Bela berjalan kearah dapur sekeluar dari dalam kamar. Melirik ke meja makan, ada 3 potong telur dan sepotong daging.
Ini lauk makan malam keluarga empat orang miliknya.
Melihat wastafel dengan teliti, tak ada bekas piring kotor yang terdapat disana.
Aku ingin makan daging ini... Ha
Menuju ke ruang tamu, nampak adik laki-lakinya yang sedang mengunyah. Bisa ia tebak jika itu sepotong bagian telur yang hilang.
Tak ingin repot-repot, Bela memutuskan kembali ke kamarnya saja namun beberapa menit kemudian ia keluar lagi, malam hari ini sungguh panas dan ia cepat merasa haus.
Pandangan Bela segera tertuju pada piring lauk, sepotong daging itu hilang. Mengernyit sebal, ia melangkahkan kakinya untuk melihat sang adik.
Dan di sana, daging yang ia sangat inginkan namun harus menahannya sedang dilahap oleh seorang bocah 10 tahun itu.
Sial
Amarah Bela memuncak. Mendatangi ibunya dengan tergesa-gesa dan langsung bertanya,
"Apa ada mie instant dirumah bu???"
Melinda melihat Bela dengan heran, "Ada telur dan daging di dalam. Kenapa terus mencari mie?"
Melihat ke bawah, Bela berucap dengan suara rendah. "Sudah hilang, anak kesayangan mu memakannya tanpa nasi. Dan ia belum makan malam, lalu bukankah ia akan mengambil lauk saat makan nanti??!!"
"Itu hanya sepotong telur, Bel. Jangan marah pada adikmu."
Tertawa kecil, Bela menahan agar gemetar suaranya tidak terdengar.
"Dia memakan dagingnya! Jika memakannya untuk makan malam aku tidak peduli, karena itu makan! Makan! Tapi dia memakannya sebagai camilan Bu!"
Menatap tajam adiknya yang terdiam, Bela kembali berucap sembari menahan tangisan yang sedari tadi ingin ia curahkan.
"Ibu belum makan, ayah belum makan, dan dia juga belum makan! Hanya ada beberapa potongan kecil telur dan sepotong daging, apakah itu cukup??! Dan sekarang itu berkurang!"
"Bukankah ibu tahu aku selalu bertanya sebelum makan?? Bu aku makan sekarang ya? Bu aku mau nambah porsi ya? Bu apakah ini bisa kumakan?"
"Dan apa ibu tahu kenapa aku selalu milih makan paling terakhir sebelum tidur??? Karena saat itu aku tidak kebagian nasi Bu, kehabisan lauk dan terkadang tidak ada mie instant."
"Aku hanya ingin yang terakhir, setidaknya aku bisa menghemat jatah keluarga meskipun tidak makan dua atau tiga hari."
Dengan cepat Bela kembali ke kamar dan menutup pintu dengan bantingan. Bela tau yang ia lakukan sekarang buruk, sangat buruk.
Namun tanpa melepaskan, Bela merasa dirinya akan gila. Jika bisa, ia ingin keluar dari rumah dan hidup sendiri.