Apa yang membuatku merenung seharian ini. Padahal Radhia hanya mengatakan kecemasannya sebab memiliki rasa terhadap dia—yang namanya enggan aku sebutkan. Bagaimanapun dia hanya bagian dari masa laluku saja. Bukan untuk dibahas di kemudian hari, atau barangkali hanya sekedar untuk mengenangnya pun aku merasa tak perlu lagi.
Sambil memainkan ponsel di ruang tamu, aku sendiri tak tahu apa yang sedang aku perhatikan di layar itu. Hanya terus menggulir tanpa membacanya. Sebab cerita Radhia malah membuatku terngiang.
Tapi dia sukanya kamu, Aysha. Dia juga akan kembali mengejar mu meski kamu sudah menikah sekalipun. Itu semua dia lakukan karena katanya kamu sudah janji, yang boleh menikahinya hanya kamu saja.
"Brengsek!"
"Aysha?"
"Astaghfirullah."
Aku segera bangkit dari duduk begitu Reyhan keluar dari kamar menemui ku. Jangan-jangan dia mendengar saat aku mengumpat barusan.
"Kenapa kamu mengumpat?"
Benar dugaanku. Apa yang harus ku jelaskan? Kemudian aku menunduk melihat ponsel yang ada di genggaman tanganku. Ide muncul begitu saja, tapi aku harus berbohong pada suamiku.
"Barusan aku habis nonton drama Korea, Mas Rey," jawabku dengan senyum tipis.
"Hem, drama apa itu sampai kamu mengumpat gitu? Ayo tonton denganku," ujar Reyhan.
"Hahahaha." Aku tertawa sumbang. Sama sekali tidak lucu, sih, tapi tertawakan saja.
"Kok malah ketawa?" Reyhan memegang bahuku lalu mengajak aku duduk di sofa.
Aku pun duduk sambil menatap suamiku dengan senyum yang tidak memudar.
"Ayo kita tonton drama Korea yang bikin kamu sampai mengumpat begitu."Aku menggaruk tengkuk, sekarang mulai bingung harus menunjukkan drama yang mana. Karena aku sebenarnya sudah tidak pernah bersentuhan dengan hal-hal yang seperti itu lagi semenjak menikah dengan Reyhan.
"Hem, maaf Mas Rey. Aku sebenarnya gak lagi nonton drama," jawabku sambil menghela napas panjang.
Reyhan tersenyum. Ia lalu membelai tanganku dan menggenggamnya. "Ada apa? Mau cerita?"
Kenapa harus ditanya begitu, sih. Aku paling lemah kalau ditanya seperti itu. Yang ada semua isi hatiku akan kukeluarkan dengan segera. Tapi ini berbeda, menceritakannya mungkin akan membuat suasana jadi tidak nyaman.
"Gak ada kok, Mas. Maaf ya, aku tadi bohong sama kamu. Ini hanya sekedar teringat sesuatu yang menjengkelkan aja kok. Jadinya, aku kesel sampai kelepasan ngomong gitu."
"Oh rupanya begitu. Ya sudah tidak apa-apa," jawab Reyhan.
Saatnya mengalihkan pembicaraan agar Reyhan tak perlu membuatku kelepasan bercerita.
"Mas Rey kemarin nemuin kiyai?" tanyaku padanya. Sepulang dari pondok, Reyhan memang tak bercerita apa-apa. Aku tak bertanya karena kupikir dia masih lelah sebab malam hari baru pulang ke asrama.
"Abi mau pindah dari pesantren, Aysha."
"Pindah?"
"Iya, dia akan tinggal di rumah peninggalan orang tuanya."
"Lalu pesantren bagaimana, Mas?"
"Itulah, aku diamanatkan oleh umi untuk menjaga pesantren ini."
Bukankah itu tandanya aku tak bisa kemana-mana. Hanya bisa terus di sini, di pesantren bersamanya?
Pada awalnya aku memang tidak betah dan ingin meninggalkan tempat membosankan ini. Tapi sekarang aku merasa itu tidak menjadi masalah lagi. Aku suka, asalkan bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan Dengan Santri (Gus Reyhan)
RomanceFOLLOW DULU SEBELUM BACA Rate 18+ Rumaysha terpaksa harus menerima perjodohan dengan seorang pemuda bernama Reyhan. Gus dari pondok pesantren Al-Faaz. Rumaysha awalnya menolak, tapi ayahnya mengancam akan memasukkan dirinya ke pesantren jika menola...