🩵11🩵

6.1K 343 29
                                    

Mengerti situasi dan kondisi orang patah hati tak akan mau mengerti dan hanya mau dimengerti membuat Rony membiarkan Salma berjalan ditengah derasnya guyuran hujan.

Rony bukanlah raja tega yang meninggalkan seorang wanita berjalan sendirian. Tanpa Salma tau sejak tadi Rony sedang mengikutinya sembari menuntun motornya agar Salma tak tau jika Rony mengikutinya.

Hujan masih begitu deras, hawa dingin begitu terasa di kulit Rony. Salma tampak berhenti dan meneduh disebuah halte, hal itu membuat Rony memilih meneduh di warung kopi yang tau jauh dari tempat Salma meneduh.

"Pak,kopinya satu ya." Pinta Rony pada pemilik warung

"Siap Mas, duduk dalam sini enggak papa Mas." Ujar Bapak pemilik warung

"Sini aja enggak papa Pak, saya basah kuyup soalnya." Ujar Rony

"Enggak papa atuh Mas meskipun basah, sini duduk didalam biar enggak terlalu dingin." Ujar Bapak pemilik warung

"Disini aja Pak makasih." Ujar Rony sembari pandangannya tak luput dari memperhatikan Salma yang membuat pemilik warung tersenyum seolah paham.

"Lagi berantem sama pacarnya Mas?" Tanya pemilik warung kopi sembari meletakkan kopi pesenan Rony di meja.

Mendengar pertanyaan pemilik warung kopi membuat Rony hanya mengulas senyum karena sejujurnya ia pun bingung harus menjawab apa.

"Kalau lagi marahan biarin aja dulu Mas, perempuan kalau lagi marah cuman butuh waktu sendiri untuk mencerna apa yang terjadi, jadi biarin aja jangan disamperin nanti juga baik sendiri." Tutur Bapak pemilik warung

"Makasih Pak sarannya." Ujar Rony

"Iya mas sama-sama silahkan dinikmati kopinya."

"Makasih Pak."

Menyeruput segelas kopi sembari pandangan tak henti melihat Salma nyatanya berhasil membuat tubuh Rony sedikit hangat. Entah mengapa Rony begitu tak tega melihat Salma menangis tersedu-sedu.

Ingin sekali Rony pergi kesana sekarang untuk kembali menenangkannya. Tapi tampaknya Salma masih butuh waktu untuk menenangkan dirinya sendiri, Rony tak tau sedalam apa Salma mencintai Diman tapi yang Rony yakini Salma tulus mencintai Diman, itulah yang membuatnya begitu terluka saat ini.

Waktu terus berlalu, hujan tak kunjung reda dan Salma masih terdiam sendiri disana, begitu pun dengan Rony yang masih tetap memantau Salma dari sebuah warung itu.

Hingga getaran ponsel Rony terasa membuatnya buru-buru membuka plastik yang membungkus ponselnya.

1 pesan masuk "Nabila"

"Kak Rony, dimana? Salma masih sama Kak Rony? Atau udah pulang? Dari tadi aku cariin dia enggak ada jawaban Kak, aku khawatir banget sama dia, mana udah jam 03.00 pagi."

"Dia masih sama gue kok, dia aman sama gue, jangan khawatir Nab." Balas Rony

Seusai membalas pesan dari Nabila, Rony kembali membungkus ponselnya dengan plastik untuk berjaga-jaga jika Salma tiba-tiba melakukan pergerakan kembali.

Melihat jam telah menunjukkan pukul 03.00 pagi membuat Rony tak dapat lagi hanya terdiam dan bersabar dengan hanya memantau Salma dari kejauhan. Hujan sudah sedikit mereda membuat Rony harus bergerak mengantarkan Salma.

"Enggak bisa kayak gini, saat ini juga tuh anak harus pulang." Tegas Rony lalu beranjak berdiri.

"Pak, ini ya uang kopinya, makasih banyak sudah dibolehkan meneduh cukup lama." Ujar Rony sembari membayar kopi yang ia minum.

ANANTARA  (SEGERA TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang