SELAMAT MEMBACA
***
Satu minggu setelah kejadian malam itu, semua kembali berjalan normal. Mereka menjalankan aktifitasnya masing-masing. Tidak ada yang berani mengungkit masalah yang terjadi malam itu. Lebih tepatnya mereka masih memilih diam. Hingga satu minggu lamanya. Rama yang merasa jika hal tersebut tidak lekas di selesaikan akan semakin berlarut-larut. Sedangkan di lain sisi ada Rudi yang tengah menunggu keputusan dari pihak Rumana.
"Anak-anak belum pulang Bun?" Tanya Rama yang baru sampai rumah dan melihat rumah yang masih sepi.
"Belum, Yah. Kenapa memangnya?" Tanya Rinjani pada Rama.
Rama hanya menggeleng pelan sambil mengipas-ngipas wajahnya yang terasa panas.
"Ruma belum pulang juga?" Kali ini Rama menanyakan keberasaan putrinya yang juga belum terlihat.
"Belum semua. Kenapa sih, tumben-tumbenan ngabsen mereka?" Rinjani mulai penasaran dengan maksud suaminya menanyakan keberadaan anak-anaknya. Tidak biasanya seperti itu.
"Ayah mau bicara sesuatu."
"Masalah?" tanya Rinjani.
"Masalah Ruma sama Pak Lurah," ucap Rama lirih.
Rinjani mulai faham maksud suaminya. Dia langsung menggeleng pertanda tidak mau memulainya.
"Ayah sana yang bicara," ucap Rinjani langsung.
"Kok ayah sih Bun?"
"Terus maksud Ayah? Bunda yang bicara?"
Rama mengangguk pelan. Menurutnya jika sesama perempuan yang bicara hal tersebut akan lebih mudah di terima dan di mengerti.
"Ini masalahnya Bunda bingung harus mulai dari mana? Menurut Ayah bagaimana?"
Rama hanya diam sambil kepalanya terus berfikir bagaimana memulai obrolan itu.
"Tujuan kita bicara apa?" tanya Rinjani lagi.
"Meluruskan kesalah fahaman." Jawab Rama.
"Setelahnya?"
"Setelahnya ..." Rama menggantung ucapannya. Tidak menyelesaikannya. Dia juga bingung, setelahnya bagaimana.
"Setelahnya bagaimana?" tanya Rinjani lagi.
Rama langsung menghela nafasnya dengan berat. Dia juga bingung. Lebih tepatnya dia bingung dengan perannya saat ini.
"Ini kita jelaskan? Setelahnya kita bujuk Ruma untuk menerima lamaran Pak Lurah? Atau bagaimana?" ucap Rinjani lagi.
Rama langsung menggeleng. Jujur saja, jika seperti itu hatinya berat. Dia seperti tidak rela, tapi lebih ke berat melepaskan putrinya yang jika benar menerima penjelasan mereka maka secara tidak langsung Rumana akan menikah. Rama benar-benar belum siap secara lahir dan batin. Jika kalian berada di posisinya pasti faham maksud Rama, dia hanya seperti belum rela.
"Di jelaskan saja, tidak usah di bujuk?" ucap Rama lagi.
"Mas ini sebenarnya bagaimana sikapnya terhadap masalah ini?" tanya Rinjani dengan bingungnya.
"Ya tidak bagaimana-bagaimana. Memangnya harus bagaimana?"
"Kalau aku lihat kok seperti iya-iya, tidak-tidak."
"Kamu mana faham perasaan Mas Dek, Mas ini patah hati ceritanya."
Rinjani langsung tertawa mendengar kata patah hati keluar dari mulut suaminya. Seperti orang yang ingin di tinggal menikah kekasihnya saja patah hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH KE 2 PAK LURAH (TAMAT & PINDAH DREAME/INNOVEL)
DragosteIni kisah dari Rumana, putri kesayangan ayah Rama dan Bunda Rinjani. "Mau ayah nikahkan sama siapa? Sama Ruma? Ruma tidak mau, tidak doyan duda." ___Rumana___ "Kalau saya bukan duda, saya bisa membayar mahar yang tinggi dan juga jika dulu saya tida...