-aku Cia, aku mencintainya. Pria berusia dua tahun lebih tua daripada aku. Tapi aku tidak berani mengungkapkan isi hati ku padanya. Dan selalu menyebut namanya dalam setiap doaku.-
Cia....
Pagi ini Cia bersama teman perempuannya bernama Ona akan pergi menghadiri kajian di salah satu masjid Al Aqsha, biasa diselenggarakan setiap dua kali dalam sebulan ditempat berbeda. Beruntungnya acara tersebut sekarang dilakukan di salah satu masjid yang tidak jauh dari kediaman dua wanita tersebut.Mengendarai sepeda motor Scoopy hitam milik Cia, membawa mereka berdua dengan selamat sampai tujuan.
Penuh, ramai, dan riuh. Itulah gambaran suasana di halaman masjid. Kebanyakan dari mereka para wanita mengenakan pakaian gamis berwarna hitam dan jilbab hitam, ada juga yang menggunakan pakaian atas bawah tertutup dan sopan.
Tidak hanya dihadiri oleh jamaah wanita tapi dihadiri oleh para jamaah pria. Tampak sholeh dan tampan saat para pria mengenakan pakaian muslim mereka yang biasanya jarang dilihat oleh orang-orang. Ada satu diantara pria-pria tersebut yang berhasil menarik perhatian Ona lalu membisikkan sesuatu kepada Cia, seperti memberi tahu kalau pria itu ada diantara para pria-pria tersebut.
Cia diam-diam melihatnya. Senyum manis terukir di wajah manisnya, tidak bisa berlama-lama karena mereka semua sudah diharuskan masuk ke dalam.
Dari luar sudah terlihat pembatas antara pria dan wanita. Ada tanda juga untuk pria sebelah kiri dan wanita sebelah kanan.
Tema ceramah pagi hari ini tentang, jodoh dan maut. Yang dibawakan oleh ustad Jefri.
Ona merekam suasana disana, merekam juga beberapa bagian penting dari setiap perkataan ustad.
Disaat ustad memberi tahu doa supaya dipertemukan dengan seorang jodoh yang baik dan dilancarkan segala urusannya, Cia ikut berdoa. Mengucapkan setiap kalimat yang didengar, menyebutkan nama sang pujaan dalam pikiran dan hati, "Abdul Jaini Ahmad, ya Allah, dia berada di balik tirai pemisah tersebut. Nama yang selalu hamba sebut. Amin." Ia mengucapkan amin saat ustad berkata amin, begitu juga yang lain.
Abdul Jaini Ahmad, pria yang selalu diucapkan dalam setiap doanya selain meminta doa perlindungan dan lain-lainnya.
Anak saudagar kaya raya, memiliki banyak peternakan, villa dan beberapa tanah luas di kota maupun desa. Lulusan sarjana S2 di luar negeri. Seorang dosen muda di salah satu universitas ternama yang berada di Jogjakarta.
Berbeda dengan Cia yang seorang anak tukang bangunan atau kuli. Hanya lulusan SMK tidak melanjutkan kuliah karena orang tua tidak mengijinkan tapi ia tetap belajar untuk menambah ilmu pengetahuannya. Mempunyai keinginan untuk umroh walaupun dia belum bekerja.
"Akhirnya selesai juga. Seru, ustad nya lucu. Eh, Cia, lihat siapa yang kesini!" Ona menyenggol siku Cia yang sibuk mencari sesuatu di tasnya.
"Assalamualaikum." Sapanya. "Cia?" Panggilnya.
"Waalaikumsalam, Cia dijawab dong!" Ujar Ona. Cia akhirnya menemukan benda yang dicari, kunci motor. Beralih menatap Ona lalu Jaini. "Eh, iya, waalaikumsalam mas Jai." Jawabnya.
"Sore nanti, Cia sibuk gak?" Tanya dia. Cia menggeleng tanda tidak sibuk. "Kalo gitu, aku jemput Cia jam tigaan ya." Katanya.
Cia mengerutkan kening, bingung, "mau kemana? Jam tiga nanti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Disepanjang DOA 'Ku
Cerita PendekBiarkan aku mencintainya walaupun secara singkat dan hanya aku serta Tuhan yang tahu. Percayakan semuanya pada Tuhan yang maha esa. Tetap lah berdoa walaupun hasilnya berbeda. ... #CERPEN