Sudah hampir pukul dua malam waktu Indonesia tengah. Namun laki-laki itu masih belum saja bisa memejamkan mata. Berkali-kali dia mengubah posisi tidurnya. Berguling ke kiri dan ke kanan, membujur dari barat ke timur atau sebaliknya yang tetap searah dipan kasurnya, hingga ke posisi yang sudah tak masuk akal lagi untuk memulai usaha memejamkan mata tapi tetap saja hasilnya nihil. Matanya seakan tidak bisa diajak kompromi untuk segera terlelap.
Bayangan Sherina yang dipeluk cukup erat oleh Aryo tadi membayangi sisa hari Sadam dengan pekat. Meski kameramen Sherina itu mengucapkan selamat kepadanya dengan senyum selebar dan seterang mentari, namun Sadam justru merasa hatinya kelabu.
Sherina dan pelukan laki-laki lain seperti memukul kesadaran Sadam jika dalam sepuluh tahun terakhir dia buta akan kondisi riil perempuan yang begitu disayanginya itu. Memang, Sadam masih memantau Sherina melalui sosial medianya. Namun apakah itu menjamin jika yang diunggah dan ditampilkan Sherina adalah kondisi yang sesungguhnya? Karena dari jurnal yang pernah Sadam baca, seseorang cenderung menampilkan citra terbaiknya di hadapan publik, termasuk dalam bersosial media.
Berguling dua kali mendekati nakas yang terletak di samping tempat tidur, Sadam meraih ponselnya. Dia lantas membuka sosial media milik Sherina dan memperhatikan foto-foto yang diunggahnya. Kebanyakan menampilkan wajah ayu sang perempuan saat tengah melakukan peliputaan, foto-fotonya bersama narasumber-narasumber hebat yang berhasil ditemuinya, video-video cuplikan hasil peliputan, dan sesekali foto bersama ibu atau ayahnya. Kalaupun ada foto yang tidak berhubungan dengan pekerjaan atau keluarganya, Sherina lebih suka mengunggah foto kucing-kucing peliharaannya.
Sadam tertegun, jarinya berhenti pada foto kucing berwarna abu-abu yang diunggah Sherina. Sebuah pertanyaan muncul dalam benaknya. Sejak kapan Sherina suka dengan kucing hingga bersedia memeliharanya?
Bagai dihantam batu besar, kepala Sadam berdenyut. Fakta sederhana jika saat ini Sherina menyukai kucing hingga mau memeliharanya saja luput dari perhatiannya, bagaimana dengan fakta hubungan asmaranya? Apa benar saat ini Sherina sedang tidak terikat dengan laki-laki manapun? Jika pun ada, lantas apa makna kebersamaan dan kesepakatan tanpa kata yang mereka jalin dan jalani di Pulau Kelor seminggu yang lalu? Bagaimana jika itu hanya sekadar terbawa suasana dan perasaan?
Sadam kembali mengusap-usap wajahnya gusar seperti yang dilakukannya tadi sore saat melakukan sambungan panggilan video dengan Sherina. Bayangan wajah teduh dan penuh senyum dari Sherina tiba-tiba memenuhi memori ingatannya. Namun sepersekian detik kemudian keraguannya kembali mengambil alih.
Apa sudah benar keputusan yang dia ambil?
Apakah hal itu juga yang diharapkan oleh Sherina?****
Hampir pukul 10.00 WIT Sadam yang tengah memantau kegiatan Sekolah Orang Utan dikejutkan oleh Jansen yang berkali-kali memanggil namanya. Dia sampai terperanjat karena Jansen juga sampai menepuk pundaknya keras.
"Pak Sadam kenapa? Ada yang sedang dipikirkan?" tanya Jansen saat sorot mata Sadam sudah kembali fokus tak lagi terlihat menerawang jauh.
Sadam menoleh ke arah Jansen, tersenyum sekilas kemudian menggelengkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan yang dilontarkan Jansen. Tapi teknisi orang utan itu tampak tidak yakin dengan jawaban yang diberikan oleh program manajernya itu. Dilihat dari raut wajahnya saja, Jansen sudah bisa membaca jika Sadam memiliki masalah yang sedang dipikirkan.
"Saya bukan mau ikut campur, Pak. Tapi jika memang ada permasalahan yang sedang dipikirkan lebih baik segera diselesaikan. Agar tidak membebani pikiran. Begitu kan yang pernah Bapak sampaikan ke saya dulu?" ucap Jansen dengan begitu sopan hingga mengundang senyum dari Sadam.
Sadam menepuk lengan Jansen pelan sembari melangkah menjauhi area Sekolah Orang Utan dan Jansen mengikutinya di belakang. Laki-laki berkulit putih itu merasa ada yang ingin disampaikan oleh Sadam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika
Fiksi PenggemarSlice of Life Sadam and Sherina. Bagaimana mereka berdua menghadapi dan menjalani berbagai macam "Ketika" dalam hidup yang mereka jalani.