Prologue
"we're always looking for that one thing out there that can truly show what what it is to be human"
Dedaunan dan bunga jingga berhembus berjatuhan berebut terbang untuk mendarat dipinggiran jalanan kota mitake. Kelopak bungapun ikut berjatuhan dan terbang berhembus lembut kearah seorang lelaki yang tengah duduk di taman bangku. Matanya mendongak melihat kelopak-kelopak bunga berjatuhan seakan tengah berdansa mengikuti gumaman nada lagu yang mengalir dikepalanya. serta langit senja orange yang dipenuhi aroma kenangan memeluk lelaki tersebut dan membawanya pada rasa sedih yang tidak ada habisnya. Euphoria udara senja menilisik melewati dedaunan di pepohonan, kehangatan sinarnya mengirimkan senyuman dibibirnya.
Gerios kembali ditempat ini, selalu tempat ini, selalu saat sore ini, dan selalu dihari ini; trying to look for angels.
Tawa riang terdengar dari arah kirinya, dengan lembut gerios mengayunkan kepalanya memberikan fokusnya pada sumber tawa tersebut, sudut bibirnya terangkat, gerios menyaksikan seorang gadis kecil mengayuh sepeda merah mudanya melintasi jalan kota. Rambutnya berayun-ayun diiringi semilir angin sore, gerios tidak bisa menahan diri untuk tidak mengenang kenangan yang membawanya pada hari ketika dia pertama kali bertemu dengannya.
"Aku Eleanor, siapa namamu?" sapa seorang gadis dengan senyum hangatnya. Gadis itu berambut pendek sebahu yang melengkapi fitur lembutnya. Eleanor duduk di sepeda flamboyannya yang bercat warna favoritnya-merah muda. Sambil menggerakan jari-jarinya dengan gelisah, gerios menatap rerumputan hijau dibawahnya. Dia tidak terbiasa berbicara dengan orang asing, dan itu terkadang membuatnya cemas, sungguh, sangat cemas. Beralih dari permainan jari jari tangannya, gerios mencengkram ujung kemejanya yang terlalu besar, dia bergumam "ger-ger... gerios" disituasi saat itu tidak ada keinginan dari anak lelaki 7 tahun selain bersembunyi di sudut tembok manapun. Gerios tidak tahu apa yang dia alami pada saat itu, tetapi jika dia mengalaminya kembali dia tahu bahwa dia sedang mengalami salah satu dari banyaknya gejala kecemasan yang dia derita.
"Gerios?"Eleanor bertanya dengan raut muka tidak suka, "Aku tidak suka nama kamu!" hanya dengan pernyataan dari gadis tersebut menimbulkan kepanikan yang luar biasa dalam diri gerios. Menghembuskan nafas pendek, gerios tidak bisa menahan emosi yang membanjirinya, dan kecemasan yang tertekan meledak dalam serangkaian air mata yang menggelora. Melihat tangis lelaki tersebut, Eleanor turun dari sepedanya dan bergegas menghampiri gerios "Maaf, aku suka namamu, hanya saja aku sulit mengatakannya. Buna memberitahuku aku mempunyai bibir ini, bukan, bukan bibir ini, apa itu? Duh caaad.... ca.... betul cadel" jelas eleanor dengan jari yang menunjuk ke langit biru yang tertutup awan.
"Mama.... Mama..... Mama....." gerios meratap dengan panik menghapus air matanya yang tidak ada habisnya dan terus membasahi pipinya.
"io jangan menangis" Eleanor memohon dengan tangannya yang berusaha mati-matian menghibur gerios dan menepuk-nepuknya pelan. Melihat gerios yang enggan berhenti dari tangisnya membawa kepanikan pada diri eleanor, dan karena itu tanpa aba-aba eleanor ikut menangis dibuatnya.
"uwahhhhhhhh" erang eleanor dengan air mata yang membanjiri pandangannya dan pipi kemerahannya.
Dua anak tersebut berdiri dibangku kosong taman, ditemani angin sejuk musim gugur yang tenang terbalik dengan keadaan meraka;menangis.
Itulah awal dari persahabatan mereka, awal kisah mereka bersama, dan awal dari kisah mereka yang terbungkus cantik. Dan, saat itulah gerios memulai petualangan mencari malaikat.
"Mengapa kita melakukan ini lagi?" tanya eleanor sambil mengintip kepalanya dari balik pagar kayu yang memisahkan sebidang tanah Tuan Atmaja dengan rumah lainnya.Tuan Atmaja adalah lelaki paruh baya yang cukup strict, dari sedikit informasi yang gerios dan eleanor dapatkan, Tuan Atmaja hidup seorang diri, dan tidak terlalu menyukai anak-anak yang memasuki wilayahnya tanpa seizinnya. "sudah kubilang el, kita sedang dalam misi" jawab gerios dengan membawa tangan kanannya mengudara dan tangan lainnya dipinggangnya-itu adalah postur pahlawan super manapun.
"Mencari malaikat, kan?" eleanor merenung diiringi tawa kecilnya sebelum menaiki bahu sahabatnya itu, untuk mengintip wilayah Tuan Atmaja dengan jelas. Gerios menjadi sangat tertarik dengan misi mencari malaikat sejak saat ibunya memberitahu dirinya bahwa dia bisa meminta keinginan apapun yang dia inginkan dan itu akan menjadi kenyataan. Semenjak itu, gerios dan eleanor melakukan misi tanpa akhir untuk mencari malaikat, dengan harapan akhirnya mereka mendapatkan keinginan mereka terpenuhi.
Sebuah harapan yang sangat berarti bagi mereka berdua: agar eleanor tidak kembali sakit.
"Tentu saja!"gerios menegaskan dengan acuh tak acuh sebelum mengangkat badan eleanor keatas pagar.
"Tapi kenapa harus di wilayah Tuan Atmaja?" eleanor bertanya diikuti dengan tawa gelinya, walaupun itu tidak bertahan selama tawanya yang sekarang berubah menjadi gelombang batuk tiada henti.
"Karena Tuan Atmaja orang yang sangat pelit, kita juga tahu tuhan mengirim malaikat untuk membantu manusia. Mungkin saja tuhan mengirim malaikat kepada Tuan Atmaja untuk mengubah sifatnya itu" jawab gerios singkat "dan ditambah lagi, halaman belakang rumahnya sangat luas! Kita pasti akan menemukannya disini" eleanor menimpali, eleanor dengan sangat kagum matanya menatap cakrawala luas yang ditumbuhi berbagai tanaman berguguran.
"Seperti yang aku bilang el, kamu, aku, kita akan menemukannya suatu hari, dan ketika kita menemukannya kita akan mendapatkan keinginan itu terpenuhi" gerios berkata dengan senyum hangatnya, "kamu akan baik-baik saja, aku janji" sambil memegang tangan sahabatnya dan menurunkan eleanor memasuki wilayah Tuan Atmaja, diikuti gerios dengan melompati pagar dengan mudahnya. Gerios mengenggam tangan eleanor melintasi halaman luas tersebut untuk melanjutkan petualangan pencarian mereka yang tidak ada habisnya,
To look for angels.
Menghirup udara sore, gerios tersenyum. Itu adalah senyuman yang berbeda dari senyuman yang lainnya. Senyum kelegaan, senyuman pemahaman tentang apa arti menerima segala takdir. Senyuman tanpa beban, senyuman yang selama ini dia pendam dalam. dan,
Their quest was finally over.
"io, kamu tahu, ketika nanti aku di surga dan menjadi malaikat, aku akan memohon pada tuhan apakah aku bisa mengunjungimu. Karena dengan begitu, kamu tidak perlu mencari lagi; keinginan itu, keinginan kita, itu milikmu"
***
Hai! Nice to meet you gaiss!!! sebelumnya aku ucapin makasih yang terdalam buat kalian yang mau baca cerita ini. love you!
hope you like it gaiss!! gas lanjut gaaaaa:)
Salam manis
Bananachive!