(02)

1.7K 133 12
                                    

Sudah tiga puluh menit Asahi memberikan tatapan menelisik dan Jaehyuk sudah jengah dengan tingkahnya itu. Jadi, dengan tega dia menggeplak bahu sahabatnya itu menggunakan gulungan makalah yang sudah tak terpakai.

"Aduh!" Jelas Asahi berteriak kesakitan. "Kau gila?"

"Kau yang gila, bodoh! Berhenti melihatku dengan pandangan menyebalkan itu." Tak ingin kalah, Jaehyuk ikut berteriak. Jarinya sudah akan mencolok mata Asahi kalau saja laki-laki itu tak buru-buru menghindar.

Kelakuan keduanya mengundang lirikan dari orang-orang yang ada di kafetaria karena kebetulan mereka berdua sedang makan siang sambil menunggu kelas selanjutnya.

"Jihoon meneleponku kalau kau hilang semalam. Dia sudah mencarimu di setiap sudut bar sambil menangis. Dan aku terpaksa menyusulnya di jam 3 pagi. Lalu pagi tadi kau tiba-tiba kau meneleponku untuk minta dibawakan tas? Apa katamu? Tidur di rumah teman? Aku tak tau kau punya teman selain aku dan Jihoon." Oceh Asahi panjang lebar. Tak payah untuk menahan suaranya yang kini semakin menarik perhatian orang-orang.

"Jadi, kau tidur di tempat siapa semalam?"

"Temanku."

"Jangan bohong. Temanmu hanya aku dan Jihoon. Kalaupun ada yang lain, kau tidak akan semudah itu menumpang. Kau sensitif dengan tempat baru."

Benar. Jaehyuk tak banyak membuat teman selama hampir 22 tahun hidup. Yang selalu menempel di dekatnya hanya Asahi dan Jihoon, sahabatnya dari sekolah menengah. Itu juga karena dua orang itu tebal muka meskipun Jaehyuk seringkali bersikap tak peduli. Selebihnya hanya kenalan yang bahkan Jaehyuk kadang tak ingat namanya. Makluk sosial satu ini memang tak menggunakan fungsinya dengan baik.

"Tak ingin bercerita?" Tanya Asahi lagi untuk memancing. "Atau jangan-jangan selama ini kau punya pacar ya?"

Cola yang baru saja ditenggak oleh Jaehyuk muncrat keluar. Membasahi wajah Asahi di depannya, membuat laki-laki itu murka.

"Bajingan!"

"Oh, Asahi!" Bukannya merasa bersalah, Jaehyuk justru terbahak melihat penampilan wajah Asahi yang kini basah. Dia menyodorkan tisu yang langsung ditarik Asahi dengan kasar.

"Salahmu bertanya hal yang tidak masuk akal sehingga aku terkejut."

Bahkan Jaehyuk kini melemparkan kesalahan pada Asahi. Luar biasa sekali temannya itu, pikir Asahi.

Selesai mengeringkan wajahnya, Asahi melemparkan bekas tisunya kepada Jaehyuk. "Tak masuk akal apanya? Kau bisa saja diam-diam berkencan di belakangku dan Jihoon kan? Takut kalau pacarmu itu kami selidiki seperti mantanmu sebelumnya."

Jaehyuk berdeham. "Tapi aku sedang tidak berkencan, Asahi. Siapa pula yang mau denganku?"

Nada bicara Jaehyuk membuat Asahi meringis. Jaehyuk memang menyebalkan.

"Kau lupa minggu lalu kau baru saja diajak berkencan oleh senior jurusan Teknik kampus sebelah? Siapa namanya? Jung Kibeom? Dasar kau saja yang senang mengabaikannya. Bodoh!"

"Ah, berhentilah mengoceh. Telingaku pengang." Kedua tangan Jaehyuk menepuk-nepuk telinganya.

Saat sedang seperti itu, seseorang tiba-tiba memeluknya dari belakang sambil berpura-pura menangis. Jaehyuk berjengit terkejut. Dia langsung memberontak begitu tau siapa yang memeluknya sampai sesak.

"Lepaskan, sialan!"

Jihoon, pemilik tubuh itu mengambil tempat duduk di samping Jaehyuk dan mulai memeriksa wajah dan tubuh laki-laki itu.

"Kau baik-baik saja?" Tanyanya terdengar khawatir.

Jaehyuk mendelik tak peduli menghempas pelan tangan Jihoon yang menempel di tubuhnya. "Aku tidak percaya kau masih punya muka menunjukkan dirimu setelah meninggalkanku sendirian semalam." Gerutu Jaehyuk kesal. Dia masih berusaha menghindari Jihoon yang berusaha memeluknya lagi.

A Lucky Find | a Jeongjae FanficTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang