Chapter 12

76 17 3
                                    

Ryuichi dan tiga orang lainnya yang ditundukkan segera digiring ke ruang VVIP di lantai atas. Mereka dengan paksa di dudukkan di atas kursi dengan seorang pria garang menjaga mereka satu persatu dari belakang.

Masing-masing pria ini tinggi besar dengan kemeja bermotif cerah di dalam jas hitam mereka. Juga sesekali akan terlihat bekas luka mengerikan atau tato di leher dan pergelangan tangannya.

Ryuichi melirik satu persatu pria-pria garang ini dan diam-diam menoleh ke belakangnya sendiri. Dua pasang mata sipit yang dalam langsung bertatap dengan matanya.

Mengapa hanya dia yang punya satu orang tambahan?.

Ryuichi tidak menyadari jika dari tiga orang yang mengeroyoknya, masing-masing dari orang itu telah babak belur sementara Ryuichi sendiri hanya mengalami luka dangkal. Dan benar-benar perlu dua orang untuk menahannya memberontak.

Dua pria yang menjaga di belakangnya seolah tahu dengan wajah bingungnya dan saling berpandangan. Mereka sebelumnya juga tidak menyangka jika tenaga anak ini sebenarnya cukup besar.

"Yare-yare, apa yang kita miliki disini?. Bocah-bocah ingusan, kalian seperti anak sapi yang tidak takut harimau." Orang yang berbicara adalah pria dengan bekas luka di wajahnya.

Pria itu dengan nyaman duduk di sofa besar setengah membungkuk menatap para pembuat onar satu persatu. Dua dari tiga orang yang dihajar Ryuichi menundukkan pandangannya dengan takut. Sementara satu orang yang mengancam Ryuichi tadi terlihat gugup dan mengalihkan pandangannya.

Kemudian giliran Ryuichi yang bertatapan dengan pria itu. Wajah Ryuichi sangat dingin tanpa ekspresi. Tapi sebenarnya wajahnya diam-diam kaku karena tegang.

Pria itu tertawa kecil setelah menatap matanya. "Tatapan mata yang bagus."

Pintu terbuka sekali lagi dan seorang pria dewasa dengan kacamata dan tempramen yang lembut memasuki ruangan. Tampak sepenuhnya berbeda dengan sekelompok pria garang di dalam ruangan.

Pria dengan bekas luka di wajahnya langsung berdiri dan menyapa. "Makuoda-san,"

Pria berkacamata itu mengangguk kemudian tanpa ragu menduduki sofa tempat pria dengan bekas luka di wajahnya itu duduk tadi. Dengan ringan menyilangkan kakinya. Sepertinya sofa itu tempat duduk ekslusif di ruangan ini.

"Ada apa ini Gotou-san?."

Gotou, pria dengan bekas luka di wajahnya mengambil sebatang rokok yang tawarkan oleh orang di belakangnya dan memberikannya pada pria berkacamata itu. Kemudian pria garang itu mengambil pemantik dari sakunya dan dengan familiar menjentikkannya di depan rokok seolah sudah terbiasa.

"Sebuah keributan kecil Makuoda-san. Tapi karena berada di lorong ruang VIP, aku takut suara yang mereka timbulkan akan mengganggu para tamu." Gotou menjelaskan dengan tenang.

Pria dengan kacamata itu menghembuskan asap rokok. "Sebelumnya maafkan kekasaran saudara-saudara Gotou-san. Dan aku juga meminta maaf secara pribadi karena kekacauan yang ada di tempatku ini, Neko-san."

"Bisakah kau tidak membuat keluhan atas kejadian ini pada atasanmu?. Aku akan sangat berterimakasih jika kau melakukan itu. Biarkan aku yang tertanggung jawab dan menghubungi atasanmu secara langsung." Makuoda berdiri dan membungkuk dengan kecil sebagai formalitas.

Dengan status, umur, dan jabatan yang dimiliki Ryuichi sebenarnya dia tidak akan pantas menerima formalitas semacam ini. Tapi dengan merendahnya Makuoda secara pribadi, berarti pria itu benar-benar menghargai keberadaan Ryuichi sebagai 'kurir'.

Ryuichi mengerti, dia mengangguk dengan menyakinkan. "Kau tidak perlu khawatir."

"T-tunggu!, aku belum selesai denganmu!." Meskipun ketakutan hingga suaranya gagap orang yang memprovokasi Ryuichi terlihat tidak mau membiarkannya pergi.

Menjadi Pengasuh [Tokrev]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang