Anzilla tampak tengah mondar-mandir di depan ranjangnya sambil mengigit kuku, menandakan bawa dia tengah memikirkan sesuatu. "Pokoknya aku harus mencari cara agar bisa datang ke masjid dan menemukan jam raksasa itu," gumamnya penuh tekad. Sedang Halima dan Aliyah, hanya menatap kelakuan aneh ratu. Keduanya saling berpandangan karena merasa heran.
"Ratu, sebenarnya apa yang sedang Anda pikirkan? Jangan seperti ini, karena tingkah Anda benar-benar membuat hamba sangat khawatir," ujar Halima dengan tatapan sedih. Sebab biasanya ratu adalah wanita yang tenang, kalaupun tengah banyak pikiran, akan lebih memilih menghabiskan waktunya untuk merenung dan berzikir.
"Benar, Yang Mulia, hamba tahu Anda pasti sangat kecewa pada Raja karena terang-terangan selalu mendukung pangeran Al-Mamun tap-"
"Ish, bisa diam tidak!" desis Anzilla sambil mengarahkan tatapan tajam pada dayangnya. Peringatan itu reflek membuat mereka langsung terdiam dan menundukkan kepala takut-takut.
"Berhenti membahas Raja kejam itu, mengerti!" tegasnya. Ucapan tersebut dijawab anggukan oleh kedua dayangnya meski mereka tak setuju.
Di tengah perdebatan tersebut, seorang penjaga mengumumkan kedatangan Areta.
"Untuk apa wanita itu ke sini?" gumam Halima heran. Pelayan setia tersebut agak curiga kalau-kalau Areta hanya akan memperkeruh keadaan. Apa lagi kondisi ratu yang saat ini benar-benar berubah.
"Wanita ular itu pasti akan memanfaatkan keadaan Ratu," bisik Aliyah menyuarakan isi pikiran seniornya.
Tak berapa lama, wanita cantik dengan gaun satin berwarna merah muda itu berjalan dengan anggun menghampiri Anzilla, dan berdiri tepat di depannya. Ratu menautkan alis karena merasa tak tahu siapa Areta.
"Maaf kalau kedatangan saya mengganggu Anda, Yang Mulia," ujar Areta sambil memberi salam hormat.
"Kamu ... siapa?" Anzilla bertanya ragu-ragu.
Areta tersenyum sinis mendengar pertanyaan ratu. "Bukannya baru beberapa hari yang lalu Anda memperingatkan saya agar berhenti mendekati Yang Mulia Raja." Areta menyindir Ratu yang memang sempat mendatangi wanita itu untuk memperingatkannya agar bersikap sopan, meski raja sangat menyukainya. Sebab sejak kedatangan Areta ke istana, wanita itu terkesan tengah merencanakan sesuatu. Apa lagi beberapa kali ratu juga pernah memergokinya tengah mencari tahu soal selir Kasif dan putranya pada beberapa orang.
Jawaban Areta membuat Anzilla kaget. "Hah, aku? Melarangmu mendekati raja kejam itu?" Anzilla balik bertanya, jelas saja karena dia sama sekali tak tahu soal apa yang ratu Zubaidah lakukan sebelum ini.
Areta menautkan alis karena merasa sikap Ratu berubah. Anzilla yang sadar tengah diperhatikan akhirnya meralat ucapan tadi. "Ah, anggap saja kemarin aku sedang tidak waras, karena sekarang aku tak akan melarangmu. Silakan dekati saja dia, kalau perlu kau bisa menggantikan posisiku sekarang."
"Tidak, Ratu! Anda mana bisa mengatakan itu dengan enteng!" seru Halima dan Aliyah panik. Keduanya kaget bukan main.
Sedang Areta hanya memutar mata jengah sambil menatap ratu kesal. "Saya tidak tahu trik apa yang sedang Anda mainkan kali ini, tapi kedatangan saya ke sini hanya ingin melihat keadaan Ratu, atau barangkali ada hal yang bisa saya lakukan untuk Anda," ujar Areta memasang wajah pura-pura peduli. Padahal dia hanya ingin memastikan apa yang terjadi sebenarnya pada ratu Zubaidah.
Ucapannya hanya ditanggapi Anzilla dengan kediaman, wanita itu termenung sambil menatap Areta sejenak, sampai sebuah ide akhirnya terlintas di benaknya. "Ah, aku ingin kau membawaku ke masjid berkubah biru di pusat istana, apa kau bisa? karena dua dayangku ini tak mengizinkan aku keluar."
Areta tersenyum culas lalu menjawab. "Dengan senang hati, Ratu."
Di tengah perbincangan itu, sebuah suara kembali terdengar dari luar. "Maafkan hamba karena mengganggu istirahat Anda, Yang Mulia, kami hanya ingin membawakan beberapa hadiah yang dikirim Raja untuk Anda. Bolehkah kami masuk?" seru suara seorang laki-laki dari depan kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anzilla dan Sang Khalifah
Historical FictionAnzilla Jhonson, wanita Amerika keturunan Yahudi yang begitu benci dengan islam karena cerita turun-temurun di keluarganya. Dia sengaja berkuliah di University Of Bagdad untuk membuktikan kebenaran tentang sejarah buruk kekhalifahan islam termasuk H...