SEBUAH PERTEMUAN

21 6 0
                                    

Anjani Renjana, gadis berdarah pribumi Jawa yang sangat cantik. memiliki rambut panjang, kulit kuning langsat dan bola mata berwarna coklat.
Ia adalah gadis Jawa tulen, ayah dan ibu nya seorang pribumi. Anjani lahir dan di besarkan di Jawa kehidupan nya bisa di bilang sangat sederhana rumah nya terbuat dari gedeg serta terdapat kursi dan meja yang terbuat dari rotan. Anjani hanyalah seorang pribumi biasa, ia tak bersekolah seperti yang lain karena Anjani.
bukanlah seorang elite pribumi atau bangsawan.

"Bu, Anjani mau pergi sebentar" kata nya sambil menyalami tangan Ayu Diajeng. perempuan paruh baya yang tak lain adalah ibunya.

"mau kemana to nduk? ndak makan dulu?" tanya ibunya kepada Anjani.

"ndak usah Bu, nanti Anjani beli ubi
saja di mbok juminten" jelasnya kepada sang ibu.

"yowes, hati-hati yo cah ayu" ucap Ayu Diajeng seraya mengelus kepala Anjani.

"nggih, ibu Anjani pamit" ia, lalu beranjak dari tempat duduknya setelah berpamitan dengan ibu nya.

Sedangkan ayah Anjani, Pradijo sejak pagi sudah pergi ke kebun kopi milik Netherlands. ayah Anjani berkerja kepada seorang Londho yang baru saja pindah dari Batavia ke Jogjakarta untuk mengurus perkebunan kopi dan apel nya yang berada di Jogja.

Jhonson Frederick, atau banyak orang memanggil tuan Jhonson. ia adalah pemilik kebun kopi tempat ayah Anjani bekerja.

Jhonson Frederick berbeda dengan Netherlands lain nya yang kejam dan hanya memberi upah sedikit kepada pribumi. ia justru sangat bersikap baik kepada pribumi yang berkerja di kebun kopi atau kebun apel milik nya. tidak hanya itu sering kali Jhonson memberi upah lebih kepada pekerjanya.

Jhonson pindah dari Batavia ke Jogjakarta bersama keluarga nya. ia memiliki anak laki-laki serta istri yang sangat cantik nyonya Anne, begitulah orang-orang memanggil nya.

✩₊˚.⋆☾⋆⁺₊✧

Setelah berjalan kaki jauh, akhirnya Anjani sampai di pasar. dan mulai mencari kedai milik mbok juminten untuk membeli ubi di sana.

"Mbok, mau ubi nya dua saja" kata Anjani kepada mbok juminten dengan menunjuk dua buah ubi bakar yang sudah di bakar sempurna.

"ehh cah ayu, lama ndak datang ke sini. piye kabar e?" tanya mbok juminten dengan memeluk Anjani. mbok juminten sudah menganggap Anjani itu layaknya seperti anak sendiri. kasih sayang mbok juminten begitu tulus kepada Anjani.

"baik mbok, kalau mbok juminten? sehat to?" tanya Anjani sedikit terkekeh.

"alhamdulilah Mbok sehat nduk" jawab mbok juminten.

Setelah berbincang-bincang lama Anjani ingin melanjutkan perjalanannya, ia mulai beranjak berdiri dari duduknya dan membayar ubi yang ia beli.

"mbok, berapa harga ubi nya?" tanya Anjani sambil mengeluarkan beberapa gulden yang ia bawa.

"3 gulden saja cah ayu"

Anjani terkekeh kembali, ia memberikan 3 gulden tersebut kepada mbok juminten dan segera melanjutkan perjalanan.
Anjani berencana untuk pergi berjalan-jalan hari ini, untuk melihat-lihat pemandangan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Di Langit Hindia BelandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang