Berambut putih dengan tubuh yang kurus dan kecil. Bahkan dari jauh Sarang bisa melihat wajahnya yang tampan dan bulu matanya yang panjang. Wah.. tidak salah jika dia dideskripsikan sebagai cowok cantik. Dia benar-benar cocok untuk jadi idol.
"Anda mengenalnya?" Tanya paman Taewong setelah Sieun cukup dekat dengan mereka.
Sarang menggeleng. "Tidak.""Mengapa Anda memperhatikannya?"
"Kenapa?" Ulang Sarang. Dia berfikir sejenak. "Apa aku harus memberitahu paman soal itu?"Sarang tertawa kecil dan bersandar ke belakang dengan santai. Dia masih memperhatikan remaja itu berjalan melewati mereka.
Dia menoleh! Seru Sarang dalam hati. Ini cukup sepadan dengan apa yang terjadi hari ini! Pikirnya lagi. Apakah mungkin dia bisa turun dan menyapanya? Tidak, sepertinya itu tidak mungkin.
Mungkin lain waktu. Pikir Sarang. Dia melihat paman Taewong ikut memperhatikan Sieun Yeon juga.
Untuk sekarang sudah cukup sekedar bisa melihat dan membuktikan bahwa mereka berada di dunia yang sama. Sarang yakin, akan tiba saatnya dia bisa bertemu karakter-karakter yang lain.
Butuh setidaknya satu jam perjalanan sampai Sarang tiba di rumah. Dia cukup mengantuk ketika di dalam mobil, tapi jadi enggan turun ketika sudah sampai. Itu karena dia jadi teringat soal ayahnya lagi.
"Kita sudah sampai, Nona." Kata paman seraya membuka pintu mobil. Tapi setelah beberapa saat berlalu, Sarang tetap tidak bergerak.
"Ayah pasti belum pulang, kan?" Katanya seraya menatap bagian belakang kursi depan. Dia tidak menunggu jawaban. "Yah.. paman pasti tidak tahu juga, kan kita baru pulang."
Sarang menghela nafas berat dan akhirnya turun juga.
"Nona.."
Paman bisa melihatnya menghela nafas sekali lagi."Selamat datang, Nona!" Sapa nenek dan pelayan lain memberi salam. Tapi Sarang tidak menghiraukannya. Dia langsung menaiki tangga dan pergi ke kamarnya.
Setelah itu, Sarang tidak keluar kamar sampai keesokan harinya. Hanya Gyuri membawakan makanan. Dia juga menolak mengikuti semua pelajaran. Dia hanya mencorat-coret buku tulisnya dengan tulisan atau gambar-gambar dan menghabiskan waktu dengan tidur atau sekedar berguling guling di tempat tidur.
Nenek tidak bisa membujuknya. Gyuri pun tidak. Paman yang melihat itu semua, tidak repot-repot membujuk, dia hanya sekali datang di siang hari untuk memberitahu jika makanan yang Sarang pesan semalam sudah dibagikan kepada pelayan dan pengawal, lalu kembali. Hanya ayahnya yang datang menjelang waktu tidur.
Sarang tidak menyangka akan direspon begitu cepat padahal dia hanya berencana untuk memperbaiki perasaannya selama satu hari dan akan kembali beraktivitas seperti biasa besoknya. Tapi ternyata ayah benar-benar datang untuk minta maaf padanya malam itu.
"Sudahlah. Aku sedang tidak ingin bicara!" Kata Sarang mencoba mengusirnya dengan lembut.
"Ayah tahu kamu marah."
"Kalau sudah tahu, pergilah!" Kata Sarang. Sepertinya lembut tidak ada dalam kamusnya. Dia bahkan melanjutkan dengan lebih galak, "Kalau ayah cuma punya pekerjaan, cuma punya uang, beri saja aku uangnya! Tak usah bawa janji! Ayah sama saja dengan wakil rakyat! Kebanyakan janji!"
Terdengar helaan nafas berat dari ayahnya.
"Ayah minta maaf.." katanya sekali lagi berlutut. Sarang yang masih duduk di tepi tempat tidur, memilih berbaring, berguling dan berbalik memunggungi ayahnya.
Terdengar helaan nafas panjang dari putri semata wayangnya itu.
"Sarang.. apa yang harus ayah lakukan supaya kamu mau memaafkan ayah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Ending Buat Bias Ku
FanfictionBaekjin Na, tokoh antagonis utama di webtoon kesukaan Sarang, berakhir meninggal karena kecelakaan. Sosoknya yang over power dan tidak terkalahkan bahkan oleh pemeran utama cerita, membuat semua pembaca kecewa dengan ending cerita aslinya. Jadi, Sar...