BAB 75: Memories With Daniel

30 2 0
                                    

Hendardi menatap kosong ke arah sungai. Ini sudah hari ketiga pencarian Daniel, namun tak membuahkan hasil.

Pencarian pun diperluas sampai ke hilir sungai karena polisi tak menemukan tanda-tanda kejahatan ataupun rencana pembunuhan.

"Daniel, kamu di mana, Nak? Tolong kembali, Nak. Papa janji takkan memaksa kamu untuk ikut Papa. Kamu bebas memilih jalan mu sendiri." Pria itu bermonolog dengan pandangan yang tak lepas dari sungai.

"Sampai segitunya kamu mengindari Papa, Nak."

Tiba-tiba pandangan Hendardi terkunci ke seorang gadis yang berdiri di bantaran sungai. Seragam dan lambang sekolah nya sama seperti lambang sekolah Daniel.

Sejujurnya sudah tiga hari terakhir Hendardi melihat gadis itu berdiri di sekitar bantaran sungai. Entah saat pagi atau sore.

Hendardi menyipitkan matanya menatap wajah gadis itu. Wajahnya tak asing.

Hendardi teringat tentang postingan Instagram Daniel.

Tak salah lagi, itu adalah kekasihnya Daniel yang foto-fotonya ada di postingan Instagram Daniel.

Kalau tak salah namanya adalah Bella.

Wajah gadis berparas cantik itu nampak sendu. Pandangannya kosong seolah tak ada harapan.

Hendradi berinsiatif untuk menghampiri gadis itu.

"Bella?"

Bella kaget saat namanya dipanggil oleh seseorang. Gadis itu reflek menoleh ke samping.

Matanya melebar saat melihat paras pria berjas coklat di depan nya tersebut.

"Daniel?" Beo gadis itu. Wajah, fitur wajah, alis tebal, hidung mancung, mata dan sorot mata yang tajam, tinggi dan postur tubuh, bibir dan lain-lain yang benar-benar mirip dengan Daniel.

Hanya saja potongan rambut dan warna rambut yang berbeda. Pria itu berambut hitam, sedang Daniel agak coklat ke arah pirang seperti rambut ibunya.

"Saya ayahnya Daniel." Hendardi memperkenalkan diri.

Bella berusaha tersenyum. Gadis itu ingin menyunggingkan senyum kecil, tapi malah menjadi senyum getir. Sungguh sulit tersenyum di saat-saat seperti ini.

Keduanya diam seribu bahasa. Sampai akhirnya Hendardi bertanya ke Bella. "Kamu pacarnya Daniel kan?"

Bella mengangguk kecil.

"Santai saja, tidak usah canggung." Ujar Hendardi.

Bella mengalihkan pandangannya ke arah arus sungai yang mengalir dengan tenang.

Hendardi ikut menatap ke arah pandang Bella.

"Mamanya Daniel sudah menceritakan semua tentang kamu."

Bella meneguk ludahnya sendiri.

"Maaf kalau Bapak merasa tidak suka dengan keberadaan saya di dekat anak Bapak. Apalagi latar belakang saya dan keluarga saya yang jauh di bawah keluarga Bapak yang terpandang."

"Tapi saya mohon, jangan halangi saya berada di sini sampai saya bisa bertemu dengan Daniel untuk terakhir kalinya sebelum saya pergi."

Bella sadar diri. Dirinya yang bagaikan rakyat jelata tak pantas bersanding dengan seorang pangeran.

Hendardi tersenyum kecil. Sikap Bella mengingatkannya pada Dita yang dulunya suka minder.

"Saya tak berhak menentukan jalan hidup anak-anak saya. Mereka bebas memilih apapun yang mereka inginkan, termasuk orang yang mereka cintai."

DIARY WITH DANIEL [LENGKAP]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang