Usai dengan masalah perutnya, Nathalia memutuskan untuk kembali ke Asrama. Kamar bukanlah tujuannya sekarang. Nathalia memilih untuk memandang keseluruhan Andara dari atas balkon lantai 3. Matanya sibuk memindai, bibirnya tersenyum begitu melihat sosok Nathaniel dari jarak jauh seperti ini.
Bukan hanya itu, Nathalia juga bisa melihat pepohonan rimbun di belakang Asrama putra di depannya. Pun dengan orang-orangnya, meskipun tak bisa dilihat dengan jelas.
“Kenapa nggak ikut kelas?”
Nathalia sontak menoleh begitu suara halus menyapa pendengarannya. Dahinya mengkerut dalam. Kemudian mengangguk saat mengingat siapa gadis yang menghampirinya sekarang.
Claudia Andara—anak pemilik sekolah sekaligus primadonanya Andara. Hem ... nggak salah sih, emang cantik. Kalem juga. Bagai langit bumi kalau disandingkan dengan Nathalia yang bar-barnya bikin ngelus dada.
Bukannya menjawab, Nathalia malah mengulurkan tangan. “Gue Nathalia,” ucapnya.
“Claudia,” balas Gadis di depannya, dengan senyuman menghiasi. Aduh, cantik banget lagi. Auto mleyot kalau cowok yang lihat ini mah.
Masih dengan senyuman, Claudia berkata lagi, “Kita sekamar, Al.”
Sedangkan Nathalia hanya membulatkan bibirnya sebagai tanda merespons.
“Jadi, kenapa nggak ikut kelas?” tanya Claudia, mengulangi.
“Males,” balas Nathalia, singkat. Yang membuat Claudia tertawa.
“Lo emang suka terus terang ya?” tanya Claudia, sedikit tak menyangka dengan jawaban ceplas-ceplos Nathalia.
Nathalia menatap Claudia dengan alis terangkat sebelah. “Gue nggak suka basa-basi.”
Jelas saja jawaban Nathalia membuat Claudia berdeham kikuk se-perkian detik. Gadis itu kemudian hanya merespons dengan senyum tanpa kata dengan tatapan yang tak lepas dari Nathalia yang kini kembali melihat ke bawah.
“Mau keliling Andara bareng gue?” tawar Claudia, yang direspons Nathalia dengan gelengan.
“Sorry, gue nggak minat. Gue ke Andara bukan kemauan gue, tapi karena bunda. Jadi, kalau bokap lo atau lo berharap gue betah di sini ... itu nggak akan terjadi,” ucap Nathalia, kemudian berbalik masuk.
“Maksud lo?” Claudia memandang punggung Nathalia tak mengerti. Dahinya dipenuhi lipatan. Sungguh, ia menghampiri Nathalia hanya untuk mendekatkan diri—berteman, atau kalau bisa bersahabat dengan gadis itu. Namun, ia tak menyangka kalau respons Nathalia akan seperti ini.
“Gue tau lo Anak Pemilik Sekolah,” ucap Nathalia, sengaja menekankan kalimatnya sebelum pergi meninggalkan Claudia sendiri di balkon. Ia hanya ingin merebahkan dirinya sekarang. Dan kamar adalah tujuan utamanya.
***
Sementara itu, di balik pohon besar belakang Asrama putra, Leon sesekali berseru begitu panggilan telepon tersambung. Leon mendesis geram pada seseorang di sana yang tak lain adalah Rangga, papanya.
“LEON NGGAK MAU!” Laki-laki itu praktis membentak Rangga karena emosi.
Di seberang sana Rangga masih dalam keadaan tenang, tak memedulikan sama sekali emosi putra semata wayangnya.
“Ada alasan kenapa Papa harus menuruti permintaan kamu?” tanya Rangga di seberang sana, yang mampu membuat Leon terdiam. “Kalau tidak, perjodohan ini akan tetap Papa lanjutkan!” imbuhnya, semakin membuat Leon meradang.
Oh, astaga.
“Paaa ...” Leon memprotes.
“Kamu tahu di luaran sana orang-orang men-judge kamu sebagai penyuka sesama jenis?” tanya Rangga, di seberang sana lagi. Pria satu anak itu mendesahkan napas pendek, merasa lelah dengan rumor-rumor yang beredar mengenai putranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLEO
Fiksi RemajaInsiden salah masuk kamar dalam sebuah asrama membuat Nathalia yang harusnya menemui kembarannya justru malah bertemu dengan Leon si cowok cool. -------------------- Dan dari pertemuan tak terduga mereka, Nathalia harus berurusan dengan Leon yang t...