⚜GGMGM 12⚜

7.5K 283 2
                                    

















Ke-esokan harinya...

Pukul 08:42 :

beberapa Santri putri dipanggil untuk menuju Aula paling atas. tak hanya Santri saja, akan tetapi ada juga beberapa pengurus yang dipanggil kesana. begitupun dengan Zahra.

mereka semua sudah pada berkumpul di Aula. mereka hanya tinggal menunggu kedatangan Gus Fachrul.

mereka semua saling kebingungan satu sama lain. mereka tak tau, kenapa Gus Fachrul, Ustadz Rofik, Ustadz Reza, Ustadz Zaki mengundang mereka, diwaktu yang bersamaan.

"ini, ada apa sih, kok kita dipanggil kesini?"

"tak kira sih hanya beberapa orang saja. ehh.. ternyata lumayan banyak juga ya"

"ini, kita disuruh kesini nggak bakalan dihukum kan?"

"dihukum? memangnya, kita semua melakukan kesalahan?"

"hey, gendut! ternyata lo dipanggil juga, kesini"

Zahra hanya menanggapinya dengan anggukan kecil.

beberapa menit, Gus Fachrul, Ustadz Reza, Ustadz Rofik, dan juga Ustadz Zaki memasuki ruang Aula. mereka datang secara bersama-sama, dengan dipimpin oleh Gus Fachrul yang berada paling depan.

"omaygatt.. itu, suami gw yang paling depan!"

"gila-gila. jodoh orang ganteng banget dah,"

"Gus Fachrul ganteng banget bjir lah"

"ganteng-ganteng semua. jadi makin bingung, mau pilih yang mana,"

"Aaaaa Gus Fachrul!"

"pagi-pagi gini, emang enaknya nyawang yang bening-bening"

"pengen tak bawa pulang deh, satu"

Gus Fachrul berdehem sejenak. "ekhem! apakah semuanya yang tadi sudah dipanggil, sudah pada datang kesini?"

"sepertinya, sudah semua Gus"

Gus Fachrul memandangi semua wajah perempuan yang sudah di kumpulkan di Aula. tiba-tiba tatapannya tertuju kepada Gadis yang berada dipaling pojok. ia mengangkat alisnya satu. Zahra? kenapa dia bisa ada disini? siapa yang memanggilnya? batinnya.

"kamu!" jari telunjuknya menunjuk ke arah Zahra.  "perasaan, saya tidak memanggilmu deh,"

Gus Fachrul menghadap belakang. "apa salah satu dari kalian yang memanggilnya?" tanyanya penuh keseriusan pada Ustadz Reza, Ustadz Rofik, dan juga Ustadz Zaki.

Ustadz Reza menggeleng. "bukan ana Gus,"

Ustadz Rofik menggeleng. "bukan ana juga,"

tatapannya kini teralih kepada Ustadz Zaki.

Ustadz Zaki yang ditatap seperti itupun ia segera menggelengkan kepalanya. "ana juga bukan Gus"

"trus, siapa?"

suara langkah kaki menghampiri mereka semua. "abi. abi yang memanggilnya" suara laki-laki paruh baya yang tak lain adalah Kyai Sholeh. abinya Gus Fachrul.

"abi nggak salah manggil kan? itu kan, perempuan yang kamu sukai?"

pipi Zahra rasanya memanas, ketika mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Kyai Shaleh. semua perempuan memandang Zahra dan juga Gus Fachrul bingung.

tanpa disadari ternyata Ustadz Reza, Ustadz Rofik, dan juga Ustadz Zaki menahan tawanya. rasanya, Gus Fachrul ingin menghilang. kenapa sih, abinya harus berkata se-jujur itu didepan banyak orang? kan, dirinya jadi malu.. "bii.. abi kok ngomong gitu? mereka semua jadi tau kan.." cicitnya

GADIS GENDUT MILIK GUS MUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang