SPESIAL PART 3

24.3K 977 92
                                    

SPESIAL PART 3

"Kematian bukan sebuah akhir dari kisah cinta sejati dua insan yang diridhai Allah. Karena cinta akan tetap abadi dan bersemi kembali pada waktu yang telah tertakdir nanti."

~Aisfa (Cinta dalam Doa)~

🕊🕊🕊

"Maaf, aku tidak bisa menerima lamaran Kak Asyraf."

Ucapan itu berhasil melukai Asyraf untuk yang kedua kalinya. Pemuda itu menunduk, meredam sakit patah hati. Mungkin hal ini juga yang pernah dirasakan oleh Rasulullah ketika cintanya harus mendapatkan penolakan dua kali dari perempuan yang sama, yakni Fakhitah binti Abi Thalib, perempuan yang pertama kalinya membuat beliau merasakan getaran cinta.

Adzriel menepuk bahu Asyraf menyemangati. "Jangan bersedih, Nak. Allah tidak akan mematahkan hatimu kecuali akan digantikan dengan yang lebih baik. Seperti kisah Rasulullah. Lamarannya kepada Fakhitah bahkan juga pernah ditolak dua kali, tapi lihatlah! Allah ganti dengan Sayyidah Khadijah, wanita yang hebat luar biasa."

Perlahan senyuman di bibir Asyraf mengembang. Pemuda itu mengangguk. "Iya, Om."

"Mas, kok tahu cinta Rasulullah pernah ditolak Fakhitah?" tanya Naysila memicingkan matanya.

Adzriel menyengir. "Maira yang menceritakannya."

Asyraf dan Aisfa tertawa mendengar jawaban Adzriel. Sedari kecil, Adzriel memang minim pengetahuan tentang tokoh hebat dalam sejarah islam, sebab ia dibesarkan dari keluarga yang fakir ilmu agama.

Namun, walau begitu, ia tidak pernah meninggalkan salat lima waktu. Hingga takdir mempertemukannya dengan Maira, perempuan shalihah yang bersedia menuntunnya belajar ilmu agama dan menjadi muslim sejati. Walau masih penuh kekurangan, setidaknya Adzriel tidak terlalu dungu dalam masalah agama.

"Ayah, Aisfa mau bicarain hal serius sama Ayah."

Adzriel memfokuskan dirinya pada putrinya. Saat ini mereka tengah berkumpul di rumah Aisfa karena Adzriel dan Naysila merindukan Ayesha dan Ali.

"Ada apa, Nak?"

"Jadi Aisfa berencana tinggal di ndalem Abi dan Umi membawa anak-anak. Aisfa diminta Abi Adnan untuk mengajar."

Adzriel dan Naysila bersitatap lalu tersenyum. "Ya bagus itu, Nak. Ilmu kamu jadi bermanfaat untuk santri," kata Adzriel.

"Berarti Ayah setuju kalau Aisfa pindah ke sana?"

"Kenapa tidak kalau kamu memang tidak keberatan dengan permintaan Gus Adnan. Ayah malah senang nanti kamu fokus mengajar dan tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Tetapi bukan berarti ayah menyuruh kamu melupakan Alfatih. Ayah hanya tidak suka melihat putri cantiknya Ayah ini selalu murung." Adzriel mengusap kepala Aisfa dengan penuh kasih sayang.

"Jangan sedih secara terus-terusan, Nak. Doakan saja suamimu. Bersabarlah menunggu pertemuan kalian kembali," sambung Naysila.

🕊🕊🕊

Pesantren Darul-Qur'an menjadi pelabuhan Aisfa untuk memulai hidup barunya sebagai seorang janda. Perempuan dengan dua anak itu mulai mengabadikan dirinya sebagai ibu kedua alias ustadzah bagi santriwati.

Di dalam kamarnya, Aisfa sedang bersiap-siap untuk mengajar. Cermin di kamarnya menjadi saksi atas keputusan bulat yang ia ambil dan sudah ia pikirkan sejak lama. Dengan tangan gemetar, Aisfa memakai sebuah kain yang sedari tadi ia pandangi. Wajah cantiknya yang seringkali memikat hati lawan jenisnya kali ini telah tertutupi.

Aisfa (Cinta dalam Doa) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang