8. Apakah ini hari sial atau beruntung?

4.6K 338 69
                                    


↷✦; w e l c o m e ❞

Matahari perlahan mulai naik dari sisi timur sehingga sinarnya menembus kaca jendela kamar milik ketiga buntut yang masih tertidur di kamarnya. Sehingga salah satu dari mereka menggeliat tidak senang, dan menarik selimutnya sampai ke kepala. Suara berisik dari luar kamar mereka tampak tidak membuat ketiga buntut tersebut bergeming tidak senang, mereka justru semakin menyamankan tubuh mereka di kasur. Sehingga-

Krek!

Pintu terbuka menampilkan Taufan yang baru saja selesai mandi, dengan pakaian sederhananya. Kaos dan celana pendek, apalagi? Sangat berani bukan?

Oke, balik ke topik. Sumpah. Ini pertama kalinya Taufan mandi pagi buta begini, biasanya juga mandinya pas mau sore. Sekalian mandi pagi dan sore. Alias, mandi sekali sehari.

Srett!

Kain hordeng pun dibuka, membuat sinar matahari masuk ke dalam kamar. Salah satu buntut dari kamar itu menggeliat tidak enak, membalikkan tubuhnya agar tidak terkena matahari.

Taufan mendengus kecil, untung hari ini libur. Jadi ia tidak perlu repot-repot membangunkan mereka.

Taufan melangkahkan kakinya menuju buntut yang sempat membalikkan badannya. "Bangun.. udah pagi." serunya menggoyangkan tubuh sang empu.

Lenguhan kecil terdengar, tubuhnya ia rentangkan. Kemudian miringkan kepalanya, melihat Taufan yang sedang menempatkan punggung tangannya di dahinya.

"Pusing?"

Anak tersebut mengangguk. "Jangan banyak belajar. Kalau belajar lagi gua bakar buku lu ya cil." ancam Taufan yang dijawab langsung oleh anggukan lagi.

Wajah anak itu terlihat sangat damai, padahal kalau anak itu enggak tidur mukanya cuek banget. Kayak bapaknya.

Taufan menghela nafas, ia mengambil kain basah yang sudah tergeletak dimeja nakas. Ia sengaja letakkan dimeja, biar enggak bulak-balik ke bawah. Mana pake tangga lagi! Ngebuat Taufan pegel. Kenapa kagak ada lift sih. Eh, atau ada ya? Ntahlah, ia belum menjelajah Mansion ini.

Saat sedang meremas kain basahnya tiba-tiba ujung kaosnya ditarik membuat Taufan harus mengalihkan pandangannya ke sang anak, dia menaikkan sebelah alisnya.

"Apa adikku bangun..?" tanya Supra pelan.

Taufan menatap ke arah Sopan, lalu berpindah ke Sori. "Tidur."

Supra kembali mengangguk lalu menutup matanya.

Supra sedikit mendesis ketika dia merasakan dahinya terasa hangat, Taufan mengusap pergelangan tangan Supra pelan.

Setelah selesai apa yang dilakukan, Taufan mengambil baskomnya lalu beranjak pergi dari sana.

"Mama.."

Langkah Taufan terhenti, baru saja ingin menolehkan kepalanya, tetapi tubuhnya langsung terdiam dan kaku ketika sebuah kata lanjutan terdengar.

"Gempa.."

Deg!

Dia menghela nafas lalu kembali melangkahkan kakinya. 'Berharap apa coba? Mending ngarepin bang Windut main game simulator.'

Makannya Jangan Menduda! - [Halitau]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang