PERTEMUAN

127 16 3
                                    

***Flashback Off***

Zilia membuka mata, berhenti dengan lamunan tentang nasibnya dimasa lalu. Ia kembali meletakan photo di posisi awal dan berjalan menuju kamar mandi.

"""""

Waktu sudah menunjukan pukul 4 sore. Zilia baru selesai bekerja di sebuah caffe, meregangkan badan di taman dan melihat orang-orang di sekitar dengan ekspresi datar. Ia bosan dengan kehidupan yang seperti ini, namun tidak ada pilihan lain. Hanya ini lah kehidupan yang bisa dijalani.

Kruuukkkk......

Zilia memegang perutnya yang bunyi  kelaparan, ia bangkit ingin mencari jajanan disekitar taman. Ia berjalan sambil melihat-lihat makanan yang berjejer di pinggir taman.

"Ahh... Aku ingin cilok"

Dengan semangat zilia berjalan mendekati penjual cilok, tanpa disadari dari arah berlawanan ada seorang pesepeda yang sedang tidak melihat jalan. hingga...

Bruuuukkkk

Sepeda itu menabrak zilia, mereka terjatuh dengan zilia yang hampir masuk selokan, dan pria pesepeda tersebut tertimpa sepeda.

"Aawwww"

Zilia meringis sedikit sakit pada lutut dan sikutnya karena menopang badannya saat jatuh. Zilia melihat orang yang menabrak, seorang lelaki tampan sedikit tua darinya tampak kesusahan menyingkirkan sepeda yang menimpa kakinya. Zilia bergegas bangkit ingin membantu pria malang itu

"Saya bantu"
Zilia mengulurkan tangan dihadapan pria tersebut.

Pria itu memandang zilia
"Dia sendiri terluka, tidak marah karna ku tabrak, malah ingin menolong ku"

Pria itu melihat zilia, takjub akan sikap yang jarang dilihat pada diri orang yang mendekatinya selama ini.

Ya pria tinggi, tegap, dan berwajah Eropa itu adalah Zaidan Harka. Harka adalah pria blasteran berumur 32 tahun, biasanya wanita mendekatinya karna ingin mencari perhatian. tapi awal pertemuan dengan wanita di hadapannya ini berbeda, dari sorot mata terlihat bahwa gadis ini tulus meski wajahnya seperti batu (kaku).

Zilia sedikit mengerutkan kening, melihat kearah tanganya yang juga tak di sambut oleh pria tampan itu.

"Apa dia juga melihat ku seperti orang sekitar melihat ku? Apa dia juga takut aku bantu? Apa semua orang di muka bumi ini sudah melihat ku seperti itu?".

Harka sudah mengangkat tanganya ingin menerima uluran tangan zilia, namun gadis itu sudah terlebih dulu menarik tangannya kembali.

Dilihat oleh Harka, gadis itu mengepalkan tanganya dan menyembunyikan di saku celananya.

Harka tertegun, kemudian dia melihat wajah zilia. Ya, zilia bertambah dingin wajahnya di banding yang tadi.

"Maaf" ucap zilia.

"Saya yang harus minta ma....."

Belum selesai harka menyelesaikan ucapan nya, gadis itu malah pergi.

"Gadis yang menarik"

Harka mengeluarkan senyum devil sambil melihat punggung zilia yang semakin berlalu menjauh.

" Tuan muda! Apa yang terjadi? Apa ada yang mengganggu tuan muda?"

Ucap Hans sembari membungkuk membatu harka bangkit.

" Tidak ada yang berani mengganggu ku Hans, sepertinya sebentar lagi aku lah yang akan mengganggu seseorang". Seringai Harka sembari melihat zilia yang sudah menghilang

"Apa tuan muda menemukan orang nya?". Hans bertanya curiga.

"Kita lihat saja nanti" harka melihat Hans dan berjalan menjauh darinya, sepanjang harka berjalan, disitu ada teriakan gadis gadis yang mendambakan pria itu.

Hans mengikuti harka hingga masuk ke dalam sebuah mobil paling mewah di antara yang termewah.

Hans merupakan asisten harka, pria berumur 30 tahun itu sama halnya dengan harka, tampan dan rupawan. Dia sudah mengabdikan dirinya untuk harka, menjaganya bahkan sampai pada akhirnya ia juga akan menjaga sesuatu hal yang selama ini di cari harka.

"""""

Zilia berjalan sedikit tergesa, ia masih menyembunyikan tanganya di saku. Tatapan nya lurus kedepan, dengan wajah yang tak berekspresi.

" Aku ingin segera sampai rumah"

Sepanjang ia jalan pulang, sepanjang itu juga mulut dari para ibu ibu ia dengar tentang dirinya

"
Heehh jengg... Lihat itu wanita ga bener...

Awas nak nanti kamu sial kalau dekat dekat si sial ini...

Wahhh wanita ga bener sudah pulang, dapet berapa orderan neng?

Hahaha.... Hahhahaha ... Hahha....

Sepanjang itu juga zilia tetap bertahan dengan ekspresinya dan beranggap bahwa suara suara itu tidak pernah ada.

Zilia mengatupkan giginya sekuat mungkin untuk mempertahan kan raut wajahnya.

Zilia merogoh tas kecilnya, mencari kunci rumah. Saat pintu terbuka ia segera masuk dan menutup kembali pintunya.

Ia bersandar di pintu, meletakan kepalanya di pintu sambil memejamkan matanya.

"Huff... Hari yang melelahkan bertambah melelahkan" ucapnya sambil memejamkan mata.

Zilia berjalan menaruh tas di kursi kayu yang sudah terlihat tua dan berlalu ke kamar mandi.

Ya seperti itulah yang dilalui zilia dari hari ke hari. cemoohan, pandangan hina, bahkan Bulian. Ia bosan melawan, bosan membela diri karna tidak ada satupun yang membantunya. Hanya ada dirinya sendiri yang membantunya. Tak ada siapapun yang bisa dia andalkan untuk mendengarkan keluh kesahnya, apa lagi membelanya.

Hanya Ingin HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang