EPILOG

1.4K 106 9
                                    

“Kurama menulis sesuatu di bulan!”

“Itu tertulis dengan arti ‘misi selesai’!”

“Laporan, misi telah selesai.”

“Tim Naruto, Hinata, Sakura, Shikamaru, dan sai, berhasil menyelesaikan misi.”

Malam hari ini, beberapa shinobi elit berkumpul di gunung patung Hokage terkait rencana peledakan bulan yang dilakukan karena Otsusuki Toneri. Laporan awalnya adalah jika orang itu telah menculik Hanabi ke bulan yang membuat Konoha mengirim bantuan untuk membawa Hanabi kembali sekaligus mengungkapkan sebuah misteri.

“Tuan Hokage, mereka benar-benar berhasil.” Seorang gadis berkacamata memandang Kakashi dengan senyuman lega.

“Yah, kita tidak perlu khawatir.”

Kakashi masih menjabat sebagai Hokage ke-6, tepat setelah perang dunia shinobi ke-4 selesai. Entah kenapa ia bisa berakhir seperti ini, tapi hidupnya terus berjalan. Selagi menunggu Naruto menyelesaikan pendidikannya dan siap di angkat menjadi Hokage selanjutnya, Kakashi akan mengurus segala halnya dengan gelar Hokage ke-6.

Konoha kembali bersuka cita atas berhasilnya misi ini. Beberapa tim elit disana mulai sibuk dan berjalan kesana-kemari untuk melaporkan sesuatu. Mereka juga mulai membersihkan area ini dan kembali membawa senjata yang awalnya untuk memusnahkan bulan.

Kakashi memilih tempat yang agak terpojok untuk dirinya sendiri. Matanya senantiasa selalu melihat ke langit, lebih tepatnya kearah bulan yang kini bersinar purnama. Angin dingin menerpa wajahnya, menggodanya untuk memejamkan kedua matanya sejenak.

Tiba-tiba, suara langkah kaki mendekati posisi Kakashi saat ini terdengar. Aliran cakranya sangat dikenal oleh lelaki itu. Jadi, ia membuka matanya perlahan dan menatap orang yang mulai berjalan mendekatinya. Senyuman lembut terlukis di wajahnya kali ini.

“Sayang, apa yang kau lakukan disini?” tanya Kakashi.

“Aku khawatir dengan Naruto. Aku takut terjadi sesuatu kepada anak itu. Tapi syukurlah jika misi ini berhasil. Aku lega karena kita tidak perlu menghancurkan bulan.”

Mendengarnya, Kakashi terkekeh lucu dan berjalan mendekat kearah orang itu. Dengan lembut, ia mendekap seseorang yang telah menjadi istrinya itu. Dengan hangat dan nyaman, mereka berdua saling berbagi kehangatan di malam yang dingin ini.

“Naruto baik-baik saja. Kita tau dia anak yang kuat.”

“Lihatlah siapa yang mengatakannya, dia masih tetaplah muridmu dan Adik iparmu saat ini.” Narumi menggerutu sembari memegang pipi kiri Kakashi dengan lembut.

“Sayang, kau tidak kedinginan?”

“Tidak, ini biasa saja menurutku.”

Kakashi menyimpan dagunya di bahu Narumi dan menatap wanita yang sangat ia cintai itu dengan intens. Kedua tangannya langsung mengusap perut Narumi yang menonjol kedepan, “Tapi pikirkan lah bayi kita, dia pasti kedinginan.”

“Benarkah bayi kita kedinginan?” Narumi memegang tangan Kakashi di perutnya, “Maka sudah cukup dengan pelukan dari Ayahnya. Ini cukup hangat.”

“Ternyata kau bisa menggodaku seperti itu.”

“Kenapa aku tidak bisa? Ini tidak seperti aku menggoda laki-laki lain.”

Seketika itu, pandangan Kakashi langsung menajam dan aura di sekitar mereka terasa berat. Narumi merasakan hal itu dan tertawa dengan canggung, mulai tidak berani lagi menggoda suaminya. Ia lantas membalikkan tubuhnya dan memeluk Kakashi dengan erat. Kepalanya mendongak dan mengecup bibir yang tertutup masker itu dengan lembut.

Si Kilat Merah || Naruto [CERPEN] (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang