POV Fajar
Bang Aqif berdiri. Aku bisa melihat dengan jelas gundukan yang menyembul dari balik celananya. Aku bingung ingin menikmati tubuhnya dahulu atau batang kejantanannya."Bang," kataku ragu. "...boleh... buka... celananya?"
Bang Aqif tersenyum. "I'm yours."
Jantungku berdegup makin kencang. Aku mendekati gundukan itu, wajahku tepat berada di depannya. Kuturunkan ritsleting, lalu kubuka kancing celananya dan kusibak.
Pemandangan di baliknya sungguh membuatku ternganga.
Di bibir celana dalamnya, tampak bulu2 yang mengintip keluar. Sementara itu, wujud batang kejantanannya tercetak jelas pada celana dalamnya. Batang itu cukup panjang, besar dan tegak, condong sedikit ke kanan dengan sedikit cairan yang merembes pada bagian kain yang mencetak lekukan kepalanya.
Aku mengelus organ itu, kemudian sedikit kuremas untuk merasakan kepadatannya. Ah, luar biasa.
Aku telah siap. Perlahan kuturunkan celana dalam itu. Seperti seekor ular yang memagut, batang kejantanan bang Aqif melesat keluar dari kungkungan celana dalamnya. Kokoh, tebal, dan berurat. Kepalanya berwarna merah jambu dan tampak mengilat akbat cairan precum yang membasahinya.
Kubuka mulutku, lalu dengan sigap kulahap organ itu. Lidahku menari2 di dalam. Kupejamkan mataku, menghayati kenikmatan ultim yang dihadirkan padaku.
"Uhh, ohh, ahh, Jar, ahh..." Bang Aqif meracau liar. Aku masih dengan sabar memainkan batang kejantanan Bang Aqif, kunikmati setiap lekukannya.
"Kencengin Jar, ahh, tapi aku mau sambil duduk."
Kulepaskan sejenak lolipop itu, lalu kubiarkan Bang Aqif duduk di sofa. Sementara itu aku bersimpuh di bawah, kemudian kulanjutkan aksiku.
"Ohh, ahh... enak Jar... ahh... uhh... gila."
Sejenak kemudian kulepaskan kembali batang Bang Aqif untuk mengambil nafas.
"Mau crot di dalam apa di luar bang?"
"Nanti saling kocok aja buat crotnya. Jangan bikin aku tampak egois." Seloroh Bang Aqif sambil tersenyum. Seperti ada kepuasan pada raut wajahnya.
"Mau lanjut atau udah Bang?"
"Jadi mau ini nggak?" Bang Aqif menggrepe2 torsonya.
Ah iya. Torso yang kuidam2kan selama ini.
Bang Aqif menyandarkan dirinya telentang pada salah satu sisi sofa. Torso berotot Bang Aqif yang berkeringat dan mengembang-mengempis mengikuti irama nafasnya itu sungguh mengguggah seluruh gairahku.
Aku kini sudah berada di atas tubuh Bang Rashid. Kusibakkan korsa itu, lalu mulai kujilati dan kusesap seluruh tubuhnya. Tak ketinggalan puting mungil cokelat itu kusambangi dan sedikit gigitan ringan di situ membuat Bang Aqif merintih.
Aku memandangi wajah Bang Aqif. Wajah sempurna yang maskulin itu berhasil menghanyutkan pikirku tiga malam terakhir ini sebelum aku tidur.
"Bang lo kok bisa ganteng banget si," kataku takjub. Wajah kami kini begitu dekat.
Bang Aqif tersenyum. Bukan senyum tersipu, melainkan senyum menikmati pujian yang kulontarkan. Itu semakin membuat Bang Aqif cool dan seksi.
"Kamu ga kalah kok," katanya kemudian. Masih dengan senyum tipisnya, kini ia menatapku dalam2. "Lihat? Kamu udah berhasil menawanku malam ini."
Wajahku terasa panas. Ahh tidak bisa, aku tidak kuat. Aku merasa lemas. Mungkin tubuhku lebih perkasa dari Bang Aqif, tapi hatiku mudah terserak seperti kapal pecah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buaian Tubuh Perkasa
РазноеDisclaimer: 18++, LGBT if this disturbs you, skip it! Kumpulan cerita individu-individu sesama jenis yang menyelami erotika tubuh atletis dalam pergumulan yang panas dan menantang.