Bokuto hanya diam dan memeluk lututnya dengan erat, dia melamaun sambil memperhatikan Kuroo yang tengah menambah ranting agar api unggun tetap menyala. Pikirannya masih memutar kejadian yang dia alami di kamar mandi tadi.
Niat hati ingin memberitahu kedua temannya, tetapi Bokuto pernah mendengar, "Kalo terjadi sesuatu, jangan di ceritain di tempat kejadian." hal inilah yang membuat Bokuto menutup mulutnya rapat-rapat dan hanya memendam semua itu sendirian.
Kuroo juga mengalami kejadian aneh, tetapi nampaknya dia tak terlalu ambil pusing saat ini. Dia malah mengeluarkan sebatang rokoknya dan menempelkan ujung rokok itu pada api unggun besar yang ada dihadapannya. Entah dia memang benar-benar tak ambil pusing, atau dia mencoba mengalihkan pikirannya, tak ada yang tahu.
"Ampas banget asli, kenapa gak ada sinyal satu batang pun di sini..." sementara temannya yang satu ini, a.k.a Oikawa malah asyik mengotak atik ponselnya dengan harapan mendapatkan sinyal. Karna dia memiliki niat untuk melakukan live sambil pargoy agar mendapatkan gift singa.
Bokuto yang mendengar keluhan Oikawa tak bisa menahan dirinya untuk tak membalas hal itu. "Ya lo ngarep apaan, kita aja ada di hutan."
Oikawa mendengus mendengar itu. "Tau, tapi ya gak harus bener-bener kosong gini lah anjir."
Bokuto hanya memutar matanya mendengar itu, dia merasakan perutnya keroncongan. Itu membuatnya mendesah kesal sambil memegang perutnya kemudian berkata pada Kuroo. "Kur, ada pop mie lagi gak?"
Kuroo menghembuskan asap rokok di mulutnya aitu dan pandangannya beralih menatap Bokuto dengan tatapan malasnya, padahal mereka baru aja makan tapi si Bokuto udah mau makan lagi? Ck, dasar perut karet.
"DI dalem tenda, cari aja sendiri."
Pandangan Bokuto sontak mengerling menatap tenda besar yang berada di sebelah Oikawa, tenda itu gelap karna tak mendapatkan penerangan. Itu membuat Bokuto bergidik ngeri. "Lo aja dong yang nyari, kan gue gak tau tempatnya."
Kuroo memutar matanya malas mendengar itu, "Gak, gue males masuk ke tenda. Panas."
"Yaelah, bentar doang Kur... Please... Emangnya lo gak kasian sama gue?" Bokuto bertanya sambil menatap Kuroo dengan tatapan memohonnya, bahkan dia mengeluarkan puppy eyes-nya. Yan membuat Kuroo malah merasa jijik melihatnya.
Karna tak ingin menyaksikan pemandangan yang menjijikan yang hampir setara dengan video dark web yang bocor itu, alhasil Kuroo bangkit dan berjalan menuju tenda. "Najis, bangun gc. Bantu gua nyari termos airnya." Kuroo membuang rokoknya yang masih tersisa setengah itu tepat sebelum dia memasuki tenda, dia bahkan menginjaknya agar rokok itu benar-benar mati.
Bokuto senang mendengar itu, Kuroo memang temannya yang sangat amat mudah di bujuk. Tak seperti Oikawa yang keras kepala dan sok seleb itu. Dia segera bangkit dan mengikuti Kuroo untuk masuk ke dalam tenda mereka itu.
Dan menyisakan Oikawa yang ada di luar tenda sambil menatap kecewa dan sedih handphone miliknya. Masih tak terima karena rencananya untuk live gagal.
Oikawa menghela nafasnya, kemudian dia memperhatikan sekeliling, dia mendapati banyak sekali pohon pinus yang besar, lebat, dan juga tinggi di sekelilingnya. Kemudian kepalanya perlahan mendongak ke atas yang membuatnya melihat langit malam yang cerah dengan bulan yang bersinar di sana. Meskipun dia tak bisa melihatnya dengan jelas karena terhalang daun dan batang pohon-pohon yang ada di sana. Tapi menurutnya, pemandangan itu sangat cantik.
