Karena ungkapan beberapa hari lalu yang dikatakan Geo beberapa hari lalu, hubungannya dengan Juna saat ini menjadi semakin erat. Lebih dari selayaknya bos dan pegawai.
"Jun. Ini ada sedikit buat adik-adik kamu."
Geo meletakkan amplop keatas meja kerjanya. Sikap disiplin Devin ternyata menurun ke anaknya. Buktinya, meski sudah tahu jika Ayahnya juga yang turut membangun perusahaan ini, Juna tetap semangat bekerja selayaknya pegawai biasa.
"Gak usah repot-repot, Om. Uang saya yang kemarin Om kasih belum habis, masa iya ditambahin lagi."
"Ya nggak papa, ini kan bonus buat kamu. Kamu sampai sekarang masih suka lembur, padahal nggak usah pake lembur juga tetap saya kasih bonus, kok." Geo membalas.
"Itu kan masih jadi tanggung jawab saya sebagai pegawai, Om. Memang tugas saya."
"Yaudah iya, ini bonusan dari saya, bukan dari perusahaan. Diterima dong," ujar Geo.
"Kalau uangnya saya tabung sama Om, boleh nggak? Biar pas lagi darurat bisa pake uang yang ada disini."
Geo mengangguk. "Boleh. Ini jadi mau dimasukin tabungan? Nggak dibawa pulang?"
"Nggak usah, Om." Juna berdiri dari duduknya. "Saya boleh balik sekarang nggak, Om? Kerjaan masih numpuk, nih."
"Masih mau ribet aja kamu ini. Kan masih ada Danis sama Alex," balas Geo.
"Itu kan kerjaan saya, Om. Tanggung jawabnya saya. Pamit ya, Om."
"Oke, Jun." Geo memandang anak sulung Devin tersebut. Ikatannya dengan Juna perlahan semakin dekat. Soal saudaranya, keluarganya saat ini, bahkan juga kondisi perekonomian mereka. Juna tidak segan bercerita.
"Dia persis kaya lo, Vin." Geo tersenyum sambil melirik foto lama disebelahnya.
***
Juna berjalan di lorong kantor. Tiap orang yang ditemuinya disapa dengan ramah oleh senyum dari laki-laki bertubuh lebih mini dibanding orang seusianya.
Juna menuruni tangga, masih dengan sapaan ataupun senyum pada pegawai lain yang berlalu. Dia menuju tempatnya berada, duduk di meja kerjanya lalu membenarkan posisi duduknya yang kurang nyaman.
Tak lama, Danis datang bersama secangkir kopi panas yang tadi dirinya beli, seperti biasanya. Danis menyender meja pekerja milik Juna, sambil menyesap kopinya.
"Lo belakangan sering keruangan Pak Geo, Jun?" tanya Danis penasaran.
"Iya, banyak kerjaan yang harus diurus," balas Juna enteng.
"Lo kesayangan Pak Geo, sih, si Alex kayanya udah kegeser sama posisi lo." Danis berujar kemudian. Juna agak sedikit merasa tidak nyaman tentang pembicaraan ini.
"Oh iya. Nanti malem, lo bisa kerumah gue, nggak? Ada sesuatu yang mau gue tunjukin ke elo."
"Sesuatu apa?"
"Pokoknya ada. Surprise banget nih."
"Gue usahain ya, Bang. Soalnya gak nentu juga gue dirumah nanti," final Juna. Danis mengangguk menanggapi, lalu pergi ke mejanya kembali.
***
"Bang Je, Andy boleh cerita?" Andy duduk disebelah Jevin yang sibuk menonton chef yang sedang memasak di ponselnya. Sementara Leon, Chandra dan Jendral sedang mabar di kamar Andy dan Leon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Argana || NCT Dream [REVISI]
Fanfiction⚠BROTHERSHIP AREA, NOT BXB!!⚠ Jangan lupa follow akun wattpad author sebelum membaca! ** Bukan apa-apa, ini hanya tentang keenam Argana yang sama-sama bertarung dengan masa lalu mereka. Kehilangan. Siapa yang tidak pernah merasakan hal ini? Terlebih...