Rumah Sakit

267 32 16
                                    

Ruang itu tampak hening, bocah itu pun tampak murung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ruang itu tampak hening, bocah itu pun tampak murung. Sudah tidak terhitung berapa kali Yujin berusaha membuat anak laki-laki itu tertawa tapi nihil, bocah itu masih saja termangu menatap pintu kamar rawat inapnya. Yujin tentu tau, anak kecil yang ada dihadapannya ini tengah menunggu seseorang yang sangat ia rindukan namun alih-alih yang ia cari tiba, ia hanya mendapati dokter dan perawat yang harus mengecek kondisinya.

Hufttt

Pun sudah tidak terhitung berapa kali anak itu menghela nafas lelah setelah mengembungkan pipinya.

"Yuyu..."

Yujin lantas mengerjap akhirnya anak itu mau mengeluarkan suaranya lagi.

"Y-ya. Ada apa sayang? Apa sakit? Apa detaknya berubah?"

Yujin kepalang panik melirik monitor dan si anak secara bergantian, hingga menanyai rentetan tanya pada si bocah yang sudah mengerucutkan bibir.

"Tidak sakit kok, detaknya juga bagus" jawabnya.

Akhirnya Yujin mengusap dadanya, tenang. Ia pikir sesuatu yang buruk terjadi.

"Menurut Yuyu setelah ini siapa yang akan membuka pintunya lagi?"

Wanita muda itu tampak berfikir sembari mengetuk-ngetuk kening kanannya pelan.

"Manusia" jawab Yujin terkekeh renyah namun yang disana hanyalah kesal.

"Ihh, masa hantu, sih!" Kesalnya melipat tangannya didada.

"Duhh cepat sekali sih kesalnya" gemas Yujin mencubit pipi gembul itu.

"Jangan cubit-cubit pipinya. Nanti mama marah" tangan mungil itu menarik tangan sang bibi yang suka sekali mencubit kedua pipinya.

"Baiklah-baiklah, Yuyu akan jawab" kini Yujin tengah memperbaiki posisi duduknya

Bocah itu mengangguk semangat.

"Menurut Yuyu yang akan membuka pintu itu lagi adalah seorang malaikat"

"Malaikat?" tanyanya serius dengan mata bambi yang tampak penasaran untuk dilanjutkan.

"Hmm, malaikat yang bisa menjaga si pangeran tampan ini dan membuat pangeran tampan Yuyu ini sembuh. Jadi bisa banyak tertawa dan bergerak tanpa takut detak jantungnya bergerak cepat"

Yujin tidak tau, omongannya hanya keluar begitu saja. Namun yang ia tau, ia hanya ingin anak ini merasa senang dengan apa yang ia katakan.

Senyum anak itu mengembang "Apa malaikatnya ada, Yuyu tidak bohong kan?"

Yujin mengusap pucuk kepala anak itu "Harusnya ada. Yu tidak bohong. Dia pasti akan datang"

"Kalau begitu ingin malaikatnya cepat datang dan ayo bermain bersama" katanya senang.

Tapi mendadak senyum Yujin berubah sendu "Apa aku terlalu membuat ia berharap?" batinnya.

Yujin kepalang tau, bagaimana bocah itu hidup dan menjalani hari-harinya sejak lahir hingga sekarang. Yujin bahkan sudah menganggap anak itu seperti anaknya sendiri, bocah yang belum genap lima tahun umunya itu sudah sangat bijak dan memahami keadaan walau begitu sangat disayangkan ia menjalani masa kanak-kanak yang menyakitkan.

Dissipate || Jungkook || Jeon Jungkook | FINISHEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang