Jimin menatap buku laporan sekolahnya malas, disana dia melihat namanya lagi-lagi tertulis sebagai siswa peraih peringkat pertama. Jimin bukannya tidak suka, dia suka, dia bangga, tapi-
" Huh?! Dia lagi? Ini tidak adil! Aku tak tidur seharian demi belajar sedangkan dia hanya tidur di kelas! "
" Kau benar. Aku bahkan mengganti jadual perubatan aku untuk bimbingan, tapi kenapa pula dia yang tak pernah belajar mendapat peringkat pertama "
" Hey jangan lupa ayahnya seorang professor dan ibunya ilmuan "
" Ya, mesti disebabkan itu "
Inilah yang tak disukainya, tanggapan para sahabat -memangnya sesuai dipanggil sahabat- nya yang seperti ini membuatnya muak. Bukan salah Jimin terlahir dengan otak yang cerdas. Bukan salah Jimin mempunyai orang tua yang berjaya. Tapi mereka selalu bertanggapan buruk tanpa mengetahui hal sebenar. Ingin rasanya Jimin menghilang supaya tidak lagi mendengar suara-suara membuat telinganya panas.
~oOo~
Jimin melangkahkan kakinya masuk ke sebuah rumah mewah mencuba untuk tersenyum manis saat pupil matanya menangkap dua sosok yang tengah berdiri menunggunya di ruang dapur. Ya berdiri kerana-
" Oh! My son, sudah pulang. Marilah kesini, kau makan yang banyak. Ayah dan ibu ada urusan di Lab " ibunya berkata sambil menarikkan kerusi untuknya.
" Jangan ganggu kami kerana penemuan kali ini sangat penting " ayahnya menambahkan sambil melihat arloji.
" Tapi aku- "
" Yeobo, cepatlah, kita tak mempunyai banyak masa "
" Ayah, ibu aku - "
" Makanlah Jimin "
Jimin terpaksa menelankan lagi kalimat yang ingin diucapkannya, bahkan orang tuanya tak menanyakan kegiatan sekolahnya. Beginilah setiap harinya, orang tuanya selalu menyibukkan diri di Lab mereka. Menciptakan pelbagai macam penemuan. Jika ayah dan ibunya bekerjasama menciptakan sesuatu penemuan, hasilnya tidak boleg dianggap kategori remeh. Dua tahun lalu, mereka berhasil menciptakan sejenis topi yang apabila dipakai maka apa yang difikirkan atau diberangankan oleh seseorang yang memakai akan terlihat di monitor yang sudah dirancang sedemikian rupa.
Entahlah penemuan apalagi yang sedang mereka sibukkan hari ini. Yang pasti, Jimin dilarang sekali pun untuk mengetahuinya. Jimin lagi-lagi makan sendirian. Jimin menghela nafas melihat makanan cepat saji di atas meja. Ini sudah pasti delivery lagi. Ibunya sudah tidak lagi memasak semenjak Jimin berada ditingkat pertama Junior High School. Dengan alasan dia sibuk, sudah pasti.
~oOo~
Dua minggu setelah Jimin berjaya meraih peringkat pertama pada ujian akhirnya, sekarang Jimin hanya menunggu hari kelulusan. Pendaftaran Universitas? Dia telah mendapatkan undangan untuk masuk melalui jalur prestasi di Universitas S, jadi tidak perlu percubaan lagi. Jimin sekarang tengah bermalas-malasan di ruang santai. Didepannya televisyen menayangkan film dengan robot merah kuning keemasan yang dapat terbang seperti roket -Iron Man Jimin menyebutnya, tangan kirinya memeluk bekas besar berisikan berbagai macam biskut.
Rumahnya sepi, memang setiap hari seperti itu. Tapi, ini seperti yang benar-benar sepi. Orang tuanya sedang pergi ke luar negeri mengurus kesepakatan apalah namanya -Jimin lupa-. Mereka tidak mempekerjakan maid, driver, tukang kebun dan sebagainya. Takut nantinya akan menyentuh penemuan baru mereka katanya. Jimin menerima saja. Menolak pun percuma. Matanya mengedar bosan.
Meneka-neka kegiatan apa lagi yang dapat dilakukannya untuk menghilangkan rasa bosannya. Kakinya melangkah menaiki tangga menuju ke biliknya. Namun sebelum membuka pintu biliknya, matanya memandang tertarik pada pintu bercat hitam dengan ukiran dihujung lantai 2. Itu Lab ayah dan ibunya.
Pintu biliknya yang sempat terbuka sedikit, ditutupnya kembali. Melangkah dengan ragu kearah Lab tersebut. Menggigit bibir tipisnya saat sudah sampai tepat di depan pintu Lab, pandangannya turun menatap tombol pintu. Berfikir keras menduga-duga angka yang menjadi password supaya pintu tersebut terbuka.
Bip bip-
Jarinya menekan beberapa angka dugaannya.
Kriet-
'Heol' Jimin benar-benar tak menyangka berjaya membukanya dalam percubaan yang pertama. Hana tersenyum kecil saat tahu bahawa orang tuanya masih memikirkannya dengan menjadikan tarikh lahirnya sebagai password Lab mereka. Matanya bersinar menatap betapa takjubnya isi Lab ini. Dalamnya benar-benar luas dengan berbagai macam monitor dan peralatan yang tak diketahui oleh Jimin. Kakinya melangkah mendekati sebuah meja panjang. Tangannya meraih random beberapa kertas yang berselerakan disana.
" Time Travel : Past Trip? " membalik lembaran berikutnya kerana merasa tertarik dengan tajuknya. Pupil matanya menangkap gambar-gambar rumit dengan beberapa keterangan. Membalik lagi dan menemukan tujuan pembuatan penemuan.
" Hng? " Jimin menegakkan cara berdirinya, tubuhnya menunjukkan reaksi bahawa dia benar-benar tertarik dengan apa yang dibacanya.
" Kembali ke masa lalu ya? "
Jimin mengedar pandangannya dan menemukan sebuah alat, ruangan kecil atau apalah, Jimin tak tahu namanya. Yang pasti, alat tersebut mirip dengan gambar yang ada di lembaran ini. Jimin mendekat dan masuk ke dalam alat seperti ruangan kecil itu. Ini transparan kerana hanya terbuat dari kaca bening biasa -menurut Jimin- . Bahagian dalamnya pun kosong tak ada apapun, kecuali satu tombol yang jika tak dilihat dengan teliti tak akan terlihat, kerana lagi-lagi terbuat dari sesuatu yang bening.
Jimin menduga-duga, kira-kira apa yang akan terjadi jika dia menekan tombol ini? Apakah dia dapat melihat ke tahun berapa dia akan kembali? Wah, kalau macam itu Jimin benar-benar mahu mencuba. Dengan mantap Jimin memejam matanya dan menekan tombol tersebut.
1-2-
Menghitung dalam hati kemudian mengerutkan dahinya saat tak merasakan apa pun. Mata kirinya mengintip kecil dan menemukan berbagai tulisan yang sebelumnya tak ada dikaca bening tersebut sekarang bahkan menemuinya. Membaca kecil saat tulisan dengan bahasa inggeris yang tentu saja difahami murid genius sepertinya. Mulutnya menganga kecil dengan apa yang dibacanya di bahagian akhir ayat tanda tebal dan besar.
" Membawa barang yang diperlukan? Apa kita akan lama di masa lalu? " berfikir sejenak kemungkinan-kemungkinan orang tuanya tahu yang anaknya hilang semata wayang.
" Tidak. Ini salah. Aku tak seharusnya masuk tadi "
Jimin berlari keluar ruangan itu dan menuju ke biliknya. Sepuluh minit kemudian, Jimin keluar lagi dengan beg kecil dipunggungnya.
" Ya, sepatutnya aku tak masuk tadi tapi sekaranga aku ingin mencubanya lagi " kakinya berlari lagi masuk ke Lab. Menekan kembali tombol yang tadi -dan meneliti peraturan-peraturan yang tertera.
" Hng? Lalu cara kembali ke masa depannya bagaimana? "
"Pilihan tahunnya juga dimana? "
" Apa alat ini boleh membaca fikiranku?"
Bibirnya tersenyum kecil dengan fikirannya sendiri. Tentu saja, bukankah orang tuanya sudah membuat penemuan topi yang dapat membaca fikiran? Sekarang pasti alat ini juga membaca fikirannya.
"Baiklah, mari ke masa lalu dimana keluarga aku harmoni " ucapannya diakhiri dengan menghilangnya raganya setelah menekan tombol -Go- berwarna merah dikaca bening tersebut. Diselingi efek angin yang menerbangkan beberapa lembar kertas diatas meja panjang tadi.
Akan tetapi tanpa Jimin sedari alat ini masih belum sepenuhnya diselesaikan kerana disalah satu lembaran yang terjatuh dilantai terlihat rancangan tahun beberapa saja yang akan orang tuanya masukkan pada alat tersebut. Dan hanya ada satu tahun yang sudah terconteng dari sekian tahunnya.
Tahun 1415.
To be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Travel : Past Trip
FanfictionJIKOOK FF 🖤 Boy×Boy‼️ Matured Content 🔞❗ -bubujikook-