Ada perasaan aneh menghinggapi Chaeyoung. Entah mengapa, perasaannya menjadi buruk. Nafasnya menjadi tercekat, melihat suster hanya membawa satu bayinya yang telah di bersihkan. Lalu diikuti Jaehyun yang nampak lemas di belakangnya. Firasatnya menjadi buruk sekarang ini.Suster itu pergi setelah meletakkan bayi di sebelah Chaeyoung. Jaehyun mendekat kepada Chaeyoung, bergantian menatap Ibu dan Anak yang sekarang menjadi pusat dunianya.
"Jaehyun, dimana anakku yang lain—dimana Haneul?" Chaeyoung menyadari yang berada dalam gendongannya adalah Sion.
Jaehyun, tidak menjawab pertanyaan yang di lemparkan oleh Chaeyoung. Namun dirinya meletakkan Sion pada tempat tidur bayi. Berjalan mendekati Chaeyoung, menggenggam tangan istrinya dengan erat.
"Chaeyoung ... Haneul sedang berjuang. Dokter mengatakan bahwa kondisi jantung Haneul sangat lemah. Jadi Haneul belum bisa bersama kita."
Chaeyoung menatap Jaehyun dengan tatapan hancur. Tangannya bergetar hebat, baru saja kebahagiaan menghampiri mereka, tapi mengapa seolah mereka tidak betah singgah pada kehidupan Chaeyoung.
Jaehyun kembali memeluk Chaeyoung yang terdiam. Mengelus pundak istrinya untuk menyalurkan kekuatan kepada Chaeyoung. "Haneul adalah anak kita yang kuat, Chaeyoung. Aku yakin—kita harus yakin, Haneul akan berkumpul lagi bersama kita. Kau tidak boleh bersedih."
Chaeyoung terisak di dalam pelukan sang suami. Rasa sakit mengetahui bayinya tidak di sampingnya bahkan mengalahkan rasa sakit saat dirinya berjuang melahirkan. Bisakah Tuhan menukar rasa sakit itu kepada Chaeyoung? Tak apa jika Chaeyoung kesakitan asal anaknya baik-baik saja.
"Bisakah aku yang menggantikan Haneul? Bisakah aku saja yang sakit, Jaehyun? Anakku tidak bersalah, aku yang bersalah."
"Sssh, kau tidak boleh berbicara seperti itu. Ingat, masih ada Sion di sini. Kalau kau sakit, Sion akan bersedih."
Jaehyun mengeratkan pelukannya pada sang istri, menyalurkan kekuatan aga istrinya semakin kuat. Kendati dirinya juga hancur, mendapati putri kecilnya harus berjuang melawan kesakitan di hari kelahirannya. Masih terbayang jelas bagaimana tangan mungil bayi nya menggenggam jari milik Jaehyun. Namun kini bayinya harus terbaring lemah, berjuang untuk hidup.
***
"Aduh, Anakku. Kau sangat lapar, ya? Tenanglah, Ayah tidak akan meminta makanan lezatmu. Sion sayang, Ayah harap kau menjadi jagoan yang hebat."
Jaehyun memandang takjub bayinya yang genap berusia satu minggu ini. Sion sangat bersemangat menyedot asi yang telah di sediakan oleh Chaeyoung. Sementara istrinya itu sedang berada di kamar mandi. Entahlah, Jaehyun seperti memiliki ikatan batin yang sangat kuat dengan bayi mungil di gendongannya. Sion yang biasanya rewel, mendadak tenang bila Jaehyun di dekatnya, dan Jaehyun menyukainya. Sedari tadi, dirinya tidak berhenti untuk menciumi Sion, dirinya pasti akan mendapatkan omelan dari Chaeyoung jika sang istri melihatnya. Karena sangat susah memenangkan Jagoan Kecil ini jika sudah rewel dan memangis seharian. Rasanya Jaehyun ingin sekali tidak bekerja dan menghabiskan waktu bersama jagoannya ini.
"Apakah masih belum ada kabar baik dari Rumah Sakit, Jaehyun?"
Chaeyoung yang sudah selesai dengan urusannya, menghampiri Jaehyun lalu menidurkan Sion pada ranjang bayi miliknya. Mengelus pelan wajah putranya, dan mencium pipi selembut kapas milik Sion.
"Belum, Dokter mengatakan bahwa Haneul masih di bantu dengan alat pernapasan serta selang infus. Kondisinya masih belum stabil untuk dilakukan prosedur operasi."
Jaehyun bergerak mengelus tangan Chaeyoung yang sudah merebahkan tubuhnya pada sisi ranjang.
"Kita harus percaya, Haneul pasti sembuh. Dia adalah bayi yang kuat, Chaeyoung."
KAMU SEDANG MEMBACA
Out of Time [Tamat]
RomancePark Chaeyoung yang harus mendekam di penjara karena merundung teman sekelasnya, yang menyebabkan temannya mengakhiri hidupnya. Disaat angin kebebasam akan menyambutnya, Jeong Jaehyun datang untuk meminta bayaran kepada Chaeyoung atas kematian adik...