O1 : Diorella Balter

466 22 6
                                    

Berkomentarlah dengan bijak! 

Dilarang menyebut nama asli tokoh di ranah Second Life!

***

"Kau adalah milikku. Tidak ada satupun yang boleh menyentuh bahkan memandangmu selain aku. Diorella Balter, your mine."

Srak!

Dengan nafas yang memburu, wanita bernama Diorella Balter terbangun dari tidurnya karena mimpi buruk yang baru saja dirinya alami. Kepalanya menjadi sakit saat dia memaksakan diri untuk duduk tanpa aba-aba. Penglihatannya yang memburam secara perlahan mulai kembali normal diikuti sakit di kepala yang menghilang.

Matanya melirik jam digital di meja nakasnya. Jam menunjukkan pukul setengah enam pagi, ini masih terlalu pagi untuk dirinya bangun ditambah semalam Dior harus lembur kerja hingga larut malam. Dior hanya bisa menghela nafas karena tidak mungkin dirinya kembali melanjutkan tidurnya.

"Mimpi buruk sialan!"

Umpatan kasar secara spontan keluar dari mulut Dior sebagai bentuk pelampiasan kekesalannya. Tidak ingin berlarut dalam amarah, Dior memilih beranjak dari tempat tidurnya seraya tangannya bertepuk tiga kali.

Prok! Prok! Prok!

Tirai tinggi yang menutupi dinding kamarnya seketika bergerak menyamping dengan sendirinya. Saat tirai terbuka lebar, cahaya matahari menerangi seluruh penjuru kama dan pemandangan pagi hari kota London terlihat begitu indah di balik dinding kaca kamarnya. Pemandangan indah dan cahaya matahari yang menghangatkan tubuhnya membuat kekesalan Dior sedikit berkurang. Dengan peregangan tipis-tipis, Dior mulai merasa rileks dan membuat dirinya tersenyum untuk pertama kali di pagi hari ini.

"Sepertinya segelas susu dan bersantai di balkon tidak buruk untuk sekarang."

Dior melangkahkan kakinya keluar dari kamar dan menuju dapur untuk mengambil segelas susu favoritnya sebelum pergi ke balkon. Seraya bersenandung kecil, Dior menuangkan susu ke gelas lalu kembali berjalan ke tujuan utamanya.

Dior berdiri dan bersandar di railing balkon dengan segelas susu di tangannya. Pemandangan dari balkon tempat tinggalnya ini memang tidak pernah gagal dan menjadikannya spot favorit sebab sering dipakai oleh Dior saat dirinya sedang banyak pikiran dan butuh ketenangan.

Saat di balkon, pikirannya sering berlari kemana-mana seperti saat ini dirinya kembali teringat dengan mimpi yang ia dapat tadi pagi. Ucapan terakhir yang membuat Dior terbangun dan mengingatkannya dengan seorang pria yang harus Dior hindari.

Bagi Dior mimpi itu bukanlah sekedar mimpi yang sekelebat lewat lalu menghilang. Dari mimpi itu, Dior seolah-olah diingatkan kembali tentang kehidupannya terdahulu, seakan dirinya diperingatkan untuk jangan sampai melupakan tujuan dari hidupnya saat ini.

Apakah kalian pernah mendengar atau membaca tentang seseorang yang mendapat kesempatan hidup kembali ke masa lalu? Bukankah itu terdengar hanya sebuah fiksi yang dikarang oleh penulis? Awalnya Dior pun beranggapan seperti itu, namun kenyataanya malah dirinya sendiri yang mengalami peristiwa tidak masuk akal tersebut.

Semuanya bermula disaat dirinya masih menjadi mahasiswa akhir di Cambridge University. Dior merasa mengalami mimpi yang sangat panjang tentang kehidupannya yang menyedihkan atau bisa disebut mengenaskan? Saat terbangun pun Dior hanya beranggapan jika dirinya hanya bermimpi buruk. Namun mimpi itu terus berkelanjutan hingga tujuh hari lamanya, mimpi itu berakhir dengan kematian tragis keluarganya juga dirinya sendiri.

Dior yang mendapat mimpi yang tidak wajarpun pergi ke rumah sakit untuk konsultasi dengan psikolog disana. Dokter menduga jika dirinya hanya mengalami depresi ringan lalu memberinya resep obat. Dior pun pada awalnya setuju dengan pendapat dokter karena dirinya saat itu sedang dipusingkan dengan berbagai macam bentuk tugas akhir.

Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang