awal

5.9K 336 33
                                    

Tiga pemuda berseragam SMA berdiri di depan gerbang yang menjulang tinggi di hadapan mereka bertiga. Sudah cukup lama mereka berdiri di depan gerbang itu.

"Gimana caranya biar kita bisa masuk ke dalam sana? terus ketemu sama Zeea" tanya Dena menatap gerbang menjulang tinggi di hadapannya.

"Zeea siap sih? pacar lo apa pacar Alga? kok kalian ngebet banget pengen ketemu tuh cewek" penasaran Toni, sejak mengenal kedua temannya di bangku SMA. Dia sudah sering kali ikut mereka datang ke rumah tersebut, tapi orang yang ingin di jumpai tak kunjung mereka jumpai.

"Temen kita, gue yakin ada yang gak beres di dalam sana, menurut lo gimana Al?" tanya Dena menepuk pundak Alga.

"Kita bakar aja rumahnya kan nanti orangnya pada keluar" usul Tino. Yang sebenarnya sudah sangat penasaran dengan gadis itu.

"Gue punya ide Al, kita kan gak bisa masuk, gimana kalau kita manfaatin adek baru lo aja? kan mereka gak kenal tuh sama adek lo" ucap Dena tersenyum bangga dengan ide cemerlangnya, kenapa tidak dari kemarin-kemarin dirinya memanfaatkan adik sahabatnya itu.

"Yang ada gue di bunuh Saga, dia kan anak kesayangan Saga" balas Alga lalu berjalan ke arah motornya.

"Saga Bapak lo jing gak mungkin bunuh anak sendiri, sekali aja kalau gagal baru kita cari cara lain. Lo gak penasaran kenapa Zeea gak boleh keluar rumah? terakhir kali waktu SMP dia keluar rumah" ucap Dena menghentikan langkah Alga.

"Kasian dia Al, gue yakin di dalam sana dia sendirian" sambungnya lagi.

"Gak, cari cara lain" ucap Alga lalu menaiki motornya.

"Gak ada cara lain Al, kita udah coba banyak cara tapi hasilnya apa? satupun gak ada yang berhasil dan itu karena siapa? Lo yang gak sabaran" ucap Dena.

Mereka berdua sudah melakukan berbagai macam cara agar bisa masuk ke dalam rumah Zeea, namun semua cara yang di lakukan itu gagal karena Alga yang emosian alhasil kedua orang tua Zeea mengenali setiap penyamarannya.

"Sekali Al, kita coba. Kalau gagal kita pikirin cara lain"

"Oke, nanti malam kita ketemu di sini. Gue ajak tuh anak sekalian" pungkas Alga lalu melajukan motornya ke jalan raya, meninggalkan kedua temannya begitu saja.

"Lo berdua kenapa sih? sampai segitunya pengen ketemu Zeea, kaya gak ada cewek lain aja" ucap Toni menggelengkan kepalanya, heran dengan kedua temannya itu. Di sekolahnya banyak cewek cantik, mau yang tinggi, pendek, gendut, kurus ada semua tinggal mereka mau yang mana. Ini malah sibuk ngurus satu cewek yang dirinya sendiri belum tau seperti apa wanita itu.

"Sebenarnya bukan gue yang ngotot pengen ketemu sama Zeea, tapi Alga. Gue dulu temenan sama dia gak lama, paling berapa bulan gitu habis itu dia gak sekolah lagi dan sampai sekarang gak ada kabarnya" jelas Dena.

"Al suka sama tuh cewek?"

"Mana gue tau, gue gak pernah nanya. Suka kali" balas Dena lalu naik ke atas motornya.

"Gimana sih! Yang jelas yang mana dia suka sama tuh cewek apa lo yang suka sama tuh cewek?" tanya Toni menghalangi motor Dena.

Dena menghela napasnya "Al bilang dari dulu ayah Zeea suka nyiksa Zeea. makanya tuh anak mau ketemu sama Zeea buat mastiin kalau Zeea itu baik-baik aja atau gak. Lo paham sekarang?"

"Gak, gue masih belum paham" ucap Toni.

"Gue gak perduli lo paham atau gak, minggir gue mau beli cemilan buat nanti malam. Mau ketemu sama adek Raksa harus punya banyak cemilan, kasihan Abang-nya model Alga yang galak plus pelit" ucap Dena lalu menancapkan gas motornya, melaju ke jalan raya.

"Dasar modus, bilang aja lo mau dekat-dekat sama adeknya Alga. Pake acara bilang buat Zeea segala, tapi emang lucu sih adeknya, buat gue juga mau. Pasti Mommy gue bahagia setengah mampus punya anak model Raksa" ucap Toni lalu segera menyusul Dena.

...........

Malam ini seperti yang di katakan Alga tadi sore, dia benar-benar membawa adiknya ke rumah Zeea.

Kedua teman Alga juga sudah ada di tempat itu sejak setengah jam yang lalu, mereka sengaja datang lebih dulu agar Alga tidak marah-marah. Apa lagi anak itu membawa adiknya, kasihan nanti adiknya yang jadi sasarannya.

Alga turun dari mobil lalu berjalan menghampiri temannya, sedangkan Raksa mengikuti langkah Alga dari belakang.

"Ekhem, adek-"

Dena menghentikan ucapannya ketika mendapatkan tatapan tajam dari Alga "Maksud gue Raksa, duduk dulu-"

"Gak perlu, udah duduk di mobil dari tadi. Langsung aja apa rencana lo?" sela Alga menatap datar pada Dena.

"Anterin makanan ini ke dalam rumah itu, dan bilang kalau kamu itu pegawai baru di restoran, orang yang biasanya nganterin lagi sakit dan sementara lo yang anterin pesanan ke rumah ini" ucap Dena memberikan bingkisan makanan pada Raksa.

"Nama pemilik rumah itu Juan, nama istrinya Mia. Kalau di dalam gak ada mobil berati mereka belum pulang ke rumah, lo cari yang namanya Zeea, kasih makanan ini ke dia" ucap Dena yang di jawab anggukan kepala oleh Raksa.

"Lo paham kan?" tanya Alga untuk memastikan jika adiknya itu paham dengan ucapan temannya.

"Paham" jawab Raksa lalu berjalan mendekati rumah yang tak jauh dari tempatnya tadi.

Raksa berdiri di depan gerbang rumah itu, tak berselang lama seorang satpam membuka gerbang tersebut "Permisi Pak, apa benar ini rumah Tuan Juan? saya ke sini untuk mengantarkan makanan" ucap Raksa menunjukkan bingkisan makanan yang ada di tangannya.

"Di mana orang yang biasa mengantar makanan ke sini?" tanya satpam menatap Raksa penuh curiga.

"Temen saya lagi sakit, jadi untuk sementara waktu saya yang antar makanan ke rumah ini Pak" ucap Raksa tersenyum ramah pada Pak satpam.

"Masuk, berikan makanan itu pada nona Zeea" ucap Pak satpam mempersilahkan Raksa untuk masuk ke dalam rumah.

"Kita berhasil" ucap Dena bernapas lega, ia pikir akan gagal lagi ternyata adiknya Alga lebih pintar dari pada Abang-nya.

Lima belas menit berlalu, akhirnya Raksa keluar dari rumah itu dengan senyuman manisnya "Gimana ketemu sama Zeea?" tanya Dena spontan memeluk Raksa.

Alga mendorong tubuh Dena agar menjauh dari adiknya "Sorry Al, gue gak sengaja" ucap Dena tersenyum tipis.

"Zeea ngomong apa sama lo?" tanya Alga mengalihkan perhatiannya pada adiknya.

"Gak ada bilang apa-apa, cuma ngasih duit doang nih. Lima puluh ribu" jawab Raksa menunjukkan uang lima puluh ribu pada Alga.

"Dia gak ada bilang apa gitu? misalnya terima kasih gitu?" tanya Dena mantap Raksa.

"Ya ada tapi gak bilang secara langsung, cuma di tulis" jawab Raksa apa adanya, memang orang yang tadi menerima makanan dari dirinya tidak mengatakan apapun, dia hanya menulis di kertas untuk berkomunikasi pada dirinya tadi.

"Terus lo ngapain lama banget di dalam sana kalau gak ngobrol sama Zeea?" tanya Alga.

"Rumahnya kan lebar banget kayak lapangan tiga di jadiin satu. Kalau yang mau terima makanan di bagian belakang kenapa gak langsung aja ke belakang?" tanya Raksa mendongakkan kepalanya menatap Alga.

"Maksud lo?"

"Di ujung rumah itu ada bagian belakang nah itu Kakak yang tadi tinggalnya di situ. Kalau gak salah ada pintu gerbang kecil bisa masuk ke rumah itu" jelas Raksa.

"Bagian belakang? itu artinya selama ini dia tinggal di-"

"Kita harus keluarin Zeea dari rumah itu" ucap Alga lalu menarik tangan adiknya, membawanya masuk ke dalam mobil "Gue pulang dulu, Mama gue udah nyuruh pulang" ucap Alga lalu masuk ke dalam mobil.



Alur ceritanya aku ganti, semoga kalian suka.

ALGA WIJAYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang