(21+) Bagian 5

201K 2.4K 45
                                    

Happy Reading!

Plok

Plok

Plok

"Ahh tuann berhentii ahh"Desah Elia. Ia berusaha melepaskan diri namun tak pernah berhasil. Dan kini sudah satu minggu ia tinggal di sini dengan rutinitas harian yang selalu sama yaitu bercinta.

Dan permintaan untuk berhenti oleh Elia justru dibalas dengan tusukan kencang dari Revin. Ia menggeram dan memacu senjatanya secepat mungkin.

"Hh nikmat Eliaa.."Desah Revin tertahan lalu menunduk untuk mengambil ciumannya.

"Emmpphhh hahhh tuann emmpp"Elia yang berusaha menghindar justru memancing kebuasan dalam diri Revin. Ia segera menahan kepala Elia agar tidak bergerak hingga memudahkannya untuk mencium wanita itu.

Sedang di bawah sana, gerakan pinggul Revin makin menggila. Membuat tubuh Elia kelonjatan tak menentu.

Plok

Plok

Plok

"Ughhh"tubuh Elia gemetar. Kedua kakinya spontan melingkari pinggang tuan Revin. Dan kedua tangannya mengalung indah di leher tuan Revin.

Bukk bukk

"Tuann ahhh tolonggg ahh"Pinta Elia keras. Tubuhnya mengejang namun tusukan di bawah sana semakin menggila. Rasanya Elia ingin berteriak kencang untuk melampiaskan kefrustasiannya.

Revin mendesis saat punggungnya dicakar dan bahkan mungkin luka karena timbul sedikit rasa perih, namun yang menakjubkan adalah miliknya yang dijepit kuat di bawah sana. Rasanya sangat nikmat, Revin bahkan tak bisa mengendalikan tubuhnya lagi. Yang ia lakukan hanya menusuk dengan kencang dan dalam.

Plok

Plok

Plok

"Tuann sakittt ahhhh ahhhh"Desah Elia memohon.

Revin bangun dan menaikkan kedua kaki Elia dipundaknya kemudian menghentak cepat.

"Ahh tuannn tuannn"Jerit Elia keras. Kepalanya menoleh ke kiri dan ke kanan. Kedua tangannya meremas sprei dengan kuat dan air mata menetes dari kedua matanya.

"Tahaann!"titah Revin membuat Elia menggeleng.

"Tidakkk tahhaann ahh tuann___"

"Sial."Revin menggeram kesal karena Elia tiba-tiba saja menutup matanya.

Tapi tentu itu tak menghentikan kegiatan yang ia lakukan. Revin justru semakin leluasa menghentak hingga akhirnya kembali menyemburkan benihnya di rahim Elia.

"Ahhhhh"Revin mendesah panjang begitu mencapai pelepasannya. Karena Elia pingsan, Revin jadi tak segan menampilkan wajah penuh kenikmatan yang ia rasakan.

Seperti sebuah kebiasaan, Revin akan selalu membersihkan tubuh Elia setelah mereka bercinta lalu memakaikannya baju baru. Ya itu karena Elia jarang sekali masih sadar saat pelepasan terakhir Revin. Seperti malam ini dan malam-malam sebelumnya.

Di tempat lain, tepatnya sebuah kamar yang cukup mewah. Terlihat pasangan suami istri yang juga baru selesai bercinta.

"Sekali lagi!"pinta sang suami membuat sang istri segera menggeleng.

"Bagaimana mas masih bisa santai seperti ini. Revin tidak ada di sini dan Elia juga menghilang. Pak Hasyim bahkan tidak bisa tidur karena memikirkan putrinya dan mas malah masih memikirkan untuk menambah sesi bercinta."omel Mawar lalu berbaring membelakangi suaminya.

Revan hanya berbaring dan menatap lurus ke arah langit-langit kamar mereka. Ia beralasan bahwa Revin dikirim ke luar negeri untuk masalah pekerjaan. Dan Elia, ia juga sudah mengirim anak buahnya untuk melakukan pencarian.

Mawar kembali berbalik menatap suaminya setelah menunggu dan tidak mendengar sepatah katapun.

"Apa belum ada kabar tentang Elia? Ini sudah satu minggu loh mas."ucap Mawar cemas.

Revan mengangguk lalu menarik sang istri untuk masuk ke dalam pelukannya. "Mereka sedang mencari dan mas bahkan sudah libatkan polisi dalam pencarian. Sekarang yang bisa kita lakukan hanya menunggu."ucap Revan berbohong.

Mawar menghela napas."Elia adalah gadis yang baik. Siapa yang tega menculik dan berniat menyakitinya."ucap Mawar. Sebenarnya apa niat penculik, meminta tebusan? harusnya sudah ada kabar. Tapi ini malah seolah hilang ditelan bumi.

Revan hanya memejamkan matanya. Karena Revin yang tidak pernah datang ke kantor lagi, jadilah ia punya banyak pekerjaan. Jevin, anak keduanya hanya sibuk dengan toko-toko mainannya. Dan Lily, tidak mungkin ia paksa putri bungusnya itu untuk bekerja di perusahaan.

'Ck! Jika tahu akan begini. Harusnya aku membuat Mawar melahirkan sepuluh anak.' batin Revan menyesal.

***

Tepat jam sembilan pagi, Elia keluar dari kamar. Biasanya sarapannya akan diantar ke kamar, tapi pagi ini ia akan datang sendiri. Berusaha menyakinkan tuan Revin bahwa ia sudah tidak memberontak lagi. Syukur-syukur jika tuan Revin mau berbaik hati dan mengantar dirinya pulang jika ia bersikap baik.

Revin mengernyit namun tidak mengatakan apapun. Ia segera menarik kursi dan meminta Elia untuk duduk.

"Terima kasih."ucap Elia pelan dan Revin hanya tersenyum kecil.

"Pagi ini aku memasak nasi goreng dan telur. Tidak ada daging lagi di kulkas. Mungkin nanti aku akan pergi dan membelinya."ucap Revin dan menyajikan nasi goreng buatannya ke piring dan meletakkannya dihadapan Elia.

Elia mengambil sendok lalu mulai makan dengan tenang.

Revin tersenyum. Ini pagi pertama tanpa tangisan Elia dan rengekan wanita itu untuk pulang.

"Apa masih sakit?"tanya Revin membuat Elia mengangguk pelan.

"Baiklah. Setelah sarapan kembalilah ke kamar. Hari ini kau bisa istirahat seharian."ucap Revin lembut lalu menuang susu sedang Elia hanya diam. Tuan Revin terlihat berbeda saat bersikap lembut seperti ini.

"Aku akan ke kota, apa ada sesuatu yang kau perlukan?"tanya Revin setelah meletakkan segelas susu di depan Elia.

"Em.. Pembalut."cicit Elia pelan.

"Apa?"tanya Revin. Ia tak mendengarnya dengan jelas.

"Pem..pembalut, tuan. Saya memerlukan itu."ucap Elia pelan namun untungmya bisa didengar oleh Revin.

"Baiklah. Ada lagi?"

Elia menggeleng lalu meminum susunya. Wanita itu bahkan menghabiskan sarapannya tanpa dipaksa lebih dulu.

Revin hanya tersenyum puas. Elia yang penurut terlihat sangat menggemaskan dan manis.

Karena untuk pertama kalinya, Revin akan pergi ke kota. Ia terpaksa mengunci Elia di dalam kamar.

"Aku akan segera kembali."ucap Revin lalu melangkah pergi sedang Elia hanya diam. Ia akan membiarkan mobil tuan Revin berangkat dulu baru nanti mencari cara untuk kabur. Pasti ada cara dan Elia akan menemukannya.

Bersambung

Menjadi Kesayangan Tuan RevinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang