“Luka paling menyakitkan itu kehilangan, ikhlas itu sebuah kebohongan, kerena tidak ada yang baik baik saja setelah ditinggalkan orang yang kita sayang.”
•••
Jangan lupa ramein yaw🧡
🌺🌺🌺
Sudah satu minggu lamanya Aksara pergi dari kehidupan semua sahabat sahabatnya, hanya luka yang tersisa, hanya kesedihan yang selalu mereka rasakan. Tidak ada yang baik baik saja setelah kepergian Aksa, semuanya masih tenggelam bersama kapal kesedihannya. Apalagi Anna yang berhari-hari mengurung diri di kamarnya. Antara kecewa, sedih dan juga marah semuanya bercampur aduk didalam benaknya.
Seorang lelaki bernetra elang berjalan santai memasuki markasnya. Ia melirik seluruh penjuru markas yang terlihat sepi, hanya ada Karel yang duduk sambil membaca buku.
"Rel, pada kemana?"
Karel menurunkan bukunya dari pandangannya lalu beralih menatap Althar." Noh, lagi duet nangis." Ujarnya sambil menunjuk dengan wajahnya kearah pojokan dekat lemari di sana terdapat dua lelaki yang sedang menangis sesegukan.
Althar menggeleng pelan lalu menghampiri mereka." Mau sampe kapan nangis mulu? Mau lo nangis darah pun Aksa gak bakalan balik. Dari pada nangis gak jelas gini mending lo do'ain. Orang mati itu gak butuh tangisan butuhnya do'a."
Mereka menatap Althar dengan mata sembab nya tidak ada lagi wajah ceria dari mereka, hanya ada tangisan di setiap saat, hanya kelesuan yang mereka rasakan, kehilangan Aksa memang memengaruhi kehidupan mereka sebesar itu. Wajar saja karena mereka sudah bersama-sama sejak kecil, saling bercerita tentang panti yang mereka tempati lalu saling bercerita tentang bahagianya orang yang memiliki keluarga yang lengkap yang tidur pernah mereka rasakan.
"Gua, gak punya semangat hidup lagi," lirih Afkar.
"Lo berdua gimana si!! Mana nih Afkar Dikta yang suka lawak? Liat, markas horor banget kagak ada celotehan kalian. Ayo dong semangat!! Masih ada gua, Karel, dan lainnya yang nunggu kalian. Udah, jangan berlarut larut dalam kesedihan."
"Tapi Thar....hiks...gua kangen Aksa...hiks...kita udah punya rencana buat nyari orang tua kita..." Ucap Dikta masih di sela tangisannya.
Bukannya sedih Althar malah tertawa mendengarnya, rasanya seperti bukan Dikta jika menangis seperti ini.
"Ck, kayak bocil lo! Aksa udah tenang di sana, dan tugas lo disini itu cuma satu do'ain dia bukan nangisin dia. Inget, tanpa Aksa pun kehidupan lo berdua tetap berjalan."
Mereka berdua menghela nafas sebentar lalu menghapus air matanya." Iya, iya, gua gak bakalan sedih lagi," balas Afkar.
"Kayra!!!" Panggil Ressa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTHAREL [SELESAI ✔️]
Novela Juvenil[HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "𝑺𝒆𝒃𝒖𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒓𝒔𝒂𝒉𝒂𝒃𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒖𝒋𝒖𝒏𝒈 𝒌𝒆𝒎𝒂𝒕𝒊𝒂𝒏... "Tidak perlu melirik ke kanan atau ke kiri karena musuh sebenarnya ada di depan mata kita sendiri" Dia Altharel Pradipta Reksa yang s...