Hujan deras mengguyur kota Jakarta malam ini. Suara gemuruh disertai angin pun turut melengkapi. Namun, hal itu tak menyurutkan keberanian seorang gadis yang kini tengah berlari melawan hujan. Meskipun bajunya basah kuyup, tapi ia harus tetap berlari sekuat tenaga untuk lolos dari kejaran beberapa pria bertubuh kekar di belakang sana.
“ALIAAAA ... JANGAN LARI!!!”
Nathalia Reffa Alexandria—orang-orang yang mengenalnya kerap memanggilnya ‘Al’. Gadis setengah bule si pemilik bola mata abu-abu. Memiliki kehebatan dalam bidang tonjok-menonjok alias bela diri, membuatnya kerap kali berurusan dengan preman-preman maupun anak laki-laki sebayanya.
Oh, sial.
Nathalia meraup wajahnya kasar. Penglihatannya begitu terganggu dengan bulir-bulir air yang terus berjatuhan dari langit.
Di belakang sana, 4 pria berotot kekar saling melempar pandangan. Salah satu dari mereka yang pangkatnya lebih tinggi berseru, “Jangan biarkan Alia lepas! Bos bisa ngamuk nanti!”
Mereka yang mendengar perintah itu hanya mengangguk, kemudian semakin mempercepat larinya guna menyusul Nathalia yang larinya secepat cheetah.
Sayangnya, mereka kehilangan jejak. Sama-sama menghela napas gusar, ke-empat pria itu meninggalkan area begitu sosok Nathalia sudah tidak nampak batang hidungnya sama sekali.
“Huh, selamat gue.” Nathalia mengelus dada. Lantas selonjoran di pinggir jalan yang tanpa penerangan. Bibir mungilnya mencebik, lalu meringis begitu sadar jika mukanya babak belur.
“Muka cakep gue ...” desahnya dramatis.
Dari sekian bagian tubuh, Nathalia sangat menjaga wajahnya yang paripurna. Tidak ada siapapun yang boleh menorehkan luka secuil di mukanya. Tapi sayangnya ... malam ini ia kalah telak karena 4 pria tadi cukup kuat.
***
“Muka lo kenapa, Anjir!” Seruan seorang lelaki menjadi sambutan pertama begitu pintu apartemen terbuka.
Memilih mengabaikan, Nathalia menghempaskan tubuhnya yang setengah basah di sofa yang ia yakini harganya sungguh fantastis, yang justru kelakuannya itu dihadiahi geplakan ringan di lengannya yang putih mulus.
Gilang Aditya Pratama, lelaki yang lebih tinggi 10 sentimeter dari Nathalia itu mendelik. Lelaki yang tak lain adalah sepupu Nathalia ini begitu menjaga kebersihan. Oleh karena itu, tingkah Nathalia yang seenaknya selalu sukses membuatnya tersulut kesal.
“Mandi sana! Sofa gue kotor, Al!” dengusnya, sembari melipat tangan.
Nathalia memutar bola mata. “Aelah ... ketimbang sofa doang, Lang,” ucapnya, yang langsung beranjak dari sana. Kemudian menuju pintu sebuah kamar lain di sebelah kamar Gilang.
Nathalia keluar 20 menit kemudian. Gilang pun sudah siap dengan sapu tangan dan baskom berisi air hangat di tangannya. Lelaki itu memberi gestur agar sepupunya mendekat, yang mau tak mau Nathalia langsung duduk bersila di hadapan Gilang.
“Dikejar siapa lagi kali ini?” tanya Gilang, yang mulai mengompres lebam di pipi Nathalia.
“Om-om,” balas Nathalia sekenanya.
Gilang menghela napas panjang. “Tumben muka lo sampai babak belur begini? Nggak mungkin lo kalah gitu aja, kan?” tanya Gilang, merasa tak beres.
Ia tahu betul bagaimana hebatnya Nathalia dalam berkelahi, dan babak belur adalah sesuatu yang sangat jarang terjadi pada gadis cantik di depannya ini.
“Ya gimana gak babak belur ... mereka ngeroyok gue tiba-tiba. Mana hujan deras lagi,” sahut Nathalia, setengah kesal.
“Salah lo juga! Anak gadis bukannya diam di rumah malam-malam, ini malah keluyuran,” omel Gilang, yang mulai cosplay jadi Emak-emak.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLEO
Teen FictionInsiden salah masuk kamar dalam sebuah asrama membuat Nathalia yang harusnya menemui kembarannya justru malah bertemu dengan Leon si cowok cool. -------------------- Dan dari pertemuan tak terduga mereka, Nathalia harus berurusan dengan Leon yang t...