Rencana

10 3 3
                                    

Sudah terhitung dua minggu tepatnya Gading bertemu dengan Aruna dan dua minggu itu pula dia jatuh hati pada setiap hal yang ada pada gadis tersebut. Semua dimulai dari suara tawanya yang manis mengalun menyapa pendengaran Gading kemudian ke semua hal-hal besar dan hal-hal kecil yang ada pada Aruna. Ikal di tiap ujung rambutnya, hidungnya yang mancung nan mungil, suaranya yang candu dan memabukkan, semua obrolan bersamanya yang Gading nikmati tiap detiknya, dan bola mata yang Gading yakin bisa menampung seluruh bintang di galaksi karena jujur saja mata Aruna selalu menenggelamkan Gading kedalamnya. Gading tentu saja selalu berangan bagaimana jadinya jika ia bisa memiliki Aruna sebagai kekasihnya. Namun angan itu selalu diakhiri dengan ragu karena waktu Gading dan Aruna saling kenal bisa dibilang amat singkat. Dan disinilah kini Gading, ditelan rasa dilema oleh sosok bernama Aruna.

"Bossss, buset bengong mulu lo" ucap Gamal melempar bungkus kacang pada wajah Gading tiba-tiba.

Saat ini Gading bersama dengan Baskara, Sakha, dan Gamal tengah berkumpul ria di tempat yang mereka sebut dengan basecamp (a.k.a. rumah Sakha). Gading dan Gamal baru saja pulang dari latihan futsal rutin mereka. Baskara sendiri baru saja bangun dari tidurnya yang lelap setelah dari kemarin malam menginap di rumah Sakha. Sedangkan Sakha baru saja berlatih gitar di ruang musiknya karena dari semalam tak bisa tidur karena terganggu dengan suara ngorok Baskara yang mirip toa demo.

"Si Gading mah bengong mulu sekarang. Gue curiga dia kesambet setan penunggu pohon gede di kampus" ucap Baskara.

"Galau tuh dia. Paling karena si cewe itu" ucap Sakha singkat namun tepat.

Seketika suasana menjadi ramai karena Baskara dan Gamal yang berteriak kegirangan.

"Lo ada cemimiw baru nih, sapa nih kok gue gak tau. Ceritalah Ding" ucap Gamal menggoyang-goyangkan lengan Gading membuat Gading sedikit kesal.

"Ada tuh adek tingkat, baru juga kenal udah dipepet aja sama ni orang" ucap Baskara.

"Widihhhh doyan cewe juga lo akhirnya" goda Gamal.

"GUE DARI DULU JUGA DOYAN CEWE YA MALLLLL!!!! KALIAN KENAPA SIH NGANGGEP GUE GAK DOYAN CEWE" marah Gading karena tak terima dengan ledekan Gamal.

Teman-temannya tertawa terbahak-bahak melihat Gading dengan muka marahnya.

"Lo sih dari dulu jarang banget ngegebet atau macarin anak orang, ya kan kita jadi mikir lo gak doyan cewe" ucap Sakha.

"Sembarangan aja kalian!! Gue tuh bukan gak doyan cewe, cuma belum nemu yang srek aja" bela Gading.

"Eh btw siapa nih dedek gemes yang bisa meluluhkan hati Abang Gadingggg~" tanya Gamal sedikit jahil.

"Itu maba manejemen, siapa dah namanya Kha?" ucap Baskara.

"Aruna"

"EHHH!!!??!! Jangan-jangan Aruna sepupu gue yang kemarin ya Ding?" seru Gamal terkaget.

"Hehe iya" ucap Gading dengan gummy smile khasnya.

"Wihhhhh, gue dukung deh. Lo temen gue paling baik soalnya. Entar kalo lo mau tanya apa-apa tentang Runa tanya aja ke gue"

Gading yang mendengar pernyataan Gamal barusan merasa amat bahagia. Kini dirinya bisa selangkah lebih maju mendekati Aruna karena mendapat restu dari kakak sepupunya.

"Tapi Ding gue sebagai orang yang lebih kenala Runa cuma mau kasih saran aja nih. Kayanya lo harus ekstra kalo mau deketin dia" ucap Gamal serius.

"Hah? Kenapa Mal?"

"Setau gue Runa tuh punya satu cowo yang dia taksir dari SMA. Kayanya kalau gue liat-liat si Runa masih naksir sama tu cowo. Buktinya aja dia masuk kampus disini, ya karena mau ngejar cowo itu" jelas Gamal pada Gading yang kini mukanya ikut serius.

Titik TemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang