Sebulan sudah berlalu, Aku dan Satria sudah jadian dan mengadu kasih. Tak kusangka aku bisa jatuh hati dengan Paskibraka itu. Satria yang awalnya kukira anak yang suka ngatur dan menyebalkan, tapi ternyata dia tidak seperti itu.
Suatu ketika, aku meminta dia mengantarku ke Music Sheet Store dikota. Dan dia mau. Tentu saja, imbalannya harus kembali bernyanyi lagi didepan umum seperti dikafe. Membuatku berpikir, Satria selalu membuatnya berlatih di publik untuk masa depanku juga.
"Kau melamun apa?" Tanya Okta
"Ah, gapapa." Aku tersadar dari lamunanku.
"Aku baru ingat, Kau tidak pernah datang di latihan paskibra kami. Kenapa?"
Faktanya aku tidak pernah melewatkan satupun latihan paskibra. Cuma tidak terlihat oleh mereka. Bahkan dia diam-diam mengambil foto-foto Satria.
"Apaan si, kan aku sibuk. Kami kan bentar lagi ada lomba kabupaten." Jawabku.
"Satria seperti butuh penyemangat"
"Kenapa?"
Pacarnya itu selalu diam terkait masalah dia, padahal aku selalu bercerita tentang masalahku sendiri. Padahal aku ingin dengar dia bercerita.
"Dia sempat cekcok dengan Mas Ardi, sepertinya mereka lagi ga akur."
"Oke aku nanti sore dateng deh. Btw kau jadi ikut basket?"
"Umm, kurasa tidak. Aku tidak suka basket".
"Padahal kau tinggi lho."
Dari sudut pandang orang mungil 155 cm, aku selalu berpikir orang tinggi seperti Okta bisa bermain basket. Atau semua anak yang tinggi pasti bisa main basket.
"Aku tidak pintar."
"Ohh tentunya kau pintar dalam akademik."
"Itu memang iya, tapi aku hanya tidak PD saja."
"Kau yang bilang sendiri ke aku sebelum audisi bahwa kau harus terus jalan dan tidak memikirkan orang lain?" ungkapku
"Tapi ini beda kasus."
"Okta, sama saja. Bedanya kau ada di lapangan dan melakukan basket."
"Kau benar. Sejak kapan kau tumbuh dewasa seperti tadi?" Okta mengacak-acak rambutku dan saat ini aku cemberut.
"Aku dah dewasa tau."
Bell pulang sekolah itu berbunyi dari kejauhan. Saatnya pulang. Untung jam terakhir kosong, jadi aku bisa mengabari Mas Satria supaya tidak usah menunggu.
Satria : kau sudah selesai?
Firman : belum. Tapi mas ga usah nunggu aku. Hari ini aku kumpul sebentar di ruang Glee Club.
Satria : Oke. Kabari kalau sudah selesai ya.
Firman : Iya mas.
Pacarnya itu selalu memberinya pesan setiap akan pulang sekolah, dengan harapan bisa pulang bareng, atau bisa nganter aku pulang ke rumah. Hal itu membuatku merasa senang dengan keadaan itu, meskipun sedikit merepotkan.
Kutunggu dia didepan pintu gerbang sekolah seperti biasa dan kutunggu. Aku menunggu.
Menunggu, cukup lama. Bahkan 1 jam kemudian Satria tidak muncul. Aku berusaha mencoba menghubunginya, tetapi nomornya tidak aktif. Hati ini muncul berbagai kekhawatiran. Kemana dia? Kenapa tidak mengabarinya?
Aku mencoba menghubunginya kembali, tetapi tidak aktif. Dimana Satria?
"Firman, kenapa sendirian disini?" Mas Ardi menghampiriku dengan motornya.
"Mas Ardi. umm aku menunggu Mas Satria. Mas Ardi lihat ga?"
"Satria ya, aku tidak melihat. Tapi dia tadi masuk kok."
"Oh iya, tadi Firman juga lihat." Ucapku khawatir.
"Oke deh. Gini, Mas anter kamu sampai rumah ya. Kamu bisa WhatsApp Satria ya."
Aku mengangguk sedih. "Baiklah Mas, Aku akan WA Mas Satria dulu ya. Terimakasih mas Ardi."
Firman : Mas, aku pulang dulu sama Mas Ardi. Call me ASAP.Sementara itu Mobil yang mengawasi Firman dan Ardi dibelakang, membawa Satria dengan dalam keadaan terikat dan meronta - ronta ingin membebaskan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Kasih Di Sekolah. [END]
RomanceBoyxBoy [please do not report!] Kisah Firman yang menjalin sebuah percintaan terlarang dengan seniornya, Satria. Dimana kisah cinta mereka berdua dipenuhi drama anak Sekolahan. Original Story by me.