Hari ini adalah keberangkatan honeymoon pasangan suami istri baru yang sedang ramai dibicarakan. Keduanya sepakat melakukan ini tentu untuk formalitas, ditambah Nini sendiri yang merencanakan ini semua. Soal permintaan Nini di meja makan itu, Yerin gak bilang pada Wonwoo. Bisa sangat canggung kalau Yerin memberitau suaminya ini.
Mentang-mentang hanya formalitas, ketika mereka sampai di tujuan, di penginapan pun keduanya langsung berkutat sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Duduk bersebelahan di atas kasur namun mata dan fokusnya pada laptop. Jangankan ngobrol, mungkin keduanya sama-sama lupa arti kata honeymoon yang sebenarnya.
Yerin lebih dulu menyelesaikan pekerjaannya. Sedikit mengulat untuk meregangkan otot-ototnya yang kaku, melirik sekilas pada Wonwoo yang masih fokus dengan pekerjaannya. Seketika Yerin tersadar, Wonwoo ini punya tampang yang lumayan oke, bahkan side profile pun terlihat cukup tampan. Ditambah kacamata yang bertengger di wajahnya, menambah kesan seksi pada pria dengan jawline tajam ini.
"Kenapa liatin saya?" Wonwoo bertanya masih dengan jari jemari menari di atas papan ketik.
"Aku gak liatin tuh!" elak Yerin, dia berdiri dari kasur memindahkan laptopnya ke meja. Perempuan itu berbalik, dengan bersandar pada meja dia memperhatikan Wonwoo. Sengaja ingin membuat suaminya ini canggung dan merasa terganggu.
"Kamu ngapain?" benar kan, Wonwoo merasa terganggu.
Yerin dengan kedua tangan yang dilipat depan dada berjalan mendekat. Dia duduk merapatkan tubuhnya pada Wonwoo, karena Yerin duduk di posisi dimana Wonwoo duduk, bukan tempat dia duduk tadi. Wonwoo langsung menyudahi acaranya, menoleh ke Yerin dengan pandangan tanya.
"Apa?"
Yerin terlihat mikir. "Shopping yuk??"
Wonwoo menyerngit. Dia tau mereka ini 'suami istri', tapi bukannya jelas keduanya menikah karena suatu hal. Yerin mengajaknya belanja ini suatu hal yang gak perlu menurutnya.
"Yaudah," jawab Wonwoo namun pria itu kembali berkutat dengan pekerjaannya. Yerin mendesah gusar, merebahkan kepalanya pada bahu Wonwoo dengan santai.
"Ayo!!! Aku gak bisa belanja gak ditemenin!" rengeknya. Bahkan Yerin mengusap-usap pipinya di bahu Wonwoo seperti anak kucing.
Wonwoo menghela napas. Dia tau Yerin memang gak tau malu, tapi ternyata cewek ini seberani itu terhadapnya. Hubungan profesional mereka seakan lebih dari itu.
Dengan pelan Wonwoo mendorong kepala Yerin, tapi baru saja menjauh, Yerin justru menggandeng lengan Wonwoo. Menggoyang-goyangkan tubuhnya merengek seperti anak kecil.
"Please!!!!!!"
Wonwoo lagi-lagi menghela napas. Bukan karena dia terima diperlakukan Yerin seperti ini, namun pria itu enggan meladeni. Segera Wonwoo mendorong Yerin pelan lalu berdiri tanpa sepatah kata pun. Yerin di belakangnya menghela napas kesal, kedua tangannya terlipat di depan dada.
"Udah disini minimal keluar jalan-jalan!"
"Saya udah pernah ke sini,"
"Ya aku juga pernah! Tapi kan- ah udah lah,"
Yerin ikut beranjak, membuka lemari yang sudah diisi dengan pakaiannya, memilih baju mana yang mau ia gunakan. Setelah menentukan pilihan, Yerin masuk ke kamar mandi untuk ganti baju. Selesainya, Yerin memoles sedikit make up di wajahnya, bersiap keluar.
"Tunggu!"
Yerin yang baru mengenakan tasnya di bahu langsung berhenti. Wonwoo memakai kemeja menutupi kaosnya, memasukkan dompet dan ponsel ke saku celana.
"Ayo." kata Wonwoo. Yerin terdiam menatap Wonwoo bingung.
"Apa nih?"
"Shopping. Katanya mau shopping,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lie Before Love ⨾ wonwoo, yerin. ❞
FanfictionEveryone says he's dangerous. No, his fiancé is more dangerous.