1. Ini Aku

28 3 0
                                    

Hello everyone, before reading my work, don't forget to follow my account first, don't forget to leave votes and comments after reading

📖Happy reading📖
💐
*
*
*
*
*
*

Namaku Nayara Revalina Putri, usiaku 18 tahun bulan November lalu, sedikit akan ku ceritakan tentang diriku, aku lahir di Bali, tepatnya di Kabupaten Karangasem, aku lahir pada tanggal 21 November 2001. Ayahku adalah seorang TNI angkatan udara, dan seperti yang sudah banyak orang lain ketahui tentang seorang TNI, mereka akan berpindah-pindah tempat penugasan, kan? Dan, ayahku pun sama seperti itu, tepatnya pada tahun 2016 ayah di pindah tugaskan ke daerah lain, lebih tepatnya ke pulau Jawa, dimana ayahku di tempatkan di Provinsi Jawabarat Kabupaten Bandung, dan mau tidak mau, dia memboyong keluarganya pindah ke Bandung.

Itu baru tentang ayahku, lalu bagai mana dengan ibuku. Akan ku ceritakan tentang ibuku juga, dulunya ibuku adalah seorang guru di sekolah menengah akhir yang ada di Bali, namun Tuhan mungkin sayang pada ibuku hingga dia membawanya terlebih dulu ke sampingnya, pada tahun 2009 di tanggal 17 Desember ibuku meninggal dunia. Saat ibuku meninggal, usiaku masih 8 tahun, sedangkan Kakak ku yang pertama sudah berumur 19 tahun dan yang satu lagi 17 tahun. Pada masa itu, aku tidak mengetahui apapun, sampai Kak Ia, Kakak keduaku, berkata padaku, "De, Ibu udah pergi, dibawa sama Tuhan, Ade jangan nyarii Ibu terus yah, ada Kakak sama Kak Nono kok buat Ade. "Dan sejak saat itu, aku tak pernah menanyakan tentang ibu lagi.

Semakin usiaku bertambah, pikiran ku juga semakin mulai dewasa. Aku bukan Nana kecil lagi yang akan senang hanya karena Ayah membelikanku set masak-masak baru, atau tidak mungkin sebuah mobil-mobilan. Sekarang aku sudah mengerti banyak hal dan aku juga mulai mencari tahu tentang sekitarku, aku tidak akan hanya pokus memodip sepedahku, si Ganteng namanya, sepedah roda 3 yang diberikan Kak Nono di hari ulangtahunku yang ke 10 tahun. Tetapi sekarang aku mulai terpokus pada pelajaran di sekolah, namun tak selalu soal pelajaran, kadang-kadang aku juga akan menyela sejenak, seperti mencari, pacar? Atau seperti itulah. Aku masih ingat, pertama kali masuk SMP saja aku sudah punya 2 mantan, luar biasa bukan?

Pacaran, hal yang mudah buat di lakukan, untukku. Namun tak ada satupun orang yang berhasil membuatku jatuh terlalu dalam. Hanya sekedar tertarik karena ketampanannya, kebaikannya, atau bagaimana dia memperlakukan orang lain, hanya itu saja. Dan lagipula, aku hanya menganggapnya sebagai sebuah permainan, selingan saja supaya aku tidak terlalu jenuh dengan pelajaran. Begitu awalan ku berpikir soal cinta, sampai pada awal SMA aku benar-benar tertarik dengan seseorang.

Sabirru Mahardika Putra. Dia bukan murid yang terkenal di sekolah, bukan juga ketua OSIS atau Kapten tim basket. Dia hanya seorang laki-laki biasa yang tidak suka pelajaran Matematika dan pelajaran Sejarah, tapi entah kenapa dia bisa membuatku tertarik hanya dengan senyumannya saja. Toleran, itulah ciri utama dari Sabirru, bagaimana perilaku baiknya pada semua orang membuatku kagum, selalu ceria dan menjadi pencair suasana di kelas. Awalnya tidak ada yang salah dengan pandanganku terhadap Sabirru, sampai mataku menangkap kalung dengan tanda salib yang terpasang di lehernya.

Bagiku, mencintai seseorang itu seperti permainan jungkat-jungkit, terkadang kita ada di bawah tapi tak menutup kemungkinan kita akan kembali ada di atas. Saat di atas, semua terasa indah dan terasa tidak begitu nyata, namun saat kita sedang dalam fase terlena dengan keadaan itu, tiba-tiba kita di jatuhkan lagi ke bawah dengan keras. Hanya akan ada rasa sakit di hati kita. Setinggi apapun kita di bawa terbang ke udara, pada akhirnya juga kita akan kembali di jatuhkan ke dasar.

Ketidak mungkinkan itulah yang akan memisahkan ku dengan Sabirru. Setiap satu hari dalam seminggu di hidupnya, dia akan pergi ke gereja. Sedangkan di setiap lima waktu di hidupku aku gunakan untuk bersujud kepada Allah. Di jatuhkan oleh sebuah kenyataan itu memang sesakit itu. Secinta apapun kita kepada-nya, jangan pernah mengambil dia dari Tuhannya.

Jika kita terus menjalaninya, itu sangat salah. Tapi, disaat kita berhenti, ini tak semudah membalik telapak tangan. Apakah berhenti adalah hal terbaik yang harus sama-sama kita jalani? Tetapi, dia milikku, haruskan aku merelakan apa yang menjadi milikku?

TBC

He Is Mine (Beomgyu) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang