-sebuah kejutan-
Terima kasih Tuhan, Wira seperti sudah menemukan belahan jiwanya. Ia merasa lengkap.
Jam menujukkan 8 malam, setelah perjalanan dari kencannya, mereka berhenti untuk mengisi perut yang sudah meminta dipenuhi. Tapi sang kekasih hanya ingin makan makanan cepat saji, jadilah Wira mengarahkan mobilnya, si putih ke Mekdi yang dekat dengan kost sang kekasih.
Saat menunggu makanan datang, Galuh berpamitan untuk ke toilet. Wira hanya mengangguk meng-iyakan.
Tidak lama setelah itu, ponsel Galuh yang berada di atas meja berdering. Wira yang menunggu Galuh tak kunjung selesai akhirnya mencoba melihat siapa yang menelpon. Tertulis nama “Zravasya” di sana, ia memutuskan mengangkatnya.
“Halo, sayang kamu di mana? Aku di cafe Kohi nih, aku ke kostmu ya? mau nginep kan besok kamu ulang tahun.” Kata sang penelpon yang sangat panjang sampai Wira sangat bingung dengan apa yang didengarnya. Matanya memicing keheranan.
“Halo, sayang? Kok diem sih? Galuh?” Deg, saat itu barulah ia tersadar, bulu kuduknya meremang mendengar nama Galuh-nya dipanggil sayang oleh lelaki yang ada dibalik telpon.
Wira masih terdiam untuk menunggu kalimat selanjutnya, “Galuh kamu kenapa sih? Halo, sayang jadi boleh gak aku nginep? Aku kangen.” Kala itu tubuh Wira bergetar, lemas kebingungan, ini ada apa sebenarnya. Siapa Zravasya yang memanggil sayang?
Tiba-tiba ia disadarkan dengan tepukan Galuh di bahunya. Galuh yang mengerti keanehan sikap Wira akhirnya merebut ponselnya dan benar saja ketakutan yang sudah ia bayangkan, Zravasya menelponnya disaat yang sangat tidak tepat.
Raut wajah Wira yang selalu hangat dan tersenyum saat melihat kekasihnya saat ini sangat datar, bibirnya diam tidak mengatakan sepatah katapun. Tiba-tiba saja ia berdiri dan pergi berjalan keluar padahal makanannya baru saja tiba. Ia tak peduli, hatinya takut membayangkan segala kemungkinan yang ada.
Di dalam mobilnya, ia terduduk diam, Galuh di sampingnya pun ikut terdiam dan kepalanya menunduk takut. Ia menyalakan mesin mobilnya dan memilih pulang ke kost Galuh.
Sepanjang jalan, mereka hanya terdiam, tidak ada sepatah katapun keluar. Sama-sama fokus pada jalan di depannya, tidak dengan otak mereka yang sangat ribut, yang satu ingin sebuah penjelasan dan satunya bingung bagaimana menjelaskan.
.
.
.-kisah yang harus diakhiri-
Sampai di depan kost, mereka masih saja betah berdiam diri di dalam mobil. AC mobil sudah bekerja semaksimal mungkin untuk mendinginkan badan mereka, namun tidak dengan kepala dan hati Wira pun sekujur badan Galuh.
Sebelum mereka turun Wira berbicara, “jelaskan!” dengan nada yang meninggi.
Galuh sangat terkejut mendengarnya, ia takut karena itu petama kalinya Wira meninggikan suaranya ketika berbicara. Air mata yang sejak tadi dibendungnya lolos begitu saja, namun jangankan memeluknya, menghentikan tangisnya, melirik ke arahnya saja Wira nampaknya tidak sudi.
.
.
.
Saat ini Wira terduduk di dalam mobilnya, setelah mendengar cerita yang sebenarnya dari sang kekasih, ralat 'mantan kekasih' Wira memutuskan untuk pulang, tak jadi menginap, tak ada rencana kencan lagi, tak ada rencana menuruti kekasihnya seharian, semua omong kosong.Wira tidak kembali ke rumahnya, ia memilih menepi dipinggir jalan yang masih dekat dengan kost Galuh, diparkirkan mobilnya lalu menangis di temani si putih dalam setiap isakkannya.
Sejak cerita yang disampaikan Galuh, ia seperti merasakan sayatan pisau mencoba merobek hatinya dengan pelan. Ia ingin berteriak, menangis dan menghentikan semua dongeng yang tak dipercaya.
Wira mengetahui bahwa baru saja ia menghirup bau busuk bangkai yang sengaja disembunyikan dengan aman, rapi tertutup dengan semerbak cinta yang diberikan mantan kekasihnya.
Kebenaran bahwa kekasihnya diam-diam menduakannya dengan sang penelpon tadi, Zravasya namanya, gitaris salah satu band yang mengisi suara di cafe langganan kekasihnya. Mereka sudah menjalani hubungan selama tiga bulan lamanya, tanpa pernah Wira curiga.
Lalu selama apa mereka dekat sebelum berpacaran?
Selama apa mereka menyembunyikan bau busuk ini?Wira sangat emosi, merasa dibohongi. Tadi setelah cerita kekasihnya selesai, ia mengusirnya keluar dari mobil, ia meminta putus. Tak sedikitpun ia mengasihi keadaan Galuh yang tampak berantakan.
Ia sangat kecewa, sangat marah, sangat sedih, sangat hancur.
Karena terbawa emosi, akhirnya memilih menghubungi kedua sahabatnya untuk menanyakan ada yang tau Zravasya tidak, ternyata Abi mengetahuinya. Karena Abi tahu, pemilik cafe tersebut tidak lain adalah Zravasya sendiri.
Lalu Abi, Bima, dan Wira bertemu diparkiran cafe Kohi. Wira menceritakan semuanya, dengan keadaan yang masih emosi, sekarang ia ingin menemui Zravasya dan menghajarnya. Tapi sahabatnya melarang ia untuk membuat keributan.
Setelah dibujuk oleh sahabatnya, entah bagaimana Wira pun meng-iyakan usulan Abi untuk hanya melihat wajahnya saja, lalu mereka pulang agar Wira bisa segera mandi dan tidur saja untuk meredakan emosinya.
Ia sungguh tak menyangka, wanita yang dicintainya bisa menduakannya, apa yang kurang dari Wira?
Hari yang direncanakan untuk menghabiskan waktu bersama kekasihnya dan merayakan ulang tahunnya, malah menjadi hari berakhirnya hubungan mereka.
Galuhnya, sudah tidak lagi miliknya.
[FLASHBACK OFF]
KAMU SEDANG MEMBACA
SWATAMITA [OFFGUN]
Fanfic(Off-Gun) // BxB // Tamat Dipertemukan dalam sebuah kejadian yang menyakitkan, hati yang dipaksa utuh, Hema dan Wira mencoba membuka lembaran kisah baru. //Saat kita sedang berdua menunggu Swatamita. Aku menatapmu memuja, indah, kamu selalu indah, b...