PART 38 || Mengingat Segalanya

875 91 1
                                    

Setelah menyelesaikan urusan dengan para Hokage terdahulu, mereka bersiap-siap untuk menuju medan perang. Sasuke keluar terlebih dahulu dari kuil Naka hanya untuk sekedar mengenang distrik Uchiha yang sudah lama di tinggalkan. Bangunan-bangunan yang masih berdiri mulai rusak dan berdebu.

Malam ini, Sasuke berjalan sendirian. Langkahnya pelan dan hanya mengikuti kakinya untuk pergi membawanya entah kemana. Hingga langkah itu berhenti saat Sasuke mendengar suara isak tangis yang tak jauh dari sana. Suara yang muncul di distrik Uchiha yang ditinggalkan.

Kening Sasuke berkerut dan sikap tubuhnya mulai bersiaga. Ia menghampiri asal suara itu yang membawanya kearah jembatan yang sangat khas di distrik Uchiha. Dulu tempat itu adalah tempatnya dan Itachi berlatih menyemburkan bola api.

Di ujung jembatan sana, seorang gadis tengah berlutut sembari menutup wajahnya dengan telapak tangan. Sasuke bisa mendengar suara isak tangis dari gadis itu yang berarti gadis itu tengah menangis saat ini. Rambut merah panjangnnya yang di kepang longgar tertiup angin. Di tubuhnya hanya ada dres putih selutut.

“Kakak?” Sasuke terkejut melihat sosok itu.

Dengan terburu-buru, Sasuke berjalan cepat menghampiri Narumi yang menangis sendirian di ujung jembatan itu. Tanpa menunggu lama, ia mendekap gadis itu yang membuat Narumi semakin menangis dengan pilu. Suaranya mengandung nada yang sangat putus asa dan kehilangan.

“Rumi nee, semuanya baik-baik saja.”

“Sasuke...”

“Aku disini.”

Cengkraman pada pakaian Sasuke menguat, “Aku tidak bisa menemukan Itachi dan Shisui nii. Apa yang telah terjadi pada mereka? Bagaimana distrik Uchiha berakhir seperti ini?”

Mendengarnya, Sasuke tersentak. Ia melapas dekapannya pada Narumi dan beralih menangkup wajah gadis itu yang sudah dibasahi oleh air mata. Kini, wajah yang dulu tanpa ekpresi itu menunjukkan sesuatu yang sangat dalam. Sedih, kecewa, putus asa, dan rasa kehilangan yang dalam. Sasuke mulai menahan dirinya.

“Rumi nee, kau ingat?”

Hanya tangisan Narumi yang menjadi jawaban dari pertanyaan Sasuke.

“Rumi nee, syukurlah kau ingat semuanya. Kau kembali, tidak sakit lagi seperti dulu. Aku... maafkan aku. Maaf karena meninggalkanmu. Maaf karena aku bodoh, Kakak.”

“Sasuke.... dimana Naruto?”

“Dia baik-baik saja, Rumi nee tenang saja.”

Narumi langsung menundukkan kepalanya, “Maaf karena aku melupakan kalian.”

“Semuanya sudah baik-baik saja, Kakak.” Sasuke kembali mendekap Narumi dengan lembut.

Dengan apa yang semua terjadi, Sasuke akui bahwa dirinya menyesal. Setelah mendengar semua kejelasan Itachi dan arti desa dari Hokage pertama, Sasuke setidaknya mengerti sedikit tentang apa yang Itachi coba untuk lindungi. Desanya, desa Konoha. Suatu tempat yang menampung banyak nyawa yang ada.

Sasuke akui ia sangat bodoh untuk memutuskan ikatan Narumi. Ia bodoh meninggalkan gadis itu di hutan dengan keadaan tidak sadarkan diri. Bagaimana jika saat itu Narumi dalam bahaya? Bagaimana jika bukan Konoha yang menemukan Narumi? Sasuke tidak ingin membayangkan hal buruk apa yang akan terjadi.

Tapi setelah ini, Sasuke memiliki impian baru. Ia ingin mengubah dunia yang kejam ini. Ia ingin menjadi Hokage yang membuat revolusi bagi dunia. Ia ingin merubah dunia yang kejam ini menjadi dunia yang penuh kedamaian. Dengan ikatannya yang kembali terhubung dengan Narumi, Sasuke akan mempertahankannya kali ini.

Bebeberapa saat setelahnya, keempat Hokage muncul di dekat Sasuke diikuti dengan Orochimaru dan Suigetsu. Mereka terdiam di tempat dengan menatap kedepan dimana Sasuke tengah mendekap seorang gadis. Dari jarak ini, mereka tau jika gadis itu sedang menangis.

Si Kilat Merah || Naruto [CERPEN] (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang