22

3.5K 387 124
                                    


Seorang lelaki tengah menatap langit-langit kamarnya sambil merebahakan diri di kasur. Berkali-kali mengusap wajahnya kasar kemudian menghela napas panjang.

Ia mengambil tangan kiri yang ia gunakan untuk bantalan kemudian ia tatap punggung tangan itu. Sebuah cincin silver yang awalnya ia jadikan bandul kalung kini melingkar dijari manis tangannya. Sekali lagi ia menghela napas pelan.

Kemudian beranjak duduk mengambil hp di samping tubuhnya. Ia menyalakan hpnya nampak wallpaper wajah lelaki yang tengah tertidur pulas dengan bibir yang sedikit terbuka. Ia dengan sekuat tenaga menahan kedutan di ujung bibirnya namun pada akhirnya senyum itu terbit.

Reynard yang tengah menolak segala rindu pada 'suaminya' hanya bisa gelisah. Malamnya terjaga terus menerus membuatnya tak bisa tidur nyenyak. Berulang kali ia menatap kasur kecil di sampingnya. Tempat biasa Farel tengkurap tidur dengan selimut yang berserakan kemana-mana.

Ia tak bisa bohong tentang rasa yang menyelimuti hatinya. Tapi ia kelu untuk bicara. Ia terlanjur bohong pada hati dan pujaannya, bukan berbohong, hanya ia ragu?

Ting Ting

Denting hp membuatnya tersadar ada sebuah nama tertera disana. Ia menggeser ikon telpon berwarna hijau lalu mendekatkan pada telinganya.

"Halo Ma," sapa Reynard.

"Mama kecewa sama kamu," ujar sang Mama. Reynard mengernyitkan dahi, kenapa sang Mama tiba-tiba bicara seperti itu. Ia bangkit dari tidurnya, mengubah posisi menjadi duduk.

"Maksud mama?" tanya Reynard bingung.

"Apasih yang kamu lihat dari Erza? Haaa? Kenapa kamu segitunya ngejar dia, sampai rela ngehancurin hubungan sah kamu sama Farel?" tanya sang Mama frustasi. Reynard menghela nafas pelan, bagaimana sang Mama bisa tau masalahnya dengan Farel. Bukankah ia menyuruh Farel untuk tutup mulut?

"Maksud Mama apa si, Reynard nggak paham Ma, " Reynard mencoba untuk beralibi.

"Udahlah. Mama malas bicara sama kamu. Jangan telpon Mama atau nemuin Mama sebelum masalahmu sama Farel clear, "

Tut

Telpon itu mati secara sepihak. Reynard menjauhkan hpnya dari telinga, menggenggam erat hingga mungkin saja layar hp itu bisa hancur.

"Hahh!" Kesekian kalinya ia menghela napas. Ia terlalu pengecut untuk menggakui dirinya bodoh. Belum selesai dengan masa lalu, lalu melukai orang baru. Ia bimbang, bingung. Kenapa dihatinya tersimpan dua nama. Ia egois, tapi terlalu buruk untuk melepas keduanya.

Erza, dia menyayangi selayaknya adik dulunya, tapi perasaan itu semakin lama semakin dalam. Rasa selalu ingin melindungi dan menjaga Erza, membuatnya terlarut dengan segala masalah. Ia tau hubungannya sangat ditentang oleh keluarga. Tapi sejujurnya ia sangat nyaman bersama Erza.

Ialah yang memaksa Erza untuk membangun status tentang hubungan mereka. Karena ia pikir dengan itu sang keluarga akan menerima hubungan mereka, tapi nyatanya malah menerima amukan dari keluarga.

Dan Farel, ia juga bingung. Cowok itu sudah mulai mengisi ruang di hatinya.

-

Pagi sekali Reynard hendak menjemput Erza berangkat sekolah. Rutinitas yang dulu ia lakukan. Sebelum itu, ia membuka dompet hitam dari saku celana. Mengecek ada berapa lembar uang disakunya. Ia mengangguk-anggukan kepala.

'Cukup' batinya.

Ia melajukan mobilnya membelah jalanan yang mulai padat akan orang-orang yang memulai hari.

Tiba di rumah Erza wajah datarnya itu memicing. Pemandangan di depannya, ada seorang laki-laki berseragam sama dengan dirinya tengah beradu mulut dengan sang bibi. Ia bergegas keluar dari mobil. Menghampiri kedua orang itu.

"Saya bilang nggak ya nggak!!" teriak sang bibi. Cowok dengan wajah merah dan urat disekitar lehernya menatap tajam perempuan itu.

"Saya kasih dua kali lipat dari biasanya! Kalau perlu tiga kali lipatnya!" ucap di cowok dengan nada lumayan keras.

"Heh! Kamu udah bikin Erza sering nggak pulang. Kerjaan numpuk dirumah!! Mending kamu pergi. Biar Erza berangkat sendiri!" usir sang Bibi.

"Saya nggak akan pergi sebelum Erza ikut saya!!" tegas si cowok. Itu Haikal, ia hendak menjemput sang pujaan. Seperti biasa ia perlu memberikan beberapa lembar uang untuk mengajak Erza berangkat bersama. Tapi kali ini Bibi Erza sedikit sulit ditaklukan, bahkan ketika ia hendak menambah uang hingga tiga kali lipat si Bibi tetap menolak.

Haikal mengacak rambutnya kasar, kesal dengan perempuan didepannya ini. Maunya apa sih!

Ditengah kekesalannya ia mendengar suara pintu mobil yang ditutup. Ia menoleh, ada Reynard disana dengan wajah sok sangarnya itu.

"Ngapain kamu kesini?" tanya sang Bibi dengan nada agak ketus. Reynard tak menjawab, ia merogoh saku lalu mengeluarkan beberapa lembar uang.

"Seperti biasa," ucap Reynard.  Si bibi hanya melirik uang itu, ia tertawa sinis.

"Reynard reynard. Ngapain si kamu masih ngejar-ngejar Erza. Udah ditentang ibumu sampek segitunya kok masih nekad. Inget istrimu lah dirumah," ucapnya dengan kekehan sinis. Reynard mengertakan gigi.

"Itu bukan urusan Bibi." Jawab Reynard tegas.

"Ya emang bukan. Buat apa ngurusin hidup kamu, nggak penting. Tapi kasian istrimu itu loh. Masa udah ada istri kamu masih hobi sama Erza terus," ucap bibi sambil menyungging wajah meremehkan.

Reynard menarik lagi uangnya, memasukkan uang kedalam dompet dan dimasukkan lagi kedalam saku.

"Bibi cuman mau harta orang tua Erza kan? Kenapa nggak lepas Erza?" tanya Reynard.

"Pembantu gratis," ucapnya mantap.

"Nggak perlu susah-susah cari pembantu, suruh aja Erza ngerjain semuanya. Lagian lumayan, dapat tambahan dari kamu sama temennya Erza yang satu ini." Ucap sang Bibi sambil menunjuk Haikal.

Haikal mengerutkan dahinya. Hubungan ditentang? Istri? Jadi apa yang terjadi antara keluarga Erza dan keluarga Reynard.

"Dahlah sana kalian pergi. Hushh!! Biar Erza berangkat sendiri," usir sang Bibi sambil mengibaskan tangan kearah keduanya. Lalu masuk kedalam rumah.

Reynard dan Haikal berjalan kearah kendaraan masing-masing dengan dongkol. Haikal naik keatas motonya, yang parkir tepat di depan mobil Reynard.

"Lo ada hubungan apa sama Erza?" pertanyaan Haikal menghentikan gerakan untuk membuka pintu mobil.

Reynard menatap Haikal,"Buka urusan lo,"

Haikal berdecih.

"Bentar lagi Erza jadi milik gue, jadi gue berhak tau hubungan lo sama dia."

"Mimpi!" ketus Reynard. Haikal mengerutkan dahi.

"Lo udah punya istri? Sesuatu yang aneh banget," tanya Haikal dengan sedikit mencemooh.

"Lo hamilin tu cewek? Kalo iya mending lo lepas dari Erza. Biar Erza sama gue," Belum Reynard menjawab Haikal sudah menambahi.

"Kalo emang lo sama Erza punya hubungan terus ditentang keluarga, yaudah lepas ajalah. Ditambah lo sekarang punya istri. Lo ngga merasa kasihan sama istri lo? Sama aja selingkuh nggak sih. Brengsek banget," ucapan Haikal seakan membangunkan singa dalam tubuh Reynard. Reynard berjalan mendekat pada Haikal. Menatap tajam cowok itu.

"Nggak usah sok tau!!" tegasnya.

"Hubungan gue sama Erza nggak akan berakhir gitu aja!! Lo yang harusnya pergi. Bukan gue!" gertak Reynard kemudian pergi begitu saja.
Haikal menggeram.

"Anjing!" Umpatnya.

-

Guys pelan-pelan ya.. gue juga lupa alurnya😭kalian baca dari awal ya. Kalo ada kesalahan tulis kalian kasih tau ya.
Bakalan gue selesain kok. Tapi alurnya mungkin agak maburadul. Habis end nanti gue revisi lagi biar nyaman dibaca.

Maapin author ya😅

TOO (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang