PART 42 (END) || Koma

1.1K 93 2
                                    

“Dimana Kakashi?”

“Dia membeli sesuatu di luar. Tidak akan lama. Aku yakin Kakashi sensei akan kembali dengan cepat ke ruangan.” Balas Naruto dengan wajah kesalnya. Itu ditunjukkan untuk sensei nya itu.

Mendengarnya, Sasuke tersenyum miring, “Sepertinya dia benar-benar tulus mencintai Kakakmu. Aku kira dia hanya main-main.”

“Aku juga terkejut. Aku kira Kakashi sensei hanya akan menjadi orang tua yang tidak akan pernah mencintai seseorang selamanya.” Balas Naruto sembari menggerutu.

“Kalian hentikan itu. Tidak baik membicarakan orang di belakang mereka. Terlebih lagi kalian membicarakan ini di depan Narumi nee. Itu akan mengganggu istirahatnya.” Sakura menghentikan perdebatan konyol kedua temannya itu.

“Ah—oh, maafkan aku, Sakura.” Naruto menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

“Hn.” Timpal Sasuke dengan dingin.

Ruangan yang dominan putih itu adalah milik Narumi, lebih tepatnya salah satu ruang rawat inap tunggal yang tersedia di rumah sakit untuk pasien Namikaze Narumi. Setelah perang berakhir, Narumi mendapatkan perawatan yang lebih baik dan dinyatakan koma setelahnya, hingga sampai hari ini.

Gadis cantik pemilik surai merah panjang itu tengah berbaring di atas ranjang dengan nyaman. Dia tidak memakai dres putih selututnya kali ini, tapi kemaja dan celana putih khas rumah sakit. Selimut hangat menutupi bagian bawah tubuhnya hingga sebatas dada. Matanya terpejam dengan nyaman, seakan nyaman dengan dunia mimpi.

“Sudah beberapa hari berlalu setelah perang terjadi.” Sasuke menatap kearah Narumi yang masih terpejam di atas ranjangnya, “Kakak, terimakasih karena tidak memutuskan hubunganmu denganku. Sekarang, aku akan pergi dari Konoha, berkelana jauh. Ini untuk penebusan atas dosa-dosaku di masa lalu.”

Naruto dan Sakura mendengarkan juga.

“Aku berharap sebelum pergi, kita bisa membuat onigiri terlebih dahulu atau menangkap ikan di sungai. Seperti dulu. Tapi, keadaan tidak sama lagi sekarang.”

“Apa-apaan kau teme.” Naruto terkekeh lucu ketika mengingat masa lalu.

“Diamlah kau, dobe.” Sasuke mengejek kearah Naruto dan kembali menatap Narumi, “Kakak, Adikmu tidak pernah berubah, selalu mengajakku ribut seperti dulu.”

Mereka bertiga tertawa mendengarnya. Sasuke tersenyum sangat manis kearah Narumi dan perlahan-lahan mendekatkan diri kepada wajah gadis yang tertidur lelap itu. Sasuke dengan penuh lembut dan kasih sayang murni, mencium kening Narumi agak lama dan menjauh setelahnya.

“Cepatlah bangun, Rumi nee. Aku pergi. Sampai jumpa.”

Sasuke berbalik pergi yang sebelumnya sudah mendapat anggukan dari Naruto. Sakura sempat menatap Naruto yang tersenyum padanya dan ikut berbalik untuk mengantar Sasuke ke gerbang Konoha. Naruto yang di tinggalkan sendiri di ruangan menarik kursi belakangnya dan duduk disana, menatap Kakaknya dengan senyuman lembut.

“Setelah sekian lama, kita akhirnya bisa bersama lagi, Kakak. Apakah mimpimu lebih menyenangkan daripada bertemu dengan Adikmu yang tampan ini? Kakak sudah berjanji akan selalu bersamaku setelah ini. Apakah Kakak tidak akan menepati janji?”

“Aku senang mendapatkan hadiah ulangtahunku di umur ke-17. Tidak ada yang lebih besar dari kembalinya Kakak dan ucapan lembut dari Ayah. Aku terkadang berharap Ibu ada diantara kita, mengucapkan ‘selamat ulangtahun’ kepadaku juga.” Naruto berkata dengan lirih.

“Aku ingat jika Kakak selalu membeli sepotong kue saat aku ulangtahun. Walau hanya sepotong karena kuenya mahal, aku sangat bahagia.” Naruto terkekeh, “Aku bahkan sampai tidak ingin lepas dari Kakak sepanjang hari itu.”

Si Kilat Merah || Naruto [CERPEN] (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang