Happy Reading!
Elia menghela napas lega saat mobil tuan Revin meninggalkan villa. Ia segera melangkah menuju jendela lalu berusaha membukanya.
Trakk
"Terbuka."ucap Elia senang lalu melihat ke bawah. Ia ada di lantai dua. Setidaknya ia berada empat sampai lima meter dari tanah.
Tak mau kehilangan kesempatan untuk kabur. Elia segera berbalik dan melepas sprei dari kasur. Ia juga mengambil selimut dan mengikatnya dengan sprei.
"Bagus."gumam Elia lalu segera mengikat ujung selimut ke pembatas jendela dan ujung sprei dilempar keluar.
Elia tersenyum senang lalu segera mencari sesuatu di dalam kamar yang bisa ia bawa. Mungkin jaket dan buah-buahan yang tadi diberikan oleh tuan Revin sebelum pergi.
Setelah siap, Elia segera memulai misinya. Ia takut tapi akan lebih menakutkan tinggal di sini bersama tuan Revin.
Dengan pelan, Elia berusaha menuruni selimut. Ia harus hati-hati agar tidak terjatuh. Setelah hanya sisa setengah meter, Elia hanya melompat dan mendarat dengan sempurna di tanah.
Tanpa kata lagi, Elia segera melangkah memasuki hutan. Ia bahkan tak menoleh lagi dan terus melangkah maju. Ia sudah tinggal di villa selama satu minggu, dan selama itu juga ia bisa mendengar suara air yang cukup deras. Mungkin saja tidak jauh dari villa ada sungai, jadi Elia bisa berjalan mengikuti aliran sungai hingga tiba di kota.
Elia melangkah cepat, semakin cepat ketika ia memasuki hutan. Ia bahkan tak berani menoleh ke kiri dan ke kanan. Tapi ketika ia merasa takut, suara air justru terdengar semakin dekat. Elia merasa punya harapan. Ia bahkan langsung berlari.
Begitu melihat sungai, Elia langsung terduduk di tanah. Ternyata apa yang ia pikirkan benar. Ada sungai dan ujungnya tidak kelihatan. Mungkin jika ia berjalan mengikuti aliran sungai ia bisa sampai di kota.
Elia melirik ke belakang lalu segera berdiri. Ia melangkah menuju sungai dan mengambil air dengan tangan.
Puas mencuci tangan dan wajahnya, Elia juga mengambil air untuk diminum. Setelah itu ia mengambil buah apel dan memakannya, Elia tak mau membuang waktu karena itu ia akan mulai berjalan menyisiri sungai.
Setiap merasa lelah, Elia akan berhenti. Namun tidak lama ia akan lanjut berjalan. Sesekali mengisi tenaga dengan memakan apel lalu minum air sungai.
"Aku sudah berjalan jauh."gumam Elia. Namun tidak ada tanda-tanda ia tiba di kota. Merasa bisa istirahat lebih lama kali ini, Elia memilih duduk di bawah pohon dan memejamkan matanya.
"Hahaha tangkap aku buu.."
"Luna jangan lari. Ibu bilang jangan lariii!"
Elia yang masih setengah sadar segera membuka matanya. Sepertinya ia mendengar suara. Apa hantu?
"Ibu, Luna ingin mencuci tangan."
Elia segera berdiri dan mencari asal suara. Ternyata tidak jauh dari tempatnya duduk terlihat anak kecil kira-kira berusia 12 tahun dan seorang wanita di belakang. Wanita itu sedang sibuk mencuci tangan.
"Hati-hati! jangan sampai jatuh ke sungai."
Yakin bahwa mereka adalah manusia. Elia segera mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Kesayangan Tuan Revin
RomanceWarning: 21+ Elia Hasyim, gadis berusia dua puluh tahun. Ia adalah putri seorang pengurus kebun yang bekerja di rumah besar tuan Revan dan nyonya Mawar. Namun disaat sedang menanam bibit bunga, tiba-tiba saja Elia dibekap hingga pingsan. Dan begitu...