PART 35 || "Kakashi nii."

859 91 3
                                    

Ketika langit menampilkan warna abstrak oranye, biru, dan ungu, burung-burung mulai berterbangan secara berkelompok, menuju sarang mereka. Angin bertiup dengan pelan, memberikan rasa dingin saat bersentuhan dengan kulit. Orang-orang mulai mengeratkan syal dan jaket mereka di tubuh.

Di salah satu kursi kayu panjang di taman, Narumi terduduk diam, tidak bergerak. Rambut merah panjangnya yang di kepang longgar berkibar mengikuti arah angin. Mata birunya masih terlihat kosong. Dres putih selutut nya masih melekat di tubuh ramping gadis itu.

Kepalanya mengadah keatas, memandang langit. Entah apa yang gadis itu lakukan, tapi hati dan pikirannya sedang kosong. Ia sendirian disana, menikmati waktunya dalam kesendirian. Suara-suara yang di ciptakan alam dan apa yang diberikan alam padanya.

Kakashi berjalan mendekat kearah Narumi berada. raut wajahnya terlihat sayu seperti biasa. Kedua tangannya di masukan kedalam saku. Sosoknya yang menjulang tinggi, yang menciptakan bayangan panjang karena matahari tenggelam, tidak menarik perhatian Narumi untuk menoleh.

Seakan tidak tau jika Kakashi menghampirinya, Narumi masih tetap menatap ke langit. Matanya kadang-kadang bergulir kecil saat menangkap objek makhluk hidup kecil yang terbang disana. Sangat damai, tenang, dan sepi.

“Kau tidak kedinginan?” tanya Kakashi.

“Sebentar lagi malam, kau akan masuk angin dengan pakaian seperti itu.”

“Aku akan mengantarmu kembali ke rumah sakit.”

“Sakuran pasti menghawatirkan mu.”

Tidak pernah ada jawaban dari pertanyaan Kakashi. Lelaki itu akhirnya bernafas lelah dan duduk di samping Narumi. Gadis itu masih senantiasa mengabaikan Kakashi dan menganggap kehadirannya tidak ada. Seakan-akan, ia hanya sendirian disana, di dunia yang dia ciptakan sendiri dalam pikirannya.

Untuk beberapa saat, mereka hanya terdiam disana. Kakashi selalu menatap kearah Narumi dengan pandangan rumit. Gadis di sampingnya itu adalah temannya, putri dari guru pembimbingnya, Hokage ke-4. Mereka sudah menghabiskan waktu bersama. Sedari mereka kecil.

Bahkan sudah bertahun-tahun berlalu, Kakashi masih merajut kerinduannya untuk gadis itu.

Kenapa Kakashi harus tetap peduli seperti ini? Tidak seperti apa yang ia lakukan terhadap Ayahnya, kedua rekannya, ataupun guru pembimbingnya. Kenapa Kakashi masih bertahan dengan rindu dan harapan tentang Narumi? Setelah semua orang percaya jika gadis itu telah mati, kenapa hanya Kakashi yang tidak percaya?

Kakashi selalu bertanya-tanya tentang hal ini pada dirinya. Hubungan mereka seperti teman pada umumnya. Waktu mereka juga dihabiskan seperti biasa. Kakashi juga terkadang ikut bergabung dengan beberapa anak Uchiha yang selalu bersama Narumi, hanya untuk bersenang-senang.

Tapi, apakah perasaannya ini benar?

Apakah hanya seperti ini?

Kakashi langsung tersentak saat melihat air mata yang jatuh di wajah Narumi. Gadis itu mengeluarkan air matanya, tanpa sebab dan suara kecil apapun. Setelahnya, gadis itu menoleh kearah Kakashi masih dengan wajahnya yang tanpa ekspresi. Tangannya terulur, perlahan, hingga menyentuh sisi wajah Kakashi dengan lembut.

“Kakashi... itu kau?”

“Narumi.” Panggil Kakashi tidak menyangka.

Mulut itu kembali terbuka kecil dan mengeluarkan suara yang sudah sangat lama Kakashi rindukan, “Aku tidak tau mengapa aku tau namamu. Tapi...kau benar-benar Kakashi.”

“Yah, ini aku.” Kakashi menggenggam tangan Narumi yang ada di wajahnya dan terpejam, tanpa sadar menumpahkan air matanya.

“Kakashi nii.”

Langit mulai semakin menggelap. Dari terpaan angin dingin itu, kedua orang disana masih setia berdiam diri di taman. Mereka berdua menangis dengan Kakashi yang bahkan menunjukkan semua emosinya dari raut wajahnya saat ini. Tapi, Narumi masih tetap sama, datar dan terasa dingin. Tapi yang Kakashi tau, gadis itu juga sedang menangis.

Hari ini dan di malam ini, Kakashi sudah tau jawaban apa yang ia cari. Kenapa ia sangat peduli dengan Narumi. Sejak dulu, ia memperhatikan Narumi tanpa sadar. Bahkan saat itu Kushina menggodanya dan Minato menatap tajam kearahnya, seakan takut jika putri kecil dan cantiknya di curi oleh lelaki lain.

Kakashi tau jika ia mencintainya.

Dia mencintai Namikaze Narumi.

“Senang...kamu mengingatku, Rumi.” Kedua dahi merea bersatu, perlahan, dengan lembut.

Si Kilat Merah || Naruto [CERPEN] (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang