Derai air mata mewarnai berbagai proses sebelum penguburan jenazah Daniel.
Ratusan karangan bunga berjejer disepanjang trotoar pinggir jalan di sekitar rumah Daniel.
Rumah Dita di penuhi oleh suara tangisan.
Bella tak kuasa menahan tangis saat duduk di depan jenazah Daniel sambil membacakan surat Yasin untuknya.
Bella tak menyangka akan melakukan ini secepat ini.
Bella merasa sesak di sini, apalagi saat melihat Daniel terbujur kaku di depannya.
Tapi sebisa mungkin Bella bertahan untuk bersama Daniel di saat-saat terakhir mereka bisa bertemu.
Hati Bella bagai teriris pisau tajam saat melihat Dallas dan Dayana menangis meraung-raung sambil memeluk jasad kakak mereka.
Mereka yang biasanya bertiga dengan segala tingkah dan kerandoman kita terpisahkan oleh maut.
"Abang!"
"Abang Daniel."
Harris segera menjauhkan dua bocah itu lalu memeluknya erat-erat. Si kembar masih saja menangis histeris.
Dita pingsan saat kedatangan jenazah Daniel ke rumah. Dita tak kuasa menahan tangis. Wanita itu berupaya menolak fakta, tapi dia tak mampu hingga akhirnya jatuh pingsan.
Hanna, Karina, dan Kirana duduk mendampingi Daniel. Hendardi dan Kamal sibuk menyiapkan segala perlengkapan untuk membawa Daniel ke Kotabaru untuk dimakamkan di sana. Tempat pemuda itu dilahirkan.
Menyiapkan segala keperluan itu hanya dalih Hendardi. Ia tak sanggup melihat putra sulungnya yang sangat ia banggakan terbujur kaku tak bernyawa.
Vania, Verra dan Alyssa senantiasa berada di samping Bella. Kelima sahabat Daniel juga turut hadir di kediaman Daniel.
Kamal menghampiri Hendardi yang duduk sendirian di kamar Daniel. Pria paruh baya itu duduk di samping putra sulungnya lalu mengelus punggungnya dengan lembut.
Hendardi langsung memeluk erat-erat ayahnya lalu menangis dalam pelukan hangat pria paruh baya itu.
"Semua ini salah Hendardi, Pa! Seharusnya Hendardi tak terlalu menekan Daniel! Hendardi udah bunuh anak kandung Hendardi sendiri." Pria itu meraung-raung.
Kamal terus mengelus punggung tegap putranya untuk menenangkannya.
"Itu semua karena keserakahan mu, Di. Seharusnya kamu tidak berbuat seperti itu. Kamu ingin memisahkan anak dari ibunya, tapi akhirnya kamu kehilangan anakmu untuk selama-lamanya. Itulah karma."
"Sekali lagi kamu menghancurkan hidup kami semua. Tapi kali ini bukan tentang keluarga kita saja. Tapi tentang Bella, kekasihnya Daniel. Bagaimana perasaannya? Dan juga sahabat-sahabat Daniel yang sudah lama bersahabat dengan Daniel? Mereka semua terluka."
Kata-kata Kamal menusuk hati kecil Hendardi. Ingin menyangkal tapi itulah fakta.
Sekali lagi Hendardi membawa badai besar dalam hidup semua orang.
Hendardi memang bodoh hingga putra sulungnya dan orang-orang disekitar mereka yang menanggung akibatnya.
"Hendardi gagal, Pa! Hendardi gak pantas jadi Papa."
Hati Kamal bergetar.
Keluarganya tengah diterpa badai besar yang membawa kehancuran dan perubahan besar di kehidupan mereka semua.
Tiba-tiba Dita masuk ke kamar Daniel lalu menarik tangan Hendardi, memaksa lelaki itu berdiri.
Tanpa aba-aba Dita menampar pipi Hendardi dengan sangat keras hingga Hendardi sampai menoleh ke samping.
Hendardi menatap Dita sambil memegangi pipinya yang terasa panas.
Tamparan Dita keras bukan main.
Hari ini Dita bukan lah Dita yang dulu. Dita yang sekarang adalah seorang ibu yang berduka atas kehilangan salah satu putranya.
Hendardi diam membisu. Orang yang salah tak berhak melawan ataupun membela diri.
Seolah tak puas Dita mencengkram erat kerah baju Hendardi hingga acak-acakan.
Mata Dita nyalang ke arah mantan suaminya itu.
"Karena mu anak kita tiada! Kamu ingin memisahkan Daniel dari ku kan? Tapi apa? Daniel malah pergi meninggalkan kita semua selama-lamanya!! Puas kamu?!! Itu kan yang kamu mau?!!" Cerocos Dita. Emosinya meledak-ledak, maka dari itu Dita tak berani berdekatan dengan si kembar. Takut terbawa emosi.
"Jawab!" Wanita itu membentak pria di depannya.
Baik Kamal maupun Hendardi, mereka tak mampu menyanggah tuduhan Dita.
"Bajingan."
"Kamu bajingan!! Brengsek! Gak guna! Pembunuh!" Dita mengeluarkan berbagai umpatan untuk Hendardi.
Hendardi memejamkan matanya. Ia tak berkutik lagi.
Cengkraman tangan Dita melemah. Wanita itu meletakkan kepalanya di dada bidang Hendardi sambil menangis.
Hendardi merengkuh tubuh lemah itu.
"Anak kita ... " Dita menunjuk ke arah ruang tengah.
Hendardi mengangguk kecil. Keduanya sama-sama berderai air mata.
Kamal segera membuang muka.
Harris masuk ke dalam. "Semua persiapan sudah siap. Kita harus segera berangkat agar proses pemakaman tak terlalu malam."
Dita segera keluar dari pelukan Hendardi lalu menghapus air mata.
Hendardi menuntun wanita itu berjalan menuruni anak tangga. Diikuti oleh Kamal dan Harris.
Jovan, Abidzar, Adryan, dan Vares mengangkat keranda jenazah Daniel di keempat sisinya.
Hanna menuntun Dita mengiringi jenazah Daniel yang dibawa masuk ke dalam ambulans.
Harris, Kamal, Hanna, Karina dan Kirana berada di mobil yang sama. Sedangkan Hendardi, Dita, dan si kembar menemani jenazah Daniel di mobil ambulans.
Verra, Vania, Alyssa dan Bella berdiri di depan gerbang.
Bella memandangi iringan mobil yang akan mengawal jenazah Daniel hingga ke Kotabaru.
Bella tak berdaya lagi. Kali ini Daniel benar-benar pergi darinya untuk selama-lamanya.
Kata-kata pergi bukan berarti tidak kembali sudah tak berarti lagi.
Verra dan Vania mengapit lengan Bella.
Jantung Bella berdetak kencang saat mesin mobil dihidupkan. Satu persatu mobil melaju meninggalkan pekarangan rumah, melewati gadis itu.
Hembusan angin dan saat ambulans lewat di depan Bella membuat gadis itu tak mampu bernafas dengan benar.
Dadanya sesak, seolah ada yang mengganjal dan Bella ingin segera memuntahkannya.
Bella benar-benar tersiksa.
Iring-iringan mobil kian menjauh dan hilang di ujung pandang.
Meninggalkan seorang gadis malang yang tengah berusaha menerima kenyataan pahit ini.
Semua kisah cinta pasti berakhir duka.
Berbagai doa yang dipanjatkan oleh Bella berjatuhan di langit setelah kalah melawan takdir Tuhan.
"Selamat jalan, Daniel."
"Semoga kamu bahagia di ketenangan abadi."
"Izinkan aku hidup bersama kenangan mu. Kamu abadi di kisahku."
TAMAT
KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY WITH DANIEL [LENGKAP]✔️
Teen Fiction[BELUM REVISI] [WARNING KATA-KATA KASAR BERTEBARAN] ____________________________________ Description: "Pergi bukan berarti tidak kembali." Bella terkejut saat mengetahui bahwa rekan setimnya untuk mengikuti olimpiade MIPA adalah mantannya sendiri. M...