Part 12

5.4K 323 20
                                    

Perlahan,prilly bangun dari pingsan. Dia mencium bau obat-obatan yang menusuk hidungnya.
"Mengapa semua serba putih?"pikir prilly yang belum sadar sepenuhnya. Ia menatap sekeliling dan menyadari dirinya sedang berada di rumah sakit. Ibunya kini disebelahnya,terisak-isak.
"Ma?"tanya prilly pelan. tetapi anehnya mamanya tidak mendengarkannya, masih saja menangis. ia bangkit dari tidurnya, dan kaget, ketika melihat dirinya yang lain masih tertidur tenang. Ia melihat seseorang berjas putih datang menghampiri.
"Ia koma"kata dokter itu kepada mama yang makin menangis saja. Prilly terlojak mendengarnya. Dia tidak percaya, dia koma. Mama makin menangis.
Prilly ingin sekali berkata kepada mama kalau ia baik-baik saja. Tapi tak bisa. Mulutnya seperti tertutup, tak bisa terbuka. Prilly hanya diam didalam tangisannya. Dia tak percaya, dia bisa koma.

Jam sudah menunjukan pukul 12 malam, dan tamu-tamu belum juga pulang. mata Ali memerah karena kantuk yang mulai menyerangnya. Benar saja perkataan ibunya. Prilly belum juga datang ke pestanya, padahal dia sudah berjanji. Ali merasa kesal kepada gadis itu. Kalau ia berhalangan, mengapa tidak meng sms atau meneleponnya? Apakah dia tidak penting dimata gadis itu? Padahal, ali sudah merasakan nyaman yang luar biasa ketika berada di dekatnya, dia merasa seperti berteman sangaylah dekat dengannya, walaupun dia lupa. dia juga lupa rupa sahabat kecilnya itu.Tapi nama sahabat kecilnya itu masih tergiang di kepalanya,prilly. Nama yang sama dengan gadis itu. sungguh membingungkan.
Puk! Ali merasa ada yang menepuk pundaknya. Dia menoleh kebelakang dan mendapati ibunya sedang tersenyum manis, tapi ada kesedihan di wajahnya.
"Mama?"seru ali pelan, sedikit kaget.
Mama menghembuskan nafas pelan, lalu memeluk ali erat.
"Ali, kamu sekarang sudah menjadi pria dewasa ya. Andai ayahmu dapat melihatnya."kata mama. Air mata mama berjatuhan ke pipinya dan sedikit berkeriput karena faktor usia. Ali balas memeluk ibunya. "Lihat, bahkan kamu lebih tinggi daripada mama"kata mama, lalu tertawa pelan. Ali balas tertawa.
"Ali,mama sebenarnya tak ingin berkata ini,tapi..ini demi kebaikanmu dan janji kita kepada ayahmu."kata mama. "Kita harus segera menjodohkan kamu dengan seorang gadis. Dan sepertinya mama sudah mempunyai pilihan. Dia juga sahabat kecilmu, dan dia cantik."kata mama.
"Siapa?"tanya ali bingung. Sebenarnya dia belum siap jika dijodohkan, tapi demi almarhum ayah dan kemauan mama, ali ingin memenuhinya.
Mama memutar balikkan badan ali dan menunjuk seorang gadis.
"Maksud mama....nicole?"kata ali kaget. Dia tak sekalipun mempunyai rasa suka kepada gadis itu, dan ini akan terasa susah.
"Ya."jawab mama. "Mama melihat kalian saling mengobrol tadi, jadi.."
"Tapi ma, aku sama sekali tidak mempunyai rasa dengannya!"
"Mama tau nak,tapi tolong lakukanlah. Ayahmu juga ingin kamu menikah dengan orang yang kamu kenal dari kecil."
"Maksud ayah bukannya.."perkataan ali terpotong.bayang-bayang gadis berambut coklat itu menari-nari di benaknya.
"Prilly maksudmu? Kamu tau kalau dia mempunyai penyakit? Dia divonis dokter tidak dapat hidup lama, alias dia akan meninggal pada umur ke 12 tahun. Tidak mungkin dia masih hidup."kata mama pelan. "Sebenarnya, mama juga ingin menjodohkanmu dengan prilly. Tapi yaah.."mama memegang tangan ali.
Ali terdiam sejenak. Tanpa disadarinya, air matanya keluar. "Tapi kenapa harus Nicole?"kata ali heran sambil mengusap air matanya.
Mama menunduk.
"Mama, mama hanya ingin membahagiakan ayah. Itu saja"kata mama.
"Tapi bukan dengan cara yang seperti ini!"kata ali dengan nada pelan, tapi ketus, lalu meninggalkan mamanya sendirian. Tak disadari mereka, sekelebat bayangan itu mendengar mereka, dan terkikik pelan. "Rencana pertamaku berhasil"katanya, lalu mengilang.

"Dokter, kenapa dia bisa koma? Inikan hanya tabrakan kecil dan pasti bisa diatasi!"kata papa. Sedangkan mama hanya bisa menangis.
"Maaf pak ,bu. ini memang hanya tabrakan kecil, tapi tabrakan ini... Maaf."dokter itu menghembuskan nafasnya. "Putri anda, mempunyai kanker otak bukan?dan kepalanya membentur supir itu dan parahnya, kepalanya berdarah."
"Tapi kanker otak itu sudah lama sembuh dokter! Kami sudah mengobatinya di Singapur saat usianya 10 tahun"kata papa lengkap. Diam-diam, prilly menyimak perkataan papanya.
"Saya juga tidak tahu. Mungkin karena prilly sudah dewasa, jadi obatnya sudah tidak berfungsi lagi, alias itu belum sembuh benar."kata dokter. "Saya usahakan yang terbaik untuk putri anda."kata dokter itu sambil tersenyum.
"Baiklah.terima kasih dok"kata papa. Lalu mama dan papa keluar dari ruangan. Air mata prilly keluar lagi. Dicengkramnya tembok itu kuat-kuat. Dia tak percaya, penyakit itu datang kembali.
Prilly menengok ke tempat tidurnya, dimana badannya tergeletak lemas tak berdaya.
Kreekk! Terdengar pintu terbuka.
"Siapa yang masuk?"tanya prilly pelan. Dua gadis muncul dari pintu.
"Mila! Gritte!"teriak Prilly senang. Tapi kedua gadis itu tak mendengarnya, tak apa, yang penting dirinya senang bertemu dengan mereka lagi. Kedua gadis itu tidak ceria, mereka menangis melihat keadaan prilly.
"Gue harus sembuh! Gue harus!"tekad prilly. Sambil tersenyum.

Meet'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang