Sudah waktunya makan malam. Gratia keluar dari kamarnya dan turun menuju ruang makan melewati Aisha yang tengah menonton televisi di ruang keluarga. Ekspresinya datar menatap kearahnya.
“Ada apa dengan wajahmu?” Gratia menahan tawa gelinya.
Aisha tidak menjawab bahkan saat ia memutuskan untuk duduk di sampingnya. Aroma manis dari buah ceri langsung menusuk hidungnya. Ia mulai menyukai parfum istrinya.
Gratia terkekeh melihat wanita di hadapannya yang usianya hampir menginjak 40 tahun tapi merajuk seperti anak kecil.
“Menu makan malamnya apa?” tanyanya lagi untuk mencairkan suasana. Tapi Aisha masih mengunci mulutnya. “Aku mau sushi.”
Sesaat Aisha tetap bergeming di tempatnya. Namun kemudian tangan kanannya terulur mengambil ponselnya di atas meja. Senyum Gratia seketika merekah lebar. Sepertinya mau semarah apapun Aisha tidak akan menghiraukan keinginannya.
“Makasih!” ungkapnya senang mengecup pipi Aisha lalu beranjak ke meja makan.
Aisha melenguh sambil mengerutkan keningnya. Bagaimana bisa perlakuan manis sekecil itu mampu membuatnya luluh dan menyapu bersih rasa kesalnya.
Suasana di meja makan begitu hening. Karena jam hampir menunjukkan pukul setengah tujuh malam, Aisha hanya memakan buah-buahan.
Sangat berbeda dengan Gratia yang menyantap 50 buah sushi seorang diri.
“Bagaimana kau sanggup makan sebanyak itu?” Aisha tetap dibuat heran.
“Kekuatan orang hamil.”
Luar biasa.
Ia memperhatikan istrinya yang dengan sangat lahap menyantap makanannya sambil dirinya juga mempercepat sesi makannya. Beberapa menit kemudian ia menaruh garpunya dan meminum habis air putihnya.
Gratia mendongak saat ia berdiri. “Tidak menungguku?” tanyanya heran.
Aisha tidak menjawabnya. Meninggalkan tempat itu dengan sengaja bersikap dingin. Saat melihatnya berjalan, Gratia sama sekali tidak meragukan kemampuannya sebagai model. Caranya berjalan benar-benar menunjukkan seberapa profesionalnya dirinya.
Setelah menghabiskan waktu seorang diri, ia kembali ke kamarnya dan dikejutkan oleh keberadaan Aisha meski dirinya tidak terkejut sama sekali. Wanita itu yang berkuasa di rumah yang ia tempat. Dan sangat mudah diprediksi.
“Ku pikir kau masih marah padaku,” ungkapnya tersenyum geli setelah menutup pintu.
“Aku tidak marah. Hanya tingkahmu membuatku kesal,” jawab Aisha melihatnya sekilas lalu kembali fokus pada tabletnya.
Gratia hanya ber-hum ria dan masuk ke kamar mandi untuk mencuci muka, sikat gigi dan ganti baju dengan piyama berlengan pendek. Kemudian melompati ke ranjang bergabung dengan Aisha yang juga sudah mengenakan gaun tidur berbahan satin lembut.
“Jangan lakukan itu lagi,” tegur Aisha gregetan menghadapkan tingkahnya. “Berhenti bersikap ceroboh.”
“Aku tidak ceroboh,” sanggah Gratia dengan ekpresi tak bersalah.
“Terserah.” Aisha memutar bola matanya menyerah.
Gratia tertawa kecil menganggap itu lucu. Ia tidur dengan posisi miring mengagumi paras menawan istrinya. “Ku pikir menjadi istri orang kaya itu menyenangkan. Ternyata aku justru merasa kesepian,” ujarnya menyindir sifat gila kerja milik Aisha.
Gerakan tangan Aisha berhenti. Tiba-tiba rasa menyesal menyeruak di dadanya. Ia menunduk mendapatkan tatapan polos nan menggemaskan dari istrinya.
“Maafkan aku,” sesalnya seraya menyisir rambut Gratia. “Kau pasti bosan di rumah terus.”
Gratia mengangguk mengiyakan.
“Bagaimana kalau kita jalan-jalan? Ke Yunani untuk merayakan trimester pertama kehamilanmu?” tawar Aisha bersemangat.
Ke negeri para Dewa?
Baca selengkapnya chapter 27 - 29 di KaryaKarsa atau klik link di bio :)
KAMU SEDANG MEMBACA
She and Her Sexy CEO (KaryaKarsa)
RomanceAisha Tyler, wanita gila kerja yang lebih bergairah dengan uang daripada cinta. Memiliki obsesi pada kekayaan lantaran trauma menjadi orang miskin saat masih kecil. Hingga diusianya yang ke-35 tahun, dirinya belum juga berkeinginan untuk mencari pas...