Jari tangannya segera mengklik aplikasi bernama kamera yang ada di handphone-nya itu kemudian dia segera mengarahkan ponselnya ke atas untuk memotret pemandangan malam itu.
Dia mengambil banyak foto pemandangan langit di malam itu, tak hanya langit. Oikawa bahkan memotret sekelilingnya sesekali.
Dan ketika dia sedang asyik-asyiknya memotret, ketika dia mengarahkan ponselnya ke sebelah kiri yang menyorot banyak sekali pohon pinus yang ada di sana. Dari layar handphonenya, Oikawa dapat melihat dengan jelas, ada sosok lelaki yang cukup besar yang mengenakan kaos putih lusuh.
Itu membuat Oikawa mengernyit heran sebelum akhirnya dia sadar.
"Ah, Bapak tukang sapu!" Oikawa berkata dengan cukup antusias. Dia mengira itu adalah tukang sapu yang menjual banyak ranting padanya tadi pagi.
Oikawa segera mengalihkan pandangannya dari ponselnya menjadi menatap daerah di mana tukang sapu itu berdiri yang dia lihat dari handphone-nya tadi.
Namun, ketika Oikawa melihat pemandangan hutan itu secara langsung, tak melalui kamera handphone miliknya, dia menyadari. Bahwa lelaki yang ia sebut sebagai "Bapak tukang sapu" itu kini tak ada di tempatnya berdiri.
Oikawa hanya menyaksikan deretan pohon pinus dan pepohonan lainnya yang ada di hadapannya.
Kebingungan mulai melandanya kala itu, dan tiba-tiba saja dia mendengar suara.
"Kenapa? Nyariin, ya?" suaranya pelan, namun entah kenapa Oikawa merasakan itu seperti berada tepat di sebelahnya.
Jantung Oikawa berdegup kencang mendengar itu. Degup jantung orang yang sedang jatuh cinta dan ketakutan, sangat berbeda.
Dan sialnya yang Oikawa rasakan kali ini adalah degup jantung yang menandakan ia sedang ketakutan.
Dia refleks mengalihkan pandangannya ketika mendengar itu, dan tepat saat itu...
Dia mendapati Bokuto yang tengah menatapnya dengan kesal.
"Di mana termos air?! Gue nyariin dari tadi!!" Bokuto mengulang perkataannya dengan kesal dengan tangan kanan yang memegang satu cup pop mie yng sudah dia buka.
Menyaksikan itu adalah Bokuto membuat Oikawa menghela nafasnya lega, "Ngomong yang kenceng kek, jangan kayak orang bisik-bisik gitu." ucap Oikawa untuk menghilagkan ketakutan yang ada di dalam dirinya.
"Males ah, buang-buang suara." balas Bokuto kemudian dia mendengus dan kembali mengulang pertanyaannya, "Jadi, di mana termos airnya?"
Tangan Oikawa bergerqak menuju ke arah sebelah tenda mereka, "Di sono noh, di sebelah tenda."
Tanpa banyak basa-basi Bokuto segera menuju ke sebelah tenda yang Oikawa maksud. Sementara Oikawa hanya menghela nafasnya lega, dia bahkan mengusap dadanya dengan lembut.
Padahal, sempat terbesit di otaknya bahwa itu bukanlah suara manusia.
Namun, ternyata itu adalah milik Bokuto. Fyuh... Oikawa benar-benar merasa lega saat ini
Tapi Oikawa, apakah kau yakin suara itu adalah milik Bokuto?
Pertanyaan yang kau dengar pada bisikan itu jelas-jelas berbeda dengan apa yang Bokuto ulangi setelahnya.
Lantas, kenapa kau berpikir itu adalah milik Bokuto?