CHAPTER 5 || Go Public Instan

25 6 1
                                    

Alarm Asrama berdenting keras dan berkali-kali. Nathalia menguap lebar, lantas berdecak kesal begitu telinganya berdengung kencang saking kerasnya bunyi barusan. Oh, astaga ... masih jam berapa ini?

“Kayaknya gue mesti rusak tu alarm!” dengusnya, kemudian beranjak. Diliriknya Claudia yang masih duduk melamum—seperti masih setengah nyawa yang terkumpul. Mengabaikan hal itu, Nathalia pergi cuci muka lantas memilih keluar dari kamar.

“Eh! Mau ke mana? Kenapa pada buru-buru?” Nathalia bertanya pada Michelle—gadis berambut ombre, yang sekarang tengah berdiri di depan pintu kamarnya. Satu alisnya terangkat bingung.

Michelle menatap Nathalia dari atas ke bawah. Kemudian geleng-geleng kepala. “Lo kenapa belum siap-siap?” tanyanya.

Bukannya menjawab, Nathalia justru balik bertanya, “Jam berapa emang?”

Michelle menepuk dahi, ia lupa kalau Nathalia murid baru di sini. Merasa tak memiliki banyak waktu lagi, Michelle lantas mendorong Nathalia masuk lagi sembari berkata super cepat, “Bangun jam setengah enam! Terus lari keliling lapangan 5 kali, baru kita dikasih sarapan.”

“Terus?”

“Ya siap-siap cepetan!” desak Michelle, tak sabaran. Ia lantas berbalik, menatap Claudia yang masih duduk diam. Mendesahkan napas pendek, kemudian menepuk bahu sahabatnya. “Clau—”

Claudia terlonjak seketika. Kemudian meraup wajahnya dengan helaan napas panjang. Kebiasaannya ketika bangun tidur yaitu melamun kosong. Michelle bahkan harus setiap hari mengeceknya guna memastikan jika ia tidak akan terlambat.

Merasa tugasnya telah selesai, Michelle lantas keluar. Ia akan menunggu Claudia dan Nathalia di bawah.

***

Nyaris 30 menit Michelle menunggu, namun yang ada di depannya sekarang hanya Claudia, sedangkan Nathalia entah masih ke mana.

“Ayo, Chel!” Claudia menggandeng lengan sahabatnya. Namun bukannya bergerak, Michelle malah melihat ke belakang punggungnya.

Michelle menatap Claudia penuh tanya. “Nathalia mana?”

Oh astaga, Claudia lupa.

Gadis itu menepuk jidat. “Al bilang suruh duluan, dia lagi panggilan alam,” ucap Claudia.

Michelle lantas mengangguk. Sungguh, yang ada di kepalanya sekarang hanya ingin segera sampai ke lapangan agar tak mendapatkan hukuman.

Dan benar saja, begitu Michelle dan Claudia sampai, terdengar suara peluit yang begitu melengking yang membuat mereka mau tak mau berbaris—melakukan absen rutin dan mulai berlari.

Bertepatan dengan itu juga ... sosok Nathalia muncul dengan gaya santainya. Tanpa rasa takut ataupun segan, gadis itu menghampiri guru olahraga yang Nathalia lihat masih muda. Hem, ganteng juga.

Akan tetapi, rupa tak selalu menjadi patokan apakah orang tersebut baik ataupun tidak. Kenyataannya, orang yang baru saja Nathalia puji tampan itu tampak melotot. Aduh, sepertinya gurunya kali ini galak, begitulah isi kepala Nathalia sekarang.

Dengan peluit yang diletakkan di celah bibir, Andre—guru olahraga itu meniup tepat di samping telinga Nathalia.

Damn!”

ALLEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang