🏠 - Tiga Puluh Tiga

583 59 8
                                    

"AARGHH SIALAN!!"

BRAK

Lelaki itu menendang meja didepannya dengan kuat, hingga terdengar bunyi dentuman keras dari meja tersebut. Melampiaskan emosi yang penuh sesak di rongga dadanya.

"KENAPA BISA ADA ORANG YANG KESITU?!!! HARUSNYA BUNGSU ARGANA ITU MATI!! HARUSNYA DIA MATI!!!"

Satu lelaki lainnya hanya duduk di sofa sembari memijat pangkal kepalanya pening. Sedari tadi, terus saja saudaranya ini mengamuk tidak jelas karena mereka lalai dalam menjalankan misi keduanya.

"Kekanakan banget, sih." Dia berdiri kemudian, berjalan menuju sebuah cetak biru dan mencoretnya untuk menandai. "Besok. Kita kerahkan lagi tenaga orang buat bunuh dia."

"TERUS KALO GAGAL LAGI GIMANA?!! AAARRRGHHH ARGANA SIALAN!!!"

"Lo santai bisa nggak, sih? Liat aja, dia pasti mati."

"Dan keluarganya, bakal menyesal sampai kapanpun itu."

***

"Lo mau berangkat eskul, nggak?"

Leon menggeleng, saat teman satu eskulnya itu menanyakan. Ini salah satu sebab Leon terlalu rajin, banyak eskul yang dirinya ikuti.

Batas pilih eskul ada empat. Tetapi jarang yang benar benar masuk ke empat eskul ini. Sementara Leon masuk ke eskul Basket, Futsal, Seni dan Drum Band.

Merepotkan? Tentu saja. Ditambah jadwal semua eskul itu berjarak sangat dekat, membuat Leon kurang beristirahat. Juga jangan lupakan jika sekolah selalu menunjuk dirinya untuk mengikuti perlombaan dan mewakili sekolahnya. Baik tingkat antar sekolah, nasional, hingga internasional.

Derita anak berprestasi. Kasian deh kamu.

"Capek banget gue, pengen istirahat. Minta tolong bilang Pak Tio gue izin, ya." Leon pergi dari situ, setelah temannya mengangguk mengiyakan.

Sesudahnya, Leon berjalan kearah parkir, sambil melihat-lihat sekitar. Masih banyak siswa yang belum pulang.

Leon lanjut berjalan kearah motornya berada. Sejenak memakai helm dan jaket kulitnya, mengingat jarak sekolah ke rumah lumayan jauh.

Leon mengendarai motornya itu dengan kecepatan sedang. Dari kejauhan, terlihat jika jalan depannya mengalami kemacetan dan tentu menghambat perjalanan. Tidak ingin ambil pusing, Leon mengarahkan motornya untuk berbelok ke jalan tikus.

Jalan ini sangat sepi, kecil pula. Tidak ada orang yang lewat. Bukan jalan sebenarnya, lebih cenderung ke sebuah gang kecil. Terakhir kali dirinya lewat, entah sudah berapa lama.

Leon mengendarai motornya secara leluasa, menikmati perjalanannya dijalan yang sepi ini. Sebenarnya, tempatnya bukan tempat yang gelap dan sunyi seperti di film-film, terang dan lumayan terbuka, namun jarang orang lewat karena ini jalan yang pinggirannya yaitu pagar belakang rumah penduduk.

Perlahan, kecepatan laju motor Leon dia pelankan. Ada sekelompok orang yang berdiri dijalan depannya, terdapat empat orang laki-laki dewasa.

Leon hanya mengira bahwa mereka sebatas preman yang sekedar nongkrong. Tetapi, kecurigaannya tumbuh saat ternyata mereka membawa tongkat baseball dan balok kayu berukuran lumayan.

Tanpa aba-aba sama sekali, kepala Leon dipukul secara kuat menggunakan balok kayu itu. Meski terasa lumayan pusing, tetapi mengurang mengingat dirinya memakai helm. Secara spontan juga keseimbangan motor Leon berkurang.

Argana || NCT Dream [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang