. Apalagi keadaan kamu lagi nggak baik."
"Yah ... woi! Gue bukan anak kecil! Gue bisa kok, woi!" Teriakkan Rakha tak berpengaruh karena Varo dan Dito sudah lebih dulu menjauh, saking gelapnya jalan tersebut tubuh mereka bahkan seperti lenyap ditelan malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable |End|
Teen FictionIneffable adalah sesuatu yang melampaui kemampuan bahasa untuk mengungkapkannya. Arti lain adalah "tak terlukiskan". Ada banyak kisah yang ditulis di cerita ini, salah satunya Abel. Gadis berkulit sawo matang yang tidak percaya akan cinta. Abel piki...