Gerios terbangun karena merasakan sentakan di kakinya. Dia mengetahui bahwa eleanor-lah yang yang secara tidak sengaja menendangnya. Dengan penuh kehati-hatian, lelaki itu bangkit dari tempat tidur dan meregangkan tubuhnya. Salah satu ototnya terasa sakit, namun dia tidak bisa menemukan dimana letaknya, dan membuatnya membiarkan saja. Dengan lesu, gerios berjalan keluar ruangan, gerios menguap sebelum berjalan tanpa tujuan disekitar aula rumah sakit.
Biasanya, dia ketakutan dengan kehampaan yang dibawa rumah sakit di saat malam hari, perasaan yang tidak diketahui dan cukup menakutkan bagi lelaki itu. Tapi saat ini, dia merasakan nyaman yang luar biasa di tempat ini, semakin terbiasa dengan pemandangan sekitar dan bau khas dari gedung ini semenjak eleanor tinggal di rumah sakit 24/7 tiap bulannya, gerios sekarang tahu betul celah dan celah bangunan besar itu.
Sambil bersiul melodi lembut, perjalanan tanpa tujuan telah membawanya ke kamar rumah sakit yang sedikit terbuka. Diruangan tersebut, ditempati oleh seorang lelaki tua yang cukup gerios kenali, meskipun gerios berniat berjalan tanpa menyapa tetapi lelaki tua tersebut telah melihatnya dan tersenyum ramah padanya.
"Tuan Atmaja, lama tidak bertemu" gerios memulai dengan senyum ramahnya dan berjalan mendekat kedalam ruangan pria itu.
Sambil tersenyum, lelaki tua itu dengan hati-hati mengangguk "Ah, Gerios, kan?"
"Ya"
"Waktu berlalu begitu cepat, kamu sudah berkembang begitu pesat. Sudah berapa lama sejak kamu masuk tanpa izin ke halaman rumahku? Mencoba untuk mencari malaikat?"
"Ah, saya minta maaf soal itu. Kau tahu, anak-anak melakukan hal bodoh. Daripada itu, apa yang kau lakukan disini?" tanya gerios, mencoba membuat percakapan mereka bertahan lebih lama. Entah kenapa, perasaan gerios menghangat seperti selimut malam yang membungkus dinginnya malam. Bagaimanapun, ketika gerios mengingat kenangan masa kecilnya membuat bibirnya terangkat tanpa tersadar. Seperti madu, sangat manis. Gerios ingin sekali kembali ke hari-hari bahagianya sebagai anak-anak; ketika eleanor tidak sakit separah ini dan ketika mereka masih memiliki waktu didunia untuk melakukan petualangan mencari malaikat.
Menatap lelaki tua itu sekarang, gerios merasa telah melakukan perjalanan kembali ke masa lalu, dan itu sedikit menenangkan semangatnya yang hancur beberapa saat yang lalu.
"Kalian dihalamanku lagi? Berapa kali aku harus memberitahu kalian, tidak ada malaikat dihalamanku!" Tuan Atmaja mencibir dan menarik telinga kedua anak-anak tersebut. Lelaki tua itu mengerutkan kening dan berekspresi kasar, tetapi bila dilihat dengan jeli terdapat binar di matanya setiap kali gerios dan eleanor masuk tanpa izin kehalaman belakang rumahnya. Sejujurnya, Tuan Atmaja senang jika keduanya membuatnya kesal tanpa henti, karena dia dengan mudah melupakan betapa kesepiannya dia, kedua bocah itu seperti mencerahkan harinya dan bahkan meskipun lelaki tua itu mengerutkan kening diluar tetapi didalam dia tersenyum.
"Tetapi Tuan Atmaja, ada malaikat disini. Saya yakin itu!" gerios membela, sesekali meringis dari rasa sakit telinga sebelah kananya
"Itu yang kalian selalu katakan tiap kali" Tuan Atmaja mundur
"Tapi itu benar!!!" Eleanor merengek, matanya sudah berkaca-kaca
"Tuan Atmaja, dasar brengsek. Lepaskan kami sekarang juga"gerios berujar layaknya orang dewasa yang memiliki otoritas tinggi walaupun sebenarnya dirinya masih sembilan tahun "itu salahmu jika kita tidak bisa menemukan malaikat tepat waktu, dan el akan menghilang! Apakah Tuan Atmaja ingin dicap sebagai pembunuh sepanjang hidupmu?!!"melepaskan kedua bocah tersebut, lelaki tua itu menunjuk ke arah depan jalan "Keluar! Dan jika aku melihat kalian lagi dihalamanku, aku sendiri yang akan mengiris telinga kalian"
"Aku disini, karena sudah umurku" jawab lelaki tua itu singkat dan tersenyum geli "tapi sepertinya aku yang harus menanyakan itu kepada kamu. Jadi gerios, apa yang kamu lakukan di rumah sakit ini?"