TIGA BELAS | Fakta yang Terkuak
"Dari sekian banyak cara untuk menyakitiku, mengapa kamu memilih penghiatan?"
🌸🌸🌸
"Gila Nay, cantik-cantik banget bajunya!" Ivana benar-benar kagum melihat berbagai baju rancangan Kanaya yang tergantung rapi di setiap rak butik. Bibirnya tak bisa berhenti untuk mengucap, "Lucu banget, Nay. Mbak bingung mau pilih yang mana."
Kanaya tersenyum, "Ya udah Mbak, ambil aja semua model satu-satu."
"Ih, bisa bangkrut dong kamu! Nggak mau ya, pokoknya yang aku ambil bakal aku bayar."
"Kalo gitu Mbak ambil dua, satu aku kasih, satunya baru bayar."
Duh, kelewat baik sekali adik ipar Ivana ini. "Untung ya kita jauhan tinggalnya, bisa Mbak rampok beneran kamu tiap hari."
Akhirnya Ivana membawa dua dress yang dia suka. Lalu Kanaya mengajaknya untuk minum teh di ruang kerjanya. Mereka banyak mengobrol. Ivana akan pulang ke Bandung sebentar lagi, karena suaminya masih menemui teman lamanya di Jakarta.
"Mbak juga jadi pengen buka usaha kayak kamu Nay, pasti enak ya sekarang punya kesibukan. Bosen banget emang ngurus anak dan suami terus di rumah."
Kanaya membalas kalimat Ivana itu dengan senyum tipis. Kakak iparnya tidak tahu alasan sebenarnya Kanaya membuka usaha. Jika saja rumah tangganya tetap baik-baik saja dan dirinya tidak akan bercerai dalam waktu dekat, Kanaya juga lebih memilih menjadi ibu rumah tangga dan menyaksikan tumbuh kembang anaknya. Sehingga tidak banyak waktu berharga yang dia buang demi menghasilkan uang.
"Iya gitu deh, Mbak."
Percakapan itu terhenti karena tiba-tiba ponsel Kanaya berdering. Ada telepon masuk dari Jevano. Wanita itu agak heran.
"Iya Mas?" sebenarnya Kanaya tidak ingin memanggil suaminya dengan nada selembut itu. Tapi di depannya sekarang ada Ivana, jadi Kanaya harus bersandiwara dengan baik.
"Mbak Ivana ada di butik kamu?"
"Iya, masih ada di sini. Kenapa?"
"Suruh tunggu, aku mau ke sana bawa oleh-oleh buat dia."
Setengah jam kemudian mobil Jevano tiba di butik Kanaya. Dia datang dengan kedua tangan yang masing-masing menenteng papar bag. Lalu melabuhkan kecupan di pelipis Kanaya yang wanita itu balas dengan senyum kaku.
"Belum makan siang kan? Aku bawain sushi favorit kamu."
Kanaya pikir Jevano hanya berniat membawakan sesuatu untuk kakaknya, tanpa berekspetasi bahwa pria itu ternyata juga membelikan makan siang untuknya.
"Duh, manis banget kayak pengantin baru aja," ledek Ivana.
Jevano duduk di depan kakaknya, meneyerahkan bingkisan yang dia bawa berupa macaroon kesukaan keponakan Jevano. "Ya manis lah, emang kayak suami lo yang sibuk kerja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
After October
RomancePernikahan Kanaya dan Jevano berada di ujung tanduk. Perpisahan siap menyambut keduanya. Bagai gedung tua yang sudah lapuk, dinding-dinding kepercayaan di antara mereka telah terkikis perlahan. *** Sepuluh tahun pernikahan membawa Jevano pada titik